Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sujud Terakhir Zahrana

8 April 2024   11:06 Diperbarui: 8 April 2024   11:08 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Fhoto Bing Image Kreator digital Ai

"Di mana pun tidak masalah untukku, bebas," jawab Zahrana datar. Baginya tidur bersama Ikram mau pun sendiri itu sama saja, toh, satu bulan mereka menikah Ikram belum pernah menyentuhnya.

Saat Zahrana hendak melangkah meninggalkan kamar, tangan Tiara menahan lengannya. "Zahra, tidak kah lebih baik, kamu melepaskan Mas Ikram untukku?" ucapnya.

Zahrana menatap lekat wanita di hadapannya. "Tiara.... Saat ini kita adalah madu, aku akan bersikap layaknya madu yang manis dan bermanfaat untuk pengobat segala sakit, aku harap kamu pun melakukan hal yang sama."

"Sampai kapan kamu bertahan dalam kondisi seperti ini, sementara akulah wanita yang di cintai Mas Ikram," ujar Tiara.

"Apapun yang terjadi dalam hidup ini, bukan hal yang kebetulan.... Ada tujuan dan konsekwensinya, ada misi dan orientasinya, tugas kita hanya memainkan peran masing-masing dari skenario sang maha sempurna," tutur Zahrana dengan tenang.

Ekor mata Zahrana menangkap senyum semirk Tiara. "Jika satu hari nanti Mas Ikram yang akan meninggalkanmu?" ucap Tiara.

"Aku tidak pernah takut di tinggalkan sesama mahluk pemakan rezeki, aku hanya takut di tinggalkan oleh sang pemeberi rezeki, aku yakin jika pun takdir memisahkan aku dan Mas Ikram, Allah tidak akan membiarkan aku kehilangan kehormatan sebagai wanita dan seorang istri," tegas Zahrana.

Senyum Zahrana mengembang di hadapan sang madu sebelum ia berlalu, menuju dapur untuk memastikan persediaan makan malam cukup untuk mereka.

"Sesakit ini ternyata..." batinnya. Saat melihat sang suami memasuki kamar istri keduanya.

Zahrana berjalan menuju kamar pribadinya pandangannya kosong, menyusuri setiap sudut kamar yang dingin dan sepi. Menahan sesak di lubuk hati yang kelam.

Balas budi yang harus ia bayar dengan perasaan, demi etika yang di junjung atas sesama manusia. Zahrana tidak ingin dianggap manusia yang tidak bisa membalas budi, tapi.... Haruskan hal ini ia rasakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun