"Baik yang mulia."
Tiba saatnya hari pertempuran. Kami banyak kehilangan prajurit, meski sebagian pasukan berhasil mendesak pasukan lawan. Namun king Alexander tak mau kalah, ia berhasil menyusupkan beberapa kesatria ke dalam benteng.
Kedua jendral perang memimpin pasukan dengan menunggangi gajah. Prajurit yang belum terlatih pun terpaksa di turunkan untuk melindungi istana.
Ratu Anne memang petarung yang handal dengan lincah ia memainkan pedang saat melawan pasukan yang berhasil masuk kedalam istana.
Satu persatu petarung tangguh pasukan King Alexsander di tebas tanpa ampun.
Ratu Anne sempat merasa panik dan cemas sebelum ia bergerak memimpin pasukan menuju gerbang istana.
"Howard kamu jangan menjauh dari Tahta, aku curiga Alexander hanya ingin menguasai king Dom!" teriaknya di tengah pertarungan.
Tidak kulihat lagi sosok Ratu Anne. Aku pun ikut bertaung hingga menjauh dari tahta. Bersamaan dengan itu seorang kesatria berjubah, masuk dengan badan penuh luka.
"Yang mulia... ada pesan dari yang mulia Ratu Anne," ucapnya sambil berusaha membantuku menghalau serangan musuh.
"Katakan!" teriaku seraya memutar pedang.
"Alexander sudah tiba di gerbang, dan yang mulia Ratu Anne akan menghadapinya satu lawan satu."