Suatu ketika saya diminta datang ke rumah ibu empat anak ini. Saya menyanggupi mengingat dia adalah relasi saya. Dalam benak saya paling juga ingin memperlihatkan buku puisi terbarunya.
Tapi ternyata, ia mengajak saya untuk ikut bergabung dalam pengajian yang dibentuknya. Yang namanya pengajian dalam benak saya ya mengkaji Islam, seperti pengajian yang biasa saya ikuti.
Jadi, di sore itu saya ikuti. Di  situlah, Lia menyampaikan dirinya adalah utusan Tuhan. Dia mengaku baru saja menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Terdengar suara para pengikutnya yang takjub.
Saya penasaran, kok ada ya yang bisa-bisanya mengaku utusan tuhan dan mendapatkan bisikan dari malaikat Jibril. Ya ini sih di luar logika saya. Tidak sesuai dengan apa yang saya yakini.
Dalam keremangan cahaya karena lampu dimatikan, para pengikutnya terdengar riuh ketika Lia Eden dengan baju kebesarannya bisa duduk melayang dengan kaki posisi bersila. Tangannya menggenggam tongkat kerajaannya.
Karena penasaran, saya beranjak ke depan, ingin memastikan apa yang terlihat. Ya memang sih yang terlihat seperti itu, tapi tetap saja saya meragukannya. Tidak konek dengan logika saya.
Para pengikutnya diminta diam karena Lia Eden tengah mendapatkan bisikan wahyu akan menyampai risalah-risalah. Lia lalu membimbing para pengikutnya dalam menerima wahyu yang telah didapatkannya itu.
Dalam suatu kesempatan yang lain yang masih mengikuti "kajiannya" karena penasaran. Setelah didapati semakin ke sini, semakin tidak jelas, saya memutuskan tidak ke sini lagi.
Syukurlah, tidak adanya paksaan untuk mengikuti ajaran ini sehingga memudahkan saya pergi begitu saja. Dan, sejak itu saya sudah tidak berkomunikasi lagi dengan Lia Aminuddin.
Ajaran ini, menurut saya, jelas menyimpang. Terlebih beberapa ajarannya menyatakan shalat dalam dua bahasa sah (seiring waktu tidak ada lagi shalat, adanya ritual doa-doa dan puji-pujian), mengadakan ritual penyucian seperti menggunduli kepala dan membakar tubuh.
Herannya, kok pengikutnya percaya saja ya. Termasuk kawan kantor saya, dan kawan saya yang lain. Keduanya laki-laki. Padahal dua kawan saya ini pemahaman agamanya tidak dangkal juga. Mau-mau saja lagi kepalanya digundul, alisnya dibakar. Katanya sih sebagai bentuk penyucian diri.