Bulir bening perlahan mengalir dari sudut mata. Wanita yang berusaha tegar dengan kerapuhan soal rasa yang bergelayut menjadi beban dalam dada.
Zahrana, menceritakan semua yang terjadi dalam rumah tangganya. Ibu panti pun tidak dapat berbuat apa-apa atas keputusan Zahrana. Ia hanya bisa memeberi nasehat dan menjadi pendengar setia agar Zahrana tidak merasa sendiri.
"Padahal apa sih kurangnya, Kak Zahra, cantik, baik, solehah...." Ucap Nazma selepas mengantar Zahrana menuju taksi onlinenya.
"Sstt... sudahlah Ibu yakin, Zahrana mampu melewati semua ini dengan baik-baik saja," ujar ibu panti memotong ucapan Nazma.
*****
Kedatangan Ikram mengejutkan Zahrana. Pasalnya semenjak pernikahan dua hari lalu, Ikram sama sekali tidak memberi kabar apa pun. Hari ini tiba-tiba ia pulang ke rumah bersama istri keduanya.
"Mas... kenapa tidak memberi kabar?" tanya Zahrana.
"Maaf, aku gak sempat memberi kabar, oiya, Tiara ikut kesini, gak apa-apa, kan?" tanya Ikram tanpa memikirkan perasaan Zahrana.
 Zahrana hanya tersenyum ia sadar hal ini adalah konsekwensi atas keputusannya mengijinkan Ikram untuk menikahi kekasihnya.  Jika ia tidak mengijinkan hal itu, sudah pasti suaminya akan menikah secara diam-diam dan itu pasti akan lebih menyakitkan.
"Tiara... ini kamar kamu. Selama kamu disini, anggaplah rumah sendiri," suara lembut Zahrana begitu bersahabat.
"Terimakasih, Zahra, terus... mas Ikram akan tidur di mana? Bersamamu atau bersamaku," ucap Tiara