Irma sendiri baru memproduksi masker kain di awal-awal pandemi Covid-19. Itu pun setelah usaha perlengkapan bayi dengan merek yang sama terkena imbas dari hantaman Covid-19. Pendapatan usahanya menurun drastis hingga 80 persen.
Ia pun harus berpikir keras bagaimana caranya agar bisa bertahan dan para pegawainya masih bisa bekerja. Akhirnya terpikirkanlah untuk memproduksi masker kain setelah masker medis di pasaran langka. Sekalipun ada harganya sangat mahal. Tidak akan bisa semua orang mampu membeli dan mendapatkannya.
"Kami jadikan ini sebagai peluang, dan Alhamdulillah mendapat respon positif dari banyak pihak. Kami berharap, usaha kami ini dapat membantu orang-orang yang terdampak pandemi," katanya.
Karena itu, mendapatkan sertifikat SNI untuk produk masker kain yang dibuatnya, menjadi suntikan semangat untuk bangkit dari pandemi Covid-19. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, setelah kesusahan pasti ada kemudahan. Seperti halnya kata RA Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang.
Mendapatkan sertifikat SNI, bagi sarjana Teknik Lingkungan ini jelas akan menjadi nilai tambah tersendiri bagi produknya. Masker kain yang diproduksinya pun semakin dipercaya konsumen. Percaya bahwa produk itu aman bagi kesehatan dan nyaman saat digunakan. Kepercayaan konsumen menjadi hal penting dalam menjalani suatu usaha.
"Manfaat yang kami rasakan setelah produk masker mendapatkan SNI adalah adanya kepercayaan dari konsumen, baik itu konsumen perorangan, toko-toko, Â lembaga, ataupun instansi untuk memesan masker Baby Fynnsass yang sudah ber-SNI PT LEN, Sinar Mas, Indonesia Power, rumah sakit, pesantren dan lain-lain," katanya ketika saya hubungi Senin (17/5/2021)
Dengan adanya permintaan tersebut, jelas berdampak pada peningkatan produksi dan ini berdampak positif bagi peluang kerja khususnya bagi mitra jahit  dan team suporting seperti bagian memotong, quality control, packing, dan lain-lain.
"Sebagian besar mitra binaan kami ini adalah pekerja partime yang direkrut dari korban PHK pabrik, mall yang tutup dan ibu-ibu sekitar. Tercatat ada 15 UKM jahit dengan 175 penjahit dan 35 team suporting yang ikut mensupport produk masker kami ini," kata Irma.
Ketika ditanya mengapa ia harus mengajukan SNI, apakah karena ada keluhan dari konsumen? Katanya, tidak ada keluhan yang disampikan secara langsung terkait produk sejenis.
Namun, berdasarkan pengalaman pribadinya, masker yang juga beredar di pasaran ada yang bahannya tipis, hanya 1 lapis, sehingga tembus udara. Ada juga yang terlalu tebal sehingga kurang nyaman dipakai khususnya di bagian dalam.