Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sensasi Keliling Desa Borobudur Naik Andong, Lebih Kuno daripada VW Klasik

8 Juli 2021   21:13 Diperbarui: 8 Juli 2021   21:17 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau melihat kotoran kuda berceceran di jalan, berarti itu bukan andong wisata tetapi andong pasar," jelasnya.

Dengan penjelasan ini, mungkin maksudnya agar tidak terjadi kesalahpahaman saja. Jangan sampai wisatawan mengarahkan telunjuknya lalu menuding kotoran kuda yang berceceran di jalan berasal dari andong wisata.

Karena selama ini dalam paguyuban andong pariwisata sudah diberikan pelatihan bagaimana menjaga dan merawat andong berikut kudanya agar bisa menjadi icon wisata di Borobudur ini.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Pak kusir sih berharap dengan adanya andong pariwisata ini terjadi peningkatan kesejahteraan warga sekitar sekaligus bisa mempertahankan kendaraan tradisional ini agar terus bisa dilestarikan.

Terlebih Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, menyebut potensi kunjungan wisatawan ke Magelang dan daerah sekitarnya mencapai antara 8 hingga 12 juta orang.

Namun, selama pandemi ini, pak kusir mengaku pendapatannya menurun. Sebelumnya pendapatan bersih yang bisa dibawa pulang rata-rata Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per hari. Kini, untuk memperoleh nominal uang yang sama, tidak mudah.

"Biasanya bisa melayani 3-4 kali trip wisata dalam sehari, kalau sekarang-sekarang 1-2 kali trip, bahkan sering juga tidak ada. Padahal biaya merawat kuda cukup banyak juga," ceritanya.

Meski demikian, pak kusir tetap memperlakukan Luna dengan baik. Selain dirawat seperti layaknya anak sendiri, Luna juga diberikan vitamin dan makanan yang bergizi.

Kami terus mengeliling desa dengan andongnya, melewati tanah tegalan yang ditanami tumpang sari, mengunjungi beberapa homestay yang direkomendasikan.  Lalu andong berhenti di Limanjawi Art House yang berada di Dusun 1, Desa Wanurejo.

Di sini, andong-andong menunggu kami yang tengah menikmati keindahan lukisan-lukisan dari berbagai pelukis Indonesia dan luar negeri. Bagaimana dan apa itu Limanjawi Art House, akan saya tulis tersendiri.

Setelah puas berada di sini, kami pun melanjutkan perjalanan hingga ke tujuan terakhir di Coffe Luwak Pawon dan Candi Pawon. Kebetulan lokasinya saling berdekatan. Tinggal jalan kaki saja. Bagaimana kisah saya di sini, ya tunggu saja episode berikutnya. Ok? Ok? Ok?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun