Bicara kawan saya ini tidak jelas. Tapi saya masih bisa menangkap maksudnya. Dari penuturannya sih, yang juga dipertegas oleh keluarganya, biang keroknya ya gara-gara keseringan minum minuman itu.Â
"Nah, kan apa gue bilang," kata saya.Â
Seminggu setelah menjenguknya di rumah, saya mendapat kabar kawan saya ini meninggal dunia. Jelas kaget, terlebih sebelumnya diinformasikan pemasangan tempurung kepala berjalan lancar.
Sejak itu, saya mengingatkan anak-anak saya untuk tidak sering minum minuman bersoda dan sejenisnya. Boleh minum, tapi dibatasi. Saya sarankan untuk lebih baik minum susu atau air putih. Itu lebih menyehatkan.
Saya katakan efek dari minuman ini tidak saat itu langsung dirasakan, tapi nanti ketika usia mulai dewasa. Memang menyegarkan untuk saat ini, tapi efeknya nanti ketika dewasa, atau menjelang tua.
"Itu teman Bunda, dari SMA minum itu setiap hari, efeknya baru terasa sekarang," kata saya mengingatkan.
Lima tahun sudah berlalu kepergian kawan saya ini. Meninggal di usia menjelang 50 tahun. Ia tidak meninggalkan siapa-siapa, selain ibu, kakak, dan adiknya beserta keponakan-keponakan.
Apakah benar minuman itu yang jadi "pembunuh" kawan saya (dan juga yang lainnya)?
Soda terbuat dari air biasa yang melalui proses karbonasi atau proses pencampuran karbon dioksida dengan tekanan tinggi. Soda juga biasanya mengandung air berkarbonasi dan pemanis buatan. Minuman yang bersoda biasanya mengandung pewarna, pengawet, kafein, sodium, serta zat tambahan lainnya.
Berdasarkan apa yang saya baca di sini, mengonsumsi minuman bersoda secara rutin bisa mengubah otak dan menghambat kinerja ratusan protein dalam otak.Â
Alasannya karena pemanis buatan yang ada di dalam minuman tersebut seperti aspartame, biasanya mengandung fenilalanin yang akan membuat fungsi otak menjadi terganggu.Â