Mohon tunggu...
Nazwa Sindi Khaulia
Nazwa Sindi Khaulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi aktif di UNS, saya kelahiran bulan Agusstus 2005, hobi saya berolahraga dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesehatan Mental yang Dialami oleh Anak Pertama

7 Desember 2024   20:40 Diperbarui: 7 Desember 2024   21:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak pertama sering kali dianggap sebagai "pionir" dalam sebuah keluarga. Mereka adalah yang pertama kali merasakan pengalaman menjadi anak, dan sering kali dihadapkan pada harapan dan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan adik-adik mereka. Hal ini menciptakan dinamika yang unik dalam kehidupan mereka, baik dalam aspek emosional, psikologis, maupun sosial. Dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimana kesehatan mental anak pertama dapat terpengaruh oleh berbagai faktor, serta memberikan gambaran tentang tantangan dan strategi untuk mendukung mereka.

1.Peran Anak Pertama dalam Keluarga

Sebagai anak pertama, mereka biasanya menjadi pusat perhatian yang utama bagi orang tua. Orang tua sering kali memberikan perhatian ekstra, terutama karena mereka belum memiliki pengalaman dalam mengasuh anak. Di sisi lain, anak pertama juga cenderung merasa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga, yang bisa berdampak pada perkembangan kesehatan mental mereka.

Peran anak pertama sering kali mengarah pada harapan-harapan yang lebih tinggi, baik dalam hal prestasi akademik, moralitas, maupun tanggung jawab. Mereka juga sering dihadapkan pada ekspektasi untuk menjadi panutan bagi adik-adiknya. Ini bisa menyebabkan rasa tertekan yang besar, karena mereka merasa harus selalu tampil sempurna dan tidak boleh membuat kesalahan. Dalam banyak kasus, tekanan ini bisa menumbuhkan kecemasan dan stres yang mengganggu kesehatan mental mereka.

2. Tekanan untuk Sempurna

Banyak anak pertama yang merasa bahwa mereka harus menjadi contoh yang baik, baik untuk orang tua maupun adik-adik mereka. Harapan orang tua yang tinggi, meski sering kali datang dari niat baik, sering kali berujung pada beban psikologis yang cukup berat. Anak pertama sering kali merasa bahwa mereka tidak boleh membuat kesalahan, yang mengarah pada perfeksionisme. Perfeksionisme ini sering kali berdampak buruk pada kesehatan mental, karena mereka akan selalu merasa tidak cukup baik, bahkan ketika mereka sudah berusaha sebaik mungkin.

Beberapa studi menunjukkan bahwa anak pertama cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan adik-adik mereka. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidakpastian dan tekanan yang mereka hadapi dalam upaya untuk memenuhi harapan orang tua. Anak pertama juga sering kali merasa cemas tentang masa depan mereka, baik dalam hal karier, hubungan sosial, maupun kehidupan pribadi.

3. Tanggung Jawab yang Berat

Anak pertama sering kali diberikan tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan adik-adik mereka. Mereka diharapkan untuk menjadi "pembantu" bagi orang tua, membantu mengurus rumah, atau bahkan menjaga adik-adik mereka. Meskipun ini bisa menjadi pengalaman yang membentuk karakter dan memberikan rasa tanggung jawab, hal ini juga bisa menjadi beban emosional yang berat.

Tanggung jawab yang besar ini, terutama ketika diimbangi dengan tuntutan akademik dan sosial, dapat menyebabkan stres. Anak pertama mungkin merasa kewalahan, terutama jika mereka belum diajarkan cara untuk mengelola stres dan beban yang mereka rasakan. Dalam jangka panjang, perasaan tertekan ini bisa berujung pada masalah kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan.

4.Isolasi Sosial dan Perasaan Terasing

Anak pertama sering kali merasa terisolasi dalam keluarga. Mereka adalah satu-satunya anak pada awalnya, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang dewasa (orang tua atau keluarga dekat). Meskipun ini bisa memberikan kedekatan yang lebih erat, pada saat yang sama anak pertama mungkin merasa kurang memiliki teman sebaya yang dapat berbagi pengalaman yang serupa.

Perasaan terasing ini bisa semakin terasa ketika adik-adik lahir dan mulai mendapatkan perhatian dari orang tua. Anak pertama bisa merasa cemburu atau terabaikan, yang menyebabkan perasaan kesepian atau kecemasan. Proses adaptasi terhadap keberadaan adik-adik juga tidak selalu mudah. Beberapa anak pertama merasa harus bersaing untuk mendapatkan perhatian orang tua, dan ini dapat mempengaruhi bagaimana mereka memandang hubungan sosial mereka di luar keluarga.

5. Dampak pada Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri anak pertama sering kali dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk prestasi akademik, kemampuan mereka dalam memenuhi harapan orang tua, serta pengalaman sosial mereka. Karena mereka adalah yang pertama dalam keluarga, mereka mungkin tidak memiliki banyak referensi atau contoh dalam menghadapai tantangan hidup. Hal ini bisa membuat mereka merasa cemas dan kurang percaya diri dalam menghadapi situasi baru.

Namun, di sisi lain, banyak anak pertama yang merasa bangga dengan pencapaian mereka karena mereka sering kali berusaha lebih keras untuk memenuhi harapan. Sebagai contoh, anak pertama yang berhasil mencapai prestasi tertentu, baik di sekolah atau dalam bidang lain, akan merasakan rasa kepuasan dan kebanggaan yang tinggi. Namun, ketika mereka gagal mencapai ekspektasi, hal ini bisa merusak kepercayaan diri mereka secara signifikan.

6.Dinamika Keluarga dan Peran Orang Tua

Pentingnya peran orang tua dalam membentuk kesehatan mental anak pertama tidak bisa diabaikan. Orang tua yang mendukung dan memahami tantangan yang dihadapi oleh anak pertama akan lebih mampu membantu mereka mengatasi stres dan kecemasan yang muncul. Di sisi lain, orang tua yang terlalu menuntut atau tidak memberikan ruang bagi anak pertama untuk mengeksplorasi perasaan dan identitas mereka dapat memperburuk masalah kesehatan mental.

Orang tua yang memberikan dorongan positif dan membiarkan anak pertama mengeksplorasi kegagalan sebagai bagian dari proses belajar akan membantu mereka mengembangkan ketahanan mental yang lebih kuat. Sebaliknya, orang tua yang selalu menuntut kesempurnaan dan tidak menghargai upaya anak pertama dalam menghadapi tantangan bisa memperburuk rasa cemas dan tekanan yang mereka rasakan.

7. Mengelola Kesehatan Mental Anak Pertama

Meskipun anak pertama sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar dalam hal kesehatan mental, ada banyak cara untuk membantu mereka mengelola stres dan kecemasan. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mendukung kesehatan mental anak pertama:

a. Memberikan Ruang untuk Mengungkapkan Perasaan:

Anak pertama sering kali merasa bahwa mereka harus selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan. Orang tua perlu menciptakan lingkungan yang mendukung agar anak pertama merasa aman untuk mengungkapkan perasaan mereka. Dengan berbicara tentang perasaan, anak pertama dapat merasa lebih lega dan mengurangi kecemasan yang mereka rasakan.

b. Mengajarkan Pengelolaan Stres:

Penting untuk mengajarkan anak pertama cara yang sehat untuk mengelola stres. Ini bisa mencakup teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam atau meditasi, atau melibatkan anak dalam kegiatan fisik yang menyenangkan, seperti berolahraga. Anak pertama juga perlu diajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari hidup dan mereka tidak perlu merasa takut untuk gagal.

c. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri:

Memberikan anak pertama kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam hal-hal yang mereka minati, serta memberi pujian atas usaha mereka, dapat membantu membangun rasa percaya diri. Ketika anak pertama merasakan bahwa mereka dihargai atas usaha mereka, bukan hanya hasil akhirnya, hal ini dapat mengurangi tekanan untuk selalu sempurna.

d. Menciptakan Kehidupan Sosial yang Seimbang:

Mendorong anak pertama untuk mengembangkan persahabatan di luar keluarga dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dengan dunia luar. Dengan memiliki teman sebaya, mereka bisa belajar untuk berbagi perasaan dan pengalaman, yang membantu mereka merasa lebih diterima dan tidak terisolasi.

e. Dukungan Profesional:

Jika anak pertama mengalami masalah kesehatan mental yang cukup serius, seperti depresi atau gangguan kecemasan, penting untuk mencari bantuan profesional. Terapi atau konseling dapat membantu anak pertama memahami dan mengelola perasaan mereka dengan cara yang lebih konstruktif.

8. Kesimpulan

Kesehatan mental anak pertama merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian khusus. Tekanan, tanggung jawab, dan harapan yang tinggi sering kali menjadi faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. Meskipun tantangan-tantangan ini dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan mental, dengan dukungan yang tepat dari orang tua, keluarga, dan lingkungan sosial, anak pertama dapat belajar untuk mengelola stres dan kecemasan mereka dengan lebih efektif.

Penting untuk diingat bahwa setiap anak pertama memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dan mereka memerlukan pendekatan yang individual untuk mendukung perkembangan kesehatan mental mereka. Dalam hal ini, kesadaran orang tua akan tantangan yang dihadapi oleh anak pertama dan cara-cara untuk mendukung mereka sangatlah penting untuk memastikan bahwa mereka tumbuh menjadi individu yang sehat secara mental dan emosional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun