Inung Kurnia menimpali chat kawan saya itu. Ia lantas menyarankan untuk mengikuti pola dietnya. Ya ampun, pakai diet segala, padahal dia dengan saya beda tipis. Sama-sama kurus. Cuma bedanya saya lebih tinggi darinya.
"Coba Mak Novi diet ala gue... Buka puasa cukup jeruk 3 buah dan segelas air hangat. Jelang Isya nasi secentong lauknya serba bening. Gorengan cukup sepotong. Sahur pun demikian. Sayur bening dan telor ceplok..buah jeruk lagi 3 buah, minum putih hangat," katanya sambil tertawa.
Pola dietnya ini sudah dilakukan sejak sebelum bulan puasa. Hasilnya, tekanan darah dan kadar gula darahnya bagus. Setidaknya, itu berdasarkan hasil pemeriksaan ketika akan divaksinasi Covid-19. Makanya, dia lolos untuk divaksin.
"Petugasnya sampai bilang "tekanan darah ibu bagus banget". Ya, gue seneng dong. Pasti karena pola diet gue," katanya. Â
Mendapat saran seperti itu, "Kalau udah kegemukan susah maaak," jawab Novi.
"Niat banget kurus ya, padahal yang kurus mau gemuk," timpal saya.
"Terus loe kurus buat siapa dunk mak Nov?" tanya Inung.
Kawan saya, Novi, menjawab, program diet yang diikutinya untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Terlebih program ini juga sekalian membersihkan lemak yang menempel di organ. Bagi mereka yang obesitas, banyak lemak yang menempel di organ.
"Gue sudah banyak keluhan juga karena kegemukan. Bukan semata-mata diet doang, tapi program sehat namanya. Kalau gue sih lebih karena ikut program sehatnya," katanya.
Kawan saya yang lain, Stevani, ikut nimbrung. Kebetulan juga berat badannya berlebih yang ditandai dengan kadar gulanya yang cukup tinggi. Itu sebabnya, dia tidak lolos saat ikut vaksinasi Covid-19.
Setelah berobat dan disarankan untuk makanan yang tidak berlemak dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar gulanya pun akhirnya normal. Dan, ia pun bisa divaksinasi Covid-19 setelah dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang menyatakan dirinya bisa untuk divaksin.