Mohon tunggu...
Neil Armstronk
Neil Armstronk Mohon Tunggu... Freelancer - astronot shubuh.

aku, seorang yang pertama kali menginjakakan kaki ke matahari di waktu shubuh, hanya untuk membeli batik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita dari Hutan 2

29 Februari 2024   19:41 Diperbarui: 29 Februari 2024   19:44 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hutan selalu berpatroli di setiap minggunya, demi menjaga kawasanya agar tetap utuh. sembari berpatroli melihat - lihat kawasnya itu, hutan teringat akan perbincanganya dengan elang tadi. bagaimana induk elang itu yang sangat harmonis bersama anak - anaknya. tidak mungkin jika induk elang itu tidak bersedih jika di pisahkan dengan anak - anaknya.

sesekali hutan juga memikirkan tentang para manusia itu, yang datang tempo hari. hutan memang sedang seperti yang bingung, pasalnya dia harus di tuntut menyelamtkan seluruh mahluk di muka bumi, di mulai dari : tumbuhan, hewan, dan manusia itu sendiri. hutan memang memiliki hati yang lembut, tidak sedikit pun punya rasa ingin menguasai. bahkan sejatinya kekuasan milik hutan, tetap saja semua mahluk yang merasakan.

ketika hutan sedang asik memikirkan tentang segala hal yang mengganggu pikiranya, hutan melihat sebuah pohon besar yang sudah rimbun dan menyeramkan, serat - serat akarnya mengayun - ayun oleh angin. hutan berfikir, kenapa ada pohon ynag begitu menakutkan sekali, bahkan ia tumbuh besar di wilayahku. apakah karna dia manusia ingin merubah wilayahku? bukankah pasti setiap manusia yang datang melihatnya akan ketakutan, pikir hutan melihat poho yang besar.

 

" hey pohon besar!!! " ucap hutan kepada pohon besar itu dengan nada yang sedikit agak kasaar.

" ya? apakah anda berbicara kepada saya? " tanya pohon itu kepada hutan dengan kebingungan.

" iya, kau yang sangat terlihat menakutkan. yang membuat manusia ketakutan melihatmu." hutan meninggikan ucapanya kini.

" ya. " ucap singkat pohon besar itu pada hutan.

hutan geram dan marah pada pohon itu. hutan pikir, mengapa pohon itu harus ada di wilayahnya, padahal hutan menginginkan seluruh mahkluk bisa saling bermanfaat bagi mahluk lainya. apalagi terhdap manusia, tapi mengapa pohon itu malah berbuat seenaknya.

" kamu pergi dari wilyahku! " kali ini hutan mengatakan dengan nada yang sangat serius kepada pohon itu.

" tunggu, apakah anda??? "

" ya, saya adalah hutan. "  hutan merespon dengan cepat sebelum pohon itu mebereskan pernyatanya kepada hutan.

" aduh, tuan. maafkan saya tuan, aku kira itu bukan tuan. " 

kini pohon besar itu menundukan pucuk paling atasnya senantiasa seperti yang sedang meminta maaf. lantas tubuh yang besar milik pohon itu sekarang menjadi kecil. ketika pohon itu bergerak, terlihat beberapa hewan yang berlindung di batang - batang pohon itu berhamburan keluar. seperti ratusan burung yang memang langka terlihat hari ini, dan terbang menjauh. hutan melihat kagum kepada pohon itu, setelah melihatnya. tetapi di dalam hati hutan, dia sekarnag merasa sudah bersalah karna dia sudah berburuk sangka pada pohon itu.

" bangkitlah kembali, aku ingin melihat kembali para burung itu." pinta hutan kepada pohon itu.

pohon itu pun kembali bangkit dan menegakan seluruh badanya kembali. tak lama berselang, beberapa burung kembali, namun tidak semua yang pergi tadi kembali. hutan ingin melihat beberapa burung yang sudah langka, tapi ia tidak melihatnya kembali. 

" mengapa seluruh burung itu tidak kembali? " hutan bertanya pada pohon itu.

" tidak tuan, burung-burung itu selama ini bersembunyi di balik tubuhku yang menyeramkan ini. lalu mereka akan pergi jika ada sesuatu yang membuat mereka terancam. salah satuya ketika saya menundukan tubuh saya, mereka berterbangan seakan - akan bahwa tubuh saya tidak aman lagi untuk mereka huni, tuan." 

hutan kembali merasa bersalah atas apa yang sudah di lakukannya pada pohon itu. yang membuat seluruh burung yang sudah lama tidak ia lihat itu pergi. bahkan hutan baru saja mengetahui jika pohon tinggi besar yang menyeramkan itu, ternyata hanya sebagai tempat persembuniyaan burunng- burung yang sudah di nyatakan punah. 

" kemana mereka pergi? apa kau mengetahuinya pohon? "  tanya hutan pada pohon.

" saya tidak tahun tuan, apakah mereka memiliki tempat persembunyian yang langka atau mereka terkena jeratan milik manusia, dan di perjualkan oleh manusia." pungkas pohon pada hutan.

hutan semakin bersedih mendngar apa kata pohon. kali ini rasa penyesalan hutan semakin dalam, yang membuat hutan semakin berfikir bahwa jika dirinya tidak bisa menjaga semua penghuninya dengan baik.

" pohon, aku ingin berbicara kepadmu." 

" apa itu tuan? " pohon balik bertanya kepada hutan.

" sudah berapa lama kau berada di disini? "

" saya berada disini sudah ratusan tahun, tuan." sontak hutan kaget, bahwa pohon ini sudah lama berada di dalam wilyahnya dengan cuku lama. 

hutan menyadari jika dirinya memang baru - baru ini saja mengadakan patroli, apalagi setelah mendengar tujuan dari para manusia yang akan mengambil alih sebagian wilyahnya. 

" tuan, apa yang membuat tuan ada disini sekarang? pasti ada sesuatu yang membuat tuan tidak baik - baik saja." pohon kali ini bertanya pada hutan.

" beberapa hari yang lalu, aku mendengar manusia akan mengambil wilyahku secara sebagian. lalu mereka akan membangun sebuah pembanguanan besar - besaran yang di peruntukan untuk manusia itu sendiri. maka dari itu saya berfikir, apakah saya sudah tidak lagi mempunyai fungsi atau manfaatnya terhadap manusia. " ujar hutan dengan nada bicara yang sangat memilukan.

" tidak tuan, tuan justru memberikan manfaat yang sangat besar terhdap seluruh manusia, bahkan tuan tidak hanya memberikan manfaatnya kepada manusia, melainkan kepada seluruh mahluk yang ada di alam raya ini, tuan. " hutan memberikan pernyataanya untuk hutan yang sedang memikirkan dirinya.

" tetapi manusia - manusia itu sudah tidak percaya lagi kepada ku, pohon. " 

" tidak tuan, sebanarnya manuisa- manusia itu yang egois, mereka yang tidak berterimakasih kepada tuan. apakah manusia lupa, dari mana sumber mata air yang menjadi kehidupan manuisa selama ini jika tidak ada tuan. " pohon meninggika nada bicaranya kali ini, ia sungguh geram mendengar cerita dari hutan kepada pohon.

" bukankah itu yang menjadi tugasmu pohon? " tanya hutan pada pohon lagi.

" ya, itu memang benar, namun jika kami tidak ada tuan, apakah kami akan hidup dan berkembang sebsar ini jika kami berada di dalam pot rumah manusia. umur manusia sangat lah pendek tuan, tidak seperti kami. namun leluhur manusia menitipkan keturunanya kepada kami maka dari itu kami hingga saat ini tetap menjaga nya, dengan cara kami memberikan oksigen, air bersih, dan menyerap air hujan agar manusia tidur dengan sangat nyenyak di ruahnya masing  - masing. " tutur pohon yang sangat rinci.

hutan pun membenarkan pa yang di katakan oleh pohon, bagaimana dulu para leluhur manusia yang sangat berdekatan degnan hutan, bahkan tidak sedikit leluhur manusia yang sering bercengkrama dengan hutan dan berjanji untuk saling menjaga. " mengapa manusia saat ini tidak mengahargai para leluhurnya itu." pikir hutan.

" tuan, jika tuan sudah muak kepada manusia. lebih baik tuan cabut akar saya dari dasar tanah milik tuan ini, saya yakin tuan, manusia akan merasakan dampaknya. dan saya siap jika saya harus bertindak untuk tuan." 

" tidak, tidak, pohon. saya masih memegang janji saya untuk memberikan apa yang saya punya untuk seluruh mahluk di alam ini. mungkin saja manusia - manusia itu sedang membutuhkanya. dan saya harus siap jika memang harus memberikan wilyah saya pada manusia. " tolak hutan pada pohon.

" tidak tuan, manusia tidak akan pernah merasa puas. jika mereka memiliki sebagia kecil saja dari wilayah tuan, mereka akan bergerak sedikit demi sedikit, bahkan sammpai seluruh wilayah tuan habis." pohon kembali memberikan penegasan pada hutan

" saya masih mempercayai manusia, pohon. saya yakin manusia tidak akan bersikap seperti itu." ujar hutan dengan penuh kepercayaan.

" baik tuan kalo seperti itu, tapi ketika itu terjadi, saya akan mengambil jalan saya sendiri tuan,." 

" baik pohon." pungkas hutan menutup percakapan keduanya.

kini hutan kembali melanjutkan patrolinya dan meninggalkan pohon tinggi yang menyeramkan itu. di dalam pikiran hutan, hutan masih saja memiliki kepercayaan pada manusia. walaupun hutan sendiri tahu, bahwa saudara - saudara hutan yang lainya kini sudah tiada. bahkan tak sedikit menjadi kota yang megah dan mewah. namun hutan tetaplah memiliki hati yang istimewah, selalu bersikap baik pada manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun