Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Mulutmu, Harimaumu", Ketika Elit Politik Tak Bisa Menjaga Lisan

11 September 2020   12:40 Diperbarui: 11 September 2020   15:50 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bagaimanapun, kata-kata yang keluar dari mulut kita tidak dapat ditarik kembali. Meski ucapan sudah dihapus, tetap saja jejak digitalnya masih bisa diketahui. Meski permohonan maaf sudah disampaikan, tetap saja tidak bisa dilupakan begitu saja. Ada hati yang sudah tersakiti. Ada harga diri yang sudah tercederai. 

Pepatah "Mulutmu, Harimaumu" tidak hanya berlaku untuk kalangan politikus saja, tapi menyangkut semua kalangan, semua masyarakat. Termasuk kepada diri saya sendiri. Semua bisa berpotensi masuk dalam perangkap "mulutmu, harimaumu".

"Levelnya" saja yang berbeda. Menjadi gaduh karena bersinggungan dengan elite partai politik yang harusnya bisa memberikan contoh kepada publik. Apalagi biasanya dari para elite politik inilah yang akhirnya menjadi pemimpin suatu daerah. Entah itu, wali kota, bupati, gubernur, bahkan presiden. Belum lagi posisi menteri dan pejabat publik lainnya.

Sebagai calon pemimpin seharusnya memberikan pernyataan yang menyejukkan dan meneduhkan. Bukan perkataan yang melecehkan. Tidak ingin kan "track record" ini menjadi batu sandungan saat pencalonan diri dalam Pilkada nanti. Bukan begitu?

*Analisa ngasal saya (sambil nyengir kuda)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun