Sabtu (12/9/2020), jam 6 pagi, seperti biasa jadwal saya belajar tahsin. Tahsin adalah membaguskan cara membaca Alquran sesuai kaidah tajwid. Dan, seperti biasa guru tahsin, ibu Zahra Faiza, sudah standby sebelum "para murid" hadir di layar gadget.
Ya, pembelajaran tahsin minggu ke-5 yang diadakan Dewan Kemakmuran Masjid Al Ihsan Permata Depok, Jawa Barat, ini masih secara virtual melalui aplikasi zoom. Yang entah kapan pembelajaran secara offline bisa terlaksana.
Setelah membaca basmalah, surat Alfathiha dan doa pembuka majelis, para murid mendapat giliran. Karena saya yang paling awal hadir, maka saya mendapatkan giliran lebih awal. Degdegan juga sih. Sudah sebulan saya masih degdegan saja.
Saya pun kembali mengulang pembelajaran minggu lalu sebelum lanjut ke halaman berikutnya. Nah, ketika saya membaca ternyata saya ada kesalahan dalam pengucapan huruf "dza". Kadang benar, kadang salah. Padahal minggu lalu pengucapannya sudah pas.
Kenapa bisa salah ucap lagi ya, padahal tadi sudah benar? Berulang kali guru tahsin membenarkan pengucapan sambil mencontohkan bagaimana posisi lidah yang benar.
Baca juga : Belajar Tahsin, Latihan Membaca Idgham Sempurna dan Tidak Sempurna
"Ujung lidah dari arah permukaan atasnya bertemu dengan ujung dua gigi seri atas. Pangkal lidah tidak terangkat," kata guru tahsin. Saya mengikuti arahannya, yang terdengar olehnya masih belum tepat.
Apa karena pengaruh lidah saya yang urang sunda ya? Ibu guru bisa memaklumi tapi tetap meminta saya untuk terus mengulang agar lidah saya menjadi lebih smooth dalam mengucapkan huruf dza.
Ada tiga kesalahan dalam membaca huruf "dza". Pertama, saat dibaca yang keluar dari mulut bunyi huruf "zai". Yang harusnya dibaca dza yang keluar "za". Ini tidak boleh terjadi karena sama artinya mengubah struktur kata dan mengubah arti dari kata.
Huruf dza diucapkan dengan menyentuhkan ujung lidah dengan dinding dua gigi seri bagian atas seperti kita mengucapkan huruf Tsa. Ujung lidah boleh ditampakkan sedikit ataupun tidak ditampakkan.
Kesalahan yang suka terjadi pada pengucapan huruf Dza suara yang seringkali tertahan ketika diucapkan dalam keadaan sukun atau suara seringkali dipantulkan.
"Salah lagi ya bu? Jadi diulang-ulang mulu," kata saya malu. Masa untuk mengucapkan huruf dza saja masih kurang tepat juga. Berarti, saya membaca Alquran setiap hari salah juga dong mengucapkan huruf Dza.
"Ya tidak apa-apa bu, kan dapat pahala juga. Membaca Alquran mendapat pahala, memperbaiki bacaan juga dapat pahala," ujarnya tersenyum.
Baca juga : Belajar Tahsin, Cara Membaca Tanda-tanda Berhenti
Guru tahsin pun mengingatkan untuk tidak terburu-buru dalam membaca Alquran, sebaiknya dibaca secara pelan-pelan. Kecuali jika pengucapan hurufnya sudah benar dan cara membaca tanda-tanda bacanya juga sudah benar.
Membaca terlalu cepat dikhawatirkan menurunkan ketelitian, hingga ada huruf yang terlewat. Kurang huruf berisiko mengubah kata dan makna dalam ayat Alquran. Akibatnya pesan dalam ayat tidak tersampaikan dengan baik.
Bacalah secara tartil yang berarti membaca Alquran secara perlahan dengan tajwid dan makhraj yang jelas dan benar. Tartil itu penting karena berperan besar ke makna bacaan.
Sebagaimana firman Allah Swt, "Dan bacalah Alquran dengan tartil". (Qs. al-Muzammil: 4).
Allah juga berfirman, "Jangan engkau gerakkan lidahmu (untuk membaca Alquran) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya". (Al Qiyamah: 16)
Bacaan yang pelan akan cenderung lebih hati-hati dan menepatkan panjang pendeknya. Membaca dengan pelan juga dapat membantu kita untuk memahaminya dan men-tadabburi-nya.
Allah juga menegaskan di dalam surat Thaha ayat 114, "Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Alquran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".
Dalam pembelajaran tahsin, saya juga mendapatkan ilmu yang lain ketika murid selanjutnya mendapatkan giliran. Meski suara dan video saya off kan, saya tetap menyimak cara membacanya agar saya bisa mengetahui kesalahan saya dalam membaca.
Baca juga : Belajar Tahsin, Allah Melihat Proses Bukan Hasil
Tetangga jauh saya, Dewi Syafrianis, yang pengusaha "Dendang" itu mendapat giliran terakhir karena kawan saya ini yang paling terakhir hadir. Sayang, kualitas jaringan di rumahnya tidak bagus. Suaranya putus-putus dan menggema. Kadang tidak ada suara.
Setelah berkali-kali dicoba dan kawan saya itu pindah posisi, kualitas jaringan tetap jelek. Jadi oleh ibu guru tahsin diputuskan dilanjutkan melalui video call dari WhatsApp karena kalau dipaksakan tetap tidak efektif juga.
Alhamdulillah, pembelajaran selama 2 jam itu pun tuntas sudah. Nanti dilanjutkan pada episode Sabtu depan. Semoga, apa yang saya dan para murid lainnya pelajari memudahkan kami dalam memperbagus bacaan Alquran.Â
Semoga Allah selalu menuntun kita ke jalan yang diridhoi-Nya, dan selalu dalam perlindunganNya.
Aamiin...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H