"Waalaikumssalam," ucap seorang wanita paruh baya, yang tidak lain adalah istri dari pak kiayi, sambil membukakan pintu.
"Nafisa? Mari Nak, pak Yayi sudah menunggu," ucapnya.
"Baik, Umi. Terimaksaih," jawab Nafisa.
"Silahkan duduk, Nak," lanjut Umi, mempersilahkan Nafisa untuk duduk, lalu beliau pun turut serta, duduk di samping pak kiayai.
"Saya sudah mendengar apa yang kamu dan Salsa bicarakan. Kamu tau kenapa saya memanggilmu ke sini?"
Nafisa menggeleng. "Tidak kiayi," jawabnya seraya meremas ujung hijab dengan jemarinya.
"Tidak seharusnya kamu melawan ketidak tahuan dengan kekerasan, suara yang tinggi atau pun amarah."
"Tapi, Salsa sudah menghina Pak Kiayai."
"Bukan menghina. Tapi dia tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Bukankah tidak selamanya kebaikan selalu di balas dengan kebaikan? Biarkan dia mencari lebih dalam lagi. Tentang semua makna dalam hidupnya. Perlu waktu untuk mengetahui sebuah kebenaran."
"Baik, Kiayi."
"Sekarang kembalilah ke asrama dan minta maaf kepada Salsa."