Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Wanita di Balik Jendela

2 Februari 2024   16:53 Diperbarui: 7 Februari 2024   20:49 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku ingin iya hidup bahagia meski tanpa aku. (Sumber fhoto/iStock)

"Aku tau batas kesanggupanku, aku takut jika akhirnya menyakiti hatimu lebih jauh lagi, Kinan sudah hidup dan tumbuh di sini, tanpa bisa aku melupakannya," ucap Bima seraya menepelkan sebelah tangan di dadanya.

"Mita, terimakasih sudah membantuku sejauh ini, aku minta maaf jika akhirnya aku tidak bisa, kamu tau bagaimana rasa sakitnya aku, kehilangan Kinan."

"Ini pun sangat menyakitkan untuku, Bim," ucap Mita berurai air mata.

"Sekali lagi, aku minta maaf, tolong hargai keputusanku, sebelum semuanya terlanjur jauh dan itu akan lebih menyakitimu."

Deras air mata Mita membasahi pipinya, harapan yang hancur karena masa lalu, kenangan yang seharusnya terkubur bersama jasadku, namun semua itu masih tetap hidup bersama Bima.

Seandainya bisa ingin kukatakan. Jika sampai detik ini, aku pun masih sangat mencintainya, tapi... sekarang kita hidup di dunia yang berbeda, aku ingin Bima melanjutkan hidup dan berbahagia bersama yang lain.

Bima bangkit dari duduknya, sesaat ia berdiri di samping Mita yang menahan tangis, berusaha membendung luapan air mata.

Ia menyentuh lembut bahu wanita itu, ini tidak harus terjadi seandainya Bima mampu melupakan egonya yang selalu menyalahkan diri sendiri.

"Maafkan aku Mit," ujarnya lirih, guncangan bahu Mita tidak membuatnya merubah keputusan.

Aku ingin iya hidup bahagia meski tanpa aku. (Sumber fhoto/iStock)
Aku ingin iya hidup bahagia meski tanpa aku. (Sumber fhoto/iStock)

Ia pun berlalu meninggalkan Mita. Apakah aku harus senang atau sedih saat aku tahu jika Bima tidak bisa melupakanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun