Pernah suatu ketika relasi saya mengirimkan berkrat-krat minuman bersoda ke kantor, yang tentu saja ditujukan buat saya. Kawan saya ini antusias banget melihatnya. Matanya berbinar-binar. Senyumnya melebar.
Saya tidak bisa mencegahnya mengambil beberapa kaleng untuk dibawanya pulang. Saya hanya bisa mengingatkan untuk tidak  meminumnya setiap hari.
Belasan tahun saya mengenalnya, gaya hidupnya tidak berubah. Hingga suatu ketika saya mendapat kabar, dia dirawat di RSUD Cibinong, Jawa Barat. Saya lupa sakitnya apa.Â
Ketika saya menjenguknya usai pulang kerja, dia mengaku gara-gara keseringan minum minuman bersoda.Â
Saya kembali mengingatkannya untuk sering-sering minum air putih. Jangan yang berwarna mulu. Eh, kawan saya cuma nyengir.
Beberapa bulan berselang, saya mendapat kabar kawan saya ini dirawat di RS Fatmawati, Jakarta Selatan.
Menurut penuturan keluarganya, kawan saya tiba-tiba saja terjatuh usai shalat Subuh, dan kepalanya membentur sesuatu. Akibatnya, ada pembuluh darahnya yang pecah. Dokter memvonisnya kena stroke.
Kawan saya ini pun dioperasi. Tempurung kepalanya dibor untuk mengatasi pembuluh darah yang bocor di area kepala. Setelah selesai operasi, tempurung kepalanya tidak langsung dipasangkan lagi.Â
Nanti ketika sudah dinyatakan membaik, baru kembali dipasangkan. Begitu cerita keluarganya ketika saya menjenguknya di rumah sakit. Beberapa hari dirawat, kawan saya pun sudah bisa pulang.Â
Beberapa hari kemudian, saya menyempatkan waktu untuk menjenguknya di rumah. Keluarganya menyampaikan kepada salah satu kawan kantor, jika kawan saya ini kangen dengan teman-teman kantornya.
Kawan saya dalam keadaan merebah. Kepalanya masih diperban karena tempurung kepalanya belum dipindahkan ke kepalanya. Katanya sih, lusa balik lagi ke RS Fatmawati untuk memasang tempurung kepala.