"Tapi Ran, orangtua kamu dan orangtuaku belum tahu kan tentang kita. Lagi pula apa nggak terlalu cepat?"
"Orangtuaku sudah, tinggal kamu bilang sama Papa dan Mamamu. Besok kita pulang ke Jakarta, aku akan bicara sama orangtua kamu. Gimana, kamu setuju nggak?"
"Memang aku sudah bilang mau menikah denganmu?" tiba-tiba Fira menanyakan pertanyaan yang menyadarkanku, benar, dia belum menjawab pertanyaanku.
"Memang kamu nggak mau?" balasku agak kaget.
"Kalau aku bilang pikir-pikir dulu gimana?" Ternyata dia menggodaku.
"Ya udah kalau gitu aku terpaksa melaksanakan mitigation plan yang sudah aku siapkan. Kamu tahu aku sudah menyiapkan dua opsi untuk menghadapi situasi seperti ini." Fira menatap wajahku, bertanya.
"Opsi apa? Pakai opsi segala, dasar lawyer. Memangnya kamu yakin dengan opsi-opsi kamu itu bisa bikin aku menerima?" Fira berkata sambil tersenyum menggoda.
"Mau tau opsi yang pertama?" Fira menggangguk, begitu dia menggangguk serta merta aku rengkuh kepalanya dan kutatap matanya dan aku mulai menciumi seluruh wajahnya, bibirnya, belakang telinganya sampai ke lehernya awalnya lembut lama-lama semakin memanas. Mula-mula ada sedikit keraguan dari Fira tapi aku tidak menggubris sampai kurasakan dia mulai menikmatinya. Di saat kudengar Fira mulai mengeluarkan desahan, tiba-tiba kuhentikan ciumanku pada saat dia terpana aku bilang,
"Nah yang ini opsi kedua." Lantas aku berdiri meninggalkannya. Tidak lama kemudian aku dengar dia memanggilku,
"Ran...mau kemana?" Fira kebingungan dengan tindakanku.
"Mau check in ke Hotel yang sudah aku reserve."