Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tidak Hanya Perempuan dalam Pusaran Terorisme, Siapapun Bisa Terpapar

8 April 2021   10:35 Diperbarui: 8 April 2021   10:40 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemaparan Valentina Gintings (Dokumen pribadi)

Budaya patriarki membuat perempuan harus nurut pada suami dan ikut apa yang dikatakan suami. Kemudian, ketergantungan perempuan kepada suami dari sisi ekonomi, karena tidak punya pegangan dari segi ekonomi jadi apa pun yang dikatakan suami ya mereka ikut saja. 

"Perempuan yang berada dalam ruang lingkup yang kecil juga terkadang tidak mendapat informasi yang luas terkait radikalisme sehingga mereka gampang dipengaruhi. Ini hanya sebagian faktor-faktornya," jelas Valentina.

Faktor sosial, perbedaan pola pikir, dan adanya doktrin dari keluarga atau lingkungan sekitar, serta karakteristik perempuan yang memiliki perasaan lebih sensitif dan emosi yang labil juga disebut Valentina sebagai faktor penyebab lainnya.

Ia menambahkan kerentanan dan ketidaktahuan perempuan juga turut menjadi sasaran masuknya pemahaman dan ideologi menyimpang, sehingga mereka kerap dimanfaatkan dalam aksi radikalisme dan terorisme.

Kemen PPPA sendiri fokus pada upaya pencegahan, agar perempuan tidak mudah terpapar radikalisme dan kekerasan ekstremisme yang mengarah pada terorisme. Yaitu, dengan melakukan pendekatan perempuan sebagai ibu. 

Menurutnya, ketahanan keluarga dan strategi komunikasi yang baik, sangat dibutuhkan sebagai pondasi dan filter dalam pengasuhan anak di keluarga. Peran perempuan sebagai ibu sangat strategis dalam mentransmisikan ideologi radikal. 

"Jadi perlu mempersiapkan keluarga-keluarga agar lebih baik lagi dan ketahanan keluarga menjadi penting. Kita juga akan melakukan gerakan Perempuan Pelopor Perdamaian. Ini akan kita aktivasi lagi dan mudah-mudahan proses pencegahannya ini bisa jauh lebih kuat tentunya bekerja sama dengan BNPT," ungkap Valentina.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Sementara itu, Ketua Bidang Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof. Amany Lubis, merasa prihatinan terhadap perempuan yang terlibat dalam aksi terorisme. Adanya kejadian itu membuktikan wawasan keagamaan di kalangan perempuan masih perlu terus dibimbing dan diluruskan.

"Aksi terorisme oleh perempuan atau siapa saja, seharusnya tidak boleh terjadi jika saja mereka memiliki pemahaman keagamaan yang utuh dan menyeluruh. Sebab, dalam agama apa pun aksi terorisme itu sama sekali tidak dibenarkan, karena bukan bagian dari ajaran agama," tandas Rektor UIN Jakarta, ini.

Sesuai fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Terorisme, MUI menegaskan segala tindakan teror yang menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat hukumnya haram. 

Sebagaimana hal itu tertuang dalam surat An Nisa ayat 29-30, yang artinya "Islam mengharamkan bunuh diri dengan cara apapun dan dengan alasan apapun. Tidak ada balasan kelak di akhirat kecuali neraka". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun