"Ini best seller minggu ini," Bu Kemuning mengambil sebuah amplop coklat. "Tawaran kerja impian yang tidak pernah diambil. Lengkap dengan bayangan gaji yang lebih besar dan meja kantor dengan view city lights. Harga: 12 LinkedIn scroll tengah malam plus 3 update status mantan teman kuliah yang sukses."
Aku menelan ludah. Terlalu familiar.
"Dan ini," dia menunjuk ke seksi 'Petualangan Yang Tertunda', "untuk mereka yang selalu bilang 'nanti saja'."
Rak ini dipenuhi peta-peta usang, tiket yang tidak pernah digunakan, dan guide book yang masih terbungkus plastik. Ada satu item yang menarik perhatianku: sebuah ransel traveling yang terlihat hampir nyata.
"Gap Year Yang Tak Jadi - Termasuk: 15 foto Instagram orang lain di Machu Picchu, 4 guide book berdebu, dan satu set 'tunggu kondisi stabil'. Warning: Mungkin memicu spontaneous flight booking."
"Tapi yang paling berat," Bu Kemuning berbisik, menuntunku ke seksi paling belakang, "ada di sini."
Seksi 'Momen Keluarga' terlihat berbeda. Tidak ada label harga yang jelas, hanya foto-foto yang mulai memudar dan kursi kosong di meja makan.
"Ini..." suaraku tercekat.
"Ya," Bu Kemuning mengangguk lembut. "Semua 'kapan-kapan' yang tidak sempat, semua 'maaf' yang tidak terucap, semua 'aku sayang' yang tertahan."
Aku meraih sebuah bingkai foto. Di dalamnya, bayangan samar diriku dan ayah yang tidak pernah sempat kuajak mancing.
"Berapa... harganya?"