Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Bajaj Riwayatmu Kini...

17 Maret 2021   20:53 Diperbarui: 18 Maret 2021   06:00 2746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kendaraan ini mampu mengangkut dua hingga tiga orang penumpang yang duduk di belakang pengemudi. 

Di negeri asalnya, India, kendaraan ini disebut dengan Tuk Tuk karena suara mesinnya yang berbunyi "tuk...tuk...tuk...tuk". 

Nah, yang saya naiki ini BBB alias "Bajaj Berwarna Biru" atau "Bukan Bajaj Biasa" atau "Bukan Bajaj Bajuri". Saat melaju suaranya tidak sebising BMW. 

Suara knalpotnya tetap berisik sih, tapi masih lebih halus. Jadi, saya masih bisa mengobrol dengan kawan saya dan supir bajaj.

Di dalam bajaj (Dokumen pribadi)
Di dalam bajaj (Dokumen pribadi)
Sebagaimana yang saya ketahui, bajaj merah atau oranye menggunakan bahan bakar bensin, mesinnya bersuara cukup bising dan knalpotnya cukup berasap. 

Sedangkan bajaj berwarna biru menggunakan bahan bakar gas (BBG), yang suara mesinnya lebih lirih dan knalpotnya lebih sedikit asapnya sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan BMW.

"Pak, sudah lama jadi supir Bajaj?", tanya saya membuka percakapan. Tak ada jeda, langsung terjawab.

"Sudah cukup lama, bu. Ada 12 tahunanlah saya bawa", jawab supir bajaj yang mengaku bernama Soleh ini sambil mengambil arah jalan yang tak biasa karena rute yang biasa saya lewati diportal. Mungkin untuk membatasi pergerakan manusia sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19.

"Ramai nggak sih pak sekarang yang naik Bajaj?", tanya saya penasaran.

"Sudah nggak terlalu, bu. Sejak ada ojek online sepi. Berkurang banyak. Ditambah Covid jadi tambah sepi", jawabnya sambil membelokkan arah stang kendaraan roda tiga ini ke kiri setelah melewati Hotel Cipta.

Moda transportasi bajaj ini seperti di antara hidup dan mati. Kalau kata pepatah hidup enggan mati pun tak mau, seiring dengan semakin menjamurnya moda transportasi online. Dibandingkan masa-masa jaya bajaj pada 2001-2016, jelas jauh berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun