Tidak seorang pun mengerti apa yang ia rasakan saat ini, ia bungkam, menangis dalam diam.
Hanya sang maha pencipta, tempat ia mengadu dan berkeluh kesah dalam malam-malam sunyi yang ia lalui.
"Ya... Allah tidak mudah bagiku hingga berada di titik ikhlas, ada luka dan air mata yang harus aku sembunyikan, ada lebam yang harus aku pulihkan, kuatkan aku menyembunyikan torehan luka yang begitu dalam...Ya Allah, bantu aku agar rasa ikhlas ini tidak ternoda dan menjadi sia-sia... se-tidak berdaya inikah aku?"
Do'a panjang dalam sujud Zahrana, di tengah keheningan malam, hanya suara detak irama jam dinding yang terdengar pilu, sepilu rintihan hati yang berusaha kuat di tengah hantaman rasa yang terabaikan.
*****
Hingga menjelang siang Zahrana belum keluar dari kamarnya, Ikram yang merasa curiga lantas melangkah menuju kamar sang istri, karena tidak biasanya Zahrana seperti ini.
Ikram mencoba mengetuk pintu kamar yang ternyata tidak terkunci. Nampak Zahrana masih menunaikan sholat, ia menunggu beberapa menit, namun Zahrana tidak kunjung bangun dari sujudnya.
Ikram mendekati Zahrana, menyentuh punggung sang istri yang sedang bersujud, namun tubuh Zahrana terguling kepangkuannya. "Zahra?... Zahranaaa...!!" teriak Ikram, hingga mengundang Tiara masuk kedalam kamar.
"Ada apa, Mas?!" seru Tiara di ambang pintu.
"Panggil dokter! Cepat!" teriak Ikram.
Tiara segera menghubungi dokter, tidak berapa lama dokter tiba dan mengecek kondisi Zahrana yang masih tergeletak di pangkuan Ikram dengan tubuh yang masih berbalut mukena.