Ada beberapa hal yang perlu di jelaskan kembali mengenai persepsi orang tentang keturunan tionghoa di indonesia pada Tajir,
1. Apakah Benar Mereka semua nya tajir
2. Siapakah keturunan etnis tionghoa/china yang dimaksud
Pemerintah china pernah melakukan survei bahwa orang keturunan etnis tionghoa di indonesia 70% hidup di bawah garis kemiskinan dan menengah dan 30% nya baru berada pada level tajir seperti PK Ojong pendiri kompas.
Tapi masyarakat indonesia punya ukuran sendiri dalam menilai sesuatu dan itu sederhana seperti melihat toko/grosir di seluruh wilayah indonesia atau dilihat dari 10 orang terkaya di indonesia 7-8 nya adalah keturunan etnis tionghoa, saya tidak tahu percis bagaimana untuk membuktikan data yang tepat mengenai hal ini.
Baca juga : Suasana "Tionghoa" di Yogyakarta
Yang jelas ini semua terkait "pelabelan/stereotype" maksud nya seperti
jika ada orang padang pelit apakah karena ke padangan / ke minangan nya?
Atau jika ada orang ambon jadi kolektor itu sudah menjadi kodrat nya?
Pelit ya emang karena pelit aja dan menjadi penagih hutang karena memang tersedia nya lapangan kerja yang mudah di akses memang itu.
Orang kulit hitam jika membunuh orang apa karena kenegroan nya? Â Tentu banyak kemungkinan, bisa aja karenal kesal saja.
Begitu juga jika memang harus ada pertanyaan dan pembuktian apakah etnis tionghoa bisa tajir karena faktor keturunan etnis tionghoa nya?
Kemudian mengenai siapakah yang di maksud keturunan tionghoa / china yang dimaksud?
Ada teman saya dari fisik nya china sekali dalam konteks pemahaman orang indonesia tentang china. Kulit putih, mata sipit, bung andrew juga kalah china nya sama teman saya ini, tapi dia menegaskan pada teman nya bahwa dia ini orang ciranjang, asli sunda cianjur tidak mau di sebut orang china, fasih berbahasa sunda tidak bisa bahasa mandarin, canton, atau hokien. Malahan dia bilang saya yang china karena sempat memandu turis tiongkok yang sedang berkunjung di bandung.
Baca juga : Bagaimana Orang Tionghoa Mengejar Hoki?
Jika kita lihat dari sensus penduduk dan survei yang ada mengenai etnis tionghoa ini juga tidak pernah sama, tidak pernah jelas dan isi survei nya selalu berbeda.
Yang menghasilkan kebudayaan di indonesia juga salah satunya etnis tionghoa dan jika lebih detail lagi melihat kromosom dan DNA kita bisa di simpulkan bahwa kita ini semua adalah keturunan tionghoa, ciba saja di runut kebelakang jejak kromosom nya pasti di temukan bercak/jejak etnis tionghoa.Â
Beberapa kota di indonesia juga didirikan oleh etnis tionghoa seperti gresik dan kota lain di utara pantai jawa, jadi bisa di simpulkan bahwa masyarakat gresik itu adalah etnis tionghoa yang berevolusi dari mulai mata, warna kulit, bahasa, kultur, budaya dan lain sebagainya hingga menjadi masyarakat gresik yang kita kenal sekarang.
Jika tetap kita menghakimi bahwa etnis tionghoa itu mayoritas tajir maka jawaban nya menurut saya bukan karena itu semua, melainkan karena mereka adalah perantau. Jadi bukan karena chinese nya tapi karena mental perantauan nya.
Dalam strategi shunju ada kalimat begini, "Tempatkan pasukan mu di tempat yang tidak ada jalan keluarnya" dengan maksud agar pasukan tidak terpecah konsentrasi nya sehingga pilihan nya adalah bertarung sampai mati.
Hidup sebagai perantauan itu pilihan nya jika tidak sukses anda akan "mati". Di china sendiri banyak sekali orang miskin nnya bahkan lebih banyak, apakah mereka miskin karena etnis nya?
Mereka yang ada di indonesia itu sukses dengan mental perantauan dimana mereka berada pada posisi yang tidak nyaman sehingga mereka termotivasi untuk membuat diri mereka nyaman dan selamat. Sekali lagi bukan karena etnis mereka bisa meraih kesuksesan.
Kembali lagi pada stereotype jika orang batak kaya itu jadi pengacara, jika miskin/gagal jadi supir angkot atau tukang tambal. Mereka yang menjadi pengacara sukses juga kan karena merantau, jika Bung hotman tidak pernah keluar dari tanah batak mungkin dia tidak menjadi seperti sekarang yang kita kenal.
Kemudian falsafah china juga sangat di kenal dengan untuk mencari kekayaan sebanyak mungkin ditambah dengan mental perantauan nya.
Kemudian yang terjadi di masyarakat di benturkan nya antara masyarakat pribumi tidak bisa lebih kaya dari warga keturunan, jelas mereka yang mengatakan demikian adalah mereka yang malas berfikir.
Baca juga : Mengungkap Rahasia Budaya Peruntungan Bisnis Orang Tionghoa
Faktanya orang indonesia yang di anggap pribumi itu enggan berada dalam zona tidak nyaman makanya banyak yang rela membayar puluhan sampai ratusan juta hanya untuk menjadi PNS, polisi, tentara, pejabat, padahal kita tahu jika jadi PNS itu tidak bisa menjadi kaya, gaji nya pas pasan untuk hidup, kenapa masih mau jadi PNS?Â
Karena fikiran nya fokus pada kenyamanan tadi. dapat gaji, tidak di siplin tidak masalah karena susah di pecat, tidak berdedikasi tidak masalah, dan tetap akan dapat dana pensiunan di hari tua.
Dorongan untuk bisa santai, bisa aman, nyaman, dan bisa leha - leha ini yang membuat banyak masyarakat berebut untuk menjadi PNS. Mereka rela keluar puluhan sampai ratusan juta untuk mendapat pencapaian seperti itu, jika orang china punya ratusan juta, mereka tidak mau jadi PNS, mereka lebih memilih membuat peluang usaha lain agar bisa menjadi kaya raya.
Targetnya berbeda mereka yang di sebut china itu berusaha untuk menjadi sangat kaya, sedangkan target mereka yang di sebut pribumi adalah zona aman dan nyaman, meskipun harus rela nyogok untuk jadi PNS, dengan gaji 5-6 juta faktanya mereka mau melakukan itu.
Jadi jika ingin kaya caranya bukan dengan operasi menyipitkan mata dan memutihkan kulit kemudian kursus bahasa mandarin atau hokien, perantau atau bukan perantau coba tempatkan diri anda pada posisi yang tidak ada jalan keluar sehingga kita akan terus berjuang. Bukan masalah pendidikan, apalagi etnis dan agama, melainkan karena usaha kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H