Aku percaya Ratu Anne adalah petarung tangguh dan cerdas, tapi Alexsander manusia licik. Sudah berapa banyak pedang di tangannya menelan korban.
"Lalu, ada pesan lagi?"
"Tidak yang mulia.... Yang Mulia Ratu Anne hanya berpesan agar saya melindungi yang mulia di wilayah tahta," ujarnya dan langsung membantuku menghalau lawan.
Sabetan-sabetan pedang mulai melukai tubuhku. Darah tak dapat di hentikan, tapi adrenalineku tak membuatku merasa sakit.
Focusku hanya kepada tahta dan Ratu Anne yang memenuhi isi kepalaku.
Tiba-tiba satu busur panah menacap di tepat di bahu kananku. Aku menatap nanar kepada seorang kesatria yang masuk kedalam istana dengan menunggang kuda.
"Aaarrrggghhh!!" geramku sambil menahan sekuat tenaga agar pedang tetap berada dalam genggamanku.
Aku hendak melompat menerjang kearahnya. Tiba-tiba benturan tameng logam menghantam kepalaku dan aku kembali terkulai di lantai istana.
Seorang berbadan besar, dengan topeng hitam menghampiriku seraya menghunuskan pedang.
"Menyerahlah Howard!" serunya lantang.
"Menyerah? Jangan mimpi kamu Alexander, aku dan Ratu Anne---"