Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sujud Terakhir Zahrana

8 April 2024   11:06 Diperbarui: 8 April 2024   11:08 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber fhoto Bing Image Kreator digital Ai

Tidak perlu malam untuk menyaksikan kegelapan, di sudut sepi hidup, dapat kita saksikan cahaya yang begitu redup.

Kumandang adzan subuh. Bangunkan geliat pagi, sepotong hati resah. Menadah sabana penuh mimpi. Mengapa gelang senja melingkar pada sepotong awan kelabu di ujung asa, hampa bisikan kalbu yang terlanjur menatap ranjang kelam.

Aroma ronce melati masih sangat tercium harumnya. Ucapan ijab kabul masih terngiang di telinga. Seharusnya semua masih di rasa indah untuk sebuah pernikahan yang baru terjadi satu bulan lalu.

Tapi.... Pagi ini Zahrana akan mengantar sendiri pernikahan suaminya.

"Baik, aku akan menerima perjodohan ini, tapi dengan syarat jika waktunya tiba aku berhak menikah kembali dengan wanita yang aku cintai," ucap Ikram kala itu. Saat mendatangi panti asuhan tempat di mana Zahrana tumbuh dewasa.

Zahrana hanya mengangguk pelan saat itu. Ia pun tak kuasa menolak perjodohan ini, saat kedua orang tua Ikram memintanya untuk menikah dengan putra semata wayangnya. Mengingat akan jasa mereka yang telah memberikan pendidikan dan kehidupan yang sangat layak di panti asuhan tempatnya bernaung. Setelah kedua orang tuanya meninggal karena bencana.

"Terimakasih Zahra," ucap Ikram membuyarkan lamunan Zahrana. Saat menuju rumah calon pengantinnya. Zahrana hanya tersenyum sambil menatap sang suami, tersenyum di tengah tangis hati yang ia sembunyikan di sudut paling dalam.

sumber fhoto Bing Image Kreator digital Ai
sumber fhoto Bing Image Kreator digital Ai

Untuk kali pertama Ikram menggenggam tangan Zarhana begitu hangat, layaknya suami yang mencintai.

Kebahagiaan Ikram terpancar lewat sorot matanya, ia begitu bersemangat. Seraya menggenggam jemari Zahrana ia melangkah menuju tempat di mana ia akan menikahi wanita yang ia cintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun