Menulis bagi saya, selain karena hobi, juga sebagai "bekal" kelak saya tua. Saya ingin seperti mereka yang meski sudah tidak lagi muda tapi masih enerjik, masih bisa beraktifitas, masih bisa mengurus diri sendiri, tidak pikun atau dimensia atau sejenisnya.
Ayah saya saja di usia 82 tahun masij bisa beraktifitas, masih suka mengurus tanaman. Kebetulan ayah saya pensiunan Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian). Masih bisa merenovasi rumah. Bisa jadi karena ayah saya terbiasa menulis modul pengajaran saat menjadi dosen, dan kebetulan saya turut membantunya mengetik  dengan mesin tik.
Kalau ibu saya, di usianya yang ke-77, juga tetap enerjik. Masih bisa beraktifitas tanpa harus dibantu orang lain. Masih sering masak untuk ayah, adik, dan abang saya yang kebetulan tinggal bersama orangtua saya. Masih bisa ke sana ke sini sendirian tanpa ditemani.
Nah saya juga ingin seperti itu kelak ketika rambut sudah memutih semua.
Berdasarkan ilmu yang saya dapat dari seminar-seminar yang saya ikuti, menulis bisa menjadi semacam "senam otak" yang tentu saja menyehatkan otak. Menulis, terlebih dengan tangan dapat mengasah otak dan membuat kita tidak cepat pikun. Menulis apa yang kits alami sehari-hari juga dapat melatih otak sekaligus meningkatkan daya ingat di kemudian hari.
Bagaimana, apakah sependapat dengan saya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H