Sumber: Kompas [11 Mitos tentang Virus Corona yang Tak Usah Dipercaya Lagi]
Sehingga muncul pernyataan, ada apa dengan media berita besar ini? Mengapa mereka menyebarkan kabar yang belum dapat dipastikan kebenarannya? Apakah ada kepentingan dari importir yang memanfaatkan media besar? Atau ada upaya menggoyang stabilitas Indonesia dengan menyebarkan berita hoax?
Kita dapat lihat di sini, kemerdekaan pers telah melampaui batas dalam membuat hoax berkemas pemberitaan.
Tak hanya itu, ternyata merebaknya virus corona dimanfaatkan oleh media besar untuk membuat tuduhan pada selebritas seperti Joshua. Pemberitaan media tersebut menyatakan bahwa Joshua Suherman kesal lantaran batal menonton Konser Green Day di Singapura menyusul wabah virus corona yang merebak di seluruh dunia.
Menurut Joshua ketika ditanya apakah kesal atau tidak terkait pembatalan konser, ia mengaku kesal, tapi ia bukan ahli medis sehingga tetap mengikuti apa yang diregulasikan untuk pencegahan.
Sayang fokus pemberitaan ada pada kekesalan Joshua karena konser dibatalkan. Joshua memprotes headline berita tersebut karena seolah-olah ia tidak memiliki rasa empati pada korban virus corona dan lebih memilih konser.
Sumber: Â Twitter jojosuherman
Protes dari Joshua mendapat dukungan dari warganet. Bahkan beberapa warganet menilai sudah saatnya UU Pers direvisi. Seperti atas nama akun @dianto_rusdian yang mengatakan, "Sudah waktunya UU Pers perlu direvisi, wartawan selama ini keenakan berlindung di balik UU Pers, kalau ada wartawan yangg salah menulis berita atau sengaja ditambahkan perlu dipidana biar ada efek jera".
Sumber: Twit @dianto_rusdian
Akibat protes dari Joshua dan warganet, media tersebut pun merubah headline beritanya.
Sumber:Â Detik [Green Day Tunda Tur Asia karena Corona, Joshua Suherman Batal Nonton]