Mohon tunggu...
Neil Armstronk
Neil Armstronk Mohon Tunggu... Freelancer - astronot shubuh.

aku, seorang yang pertama kali menginjakakan kaki ke matahari di waktu shubuh, hanya untuk membeli batik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita dari Hutan 2

29 Februari 2024   19:41 Diperbarui: 29 Februari 2024   19:44 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" ya, saya adalah hutan. "  hutan merespon dengan cepat sebelum pohon itu mebereskan pernyatanya kepada hutan.

" aduh, tuan. maafkan saya tuan, aku kira itu bukan tuan. " 

kini pohon besar itu menundukan pucuk paling atasnya senantiasa seperti yang sedang meminta maaf. lantas tubuh yang besar milik pohon itu sekarang menjadi kecil. ketika pohon itu bergerak, terlihat beberapa hewan yang berlindung di batang - batang pohon itu berhamburan keluar. seperti ratusan burung yang memang langka terlihat hari ini, dan terbang menjauh. hutan melihat kagum kepada pohon itu, setelah melihatnya. tetapi di dalam hati hutan, dia sekarnag merasa sudah bersalah karna dia sudah berburuk sangka pada pohon itu.

" bangkitlah kembali, aku ingin melihat kembali para burung itu." pinta hutan kepada pohon itu.

pohon itu pun kembali bangkit dan menegakan seluruh badanya kembali. tak lama berselang, beberapa burung kembali, namun tidak semua yang pergi tadi kembali. hutan ingin melihat beberapa burung yang sudah langka, tapi ia tidak melihatnya kembali. 

" mengapa seluruh burung itu tidak kembali? " hutan bertanya pada pohon itu.

" tidak tuan, burung-burung itu selama ini bersembunyi di balik tubuhku yang menyeramkan ini. lalu mereka akan pergi jika ada sesuatu yang membuat mereka terancam. salah satuya ketika saya menundukan tubuh saya, mereka berterbangan seakan - akan bahwa tubuh saya tidak aman lagi untuk mereka huni, tuan." 

hutan kembali merasa bersalah atas apa yang sudah di lakukannya pada pohon itu. yang membuat seluruh burung yang sudah lama tidak ia lihat itu pergi. bahkan hutan baru saja mengetahui jika pohon tinggi besar yang menyeramkan itu, ternyata hanya sebagai tempat persembuniyaan burunng- burung yang sudah di nyatakan punah. 

" kemana mereka pergi? apa kau mengetahuinya pohon? "  tanya hutan pada pohon.

" saya tidak tahun tuan, apakah mereka memiliki tempat persembunyian yang langka atau mereka terkena jeratan milik manusia, dan di perjualkan oleh manusia." pungkas pohon pada hutan.

hutan semakin bersedih mendngar apa kata pohon. kali ini rasa penyesalan hutan semakin dalam, yang membuat hutan semakin berfikir bahwa jika dirinya tidak bisa menjaga semua penghuninya dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun