Kebudayaan merupakan hasil dari karya-karya manusia untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dalam masyarakat. Kebudayaan juga dimanfaatkan untuk berinteraksi
dalam masyarakat sekitarnya atau lingkungan sosial. Perkembangan yang terjadi pun akan
mengikuti arus adaptasi dalam lingkungan sekitarnya atau kebudayaan yang berperan aktif
di dalamnya. Manusia dalam kelompoknya mempunyai aturan-aturan atau norma, nilai-
nilai dianggap sakral, serta adat kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang yang
dimana dikenal sebagai warisan tradisi.Identitas budaya merupakan kesadaran terhadap karakteristik khusus kelompok
yang dimiliki seseorang dalam hal kebiasaan hidup, adat, bahasa, dan nilai nilai
(Dorais,1988). Identitas etnis selalu berhubungan dengan identitas budaya karena untuk
mengkategorikan suatu masyarakat harus mengetahui ciri khas budaya yang ada pada etnik
tersebut.
 Pada dasarnya yang dikenal dengan sebutan orang Jawa menurut Suseno adalah
orang yang memakai bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian dan merupakan penduduk
asli bagian tengah dan timur pulau Jawa. Mereka disebut Austroloid. Suku Jawa
merupakan suku yang menarik perhatian untuk dikaji karena terdapat beberapa aspek yang
dapat diteliti dalam unsur kebudayaan maupun bidang sosial. Suku jawa juga merupakan
suku terbesar yang mendiami indonesia, suku jawa juga identik dengan keberagaman adat
istiadatnya.Arti dari kata "Kebudayaan" berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah
yang merupakan bentuk jamak kata "buddhi" yang berarti budi dan akal. Dapat
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kebudayaan
merupakan bagian dari masyarakat yang diperoleh dari masyarakat yang mencakup
adat istiadat, kepercayaan serta norma-norma di dalamnya. Menurut Selo Soemardjan
dan Soeaeman Soemardi dalam Soekanto merumuskan kebudayaan sebagai hasil karya,
rasa, cipta masyarakat. Kebudayaan setiap bangsa terdiri dari unsur-unsur besar
maupun unsur-unsur kecil bagian dari suatu kebudayaan yang bersifat sebagai
kesatuan.
Menurut C. Kluckhohn, dalam karangan yang berjudul Universal Categories of
Culture (1953), menyimpulkan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dianggap
sebagian cultural universals (Koenjaraningrat, 1990):
1. Bahasa
2. Sistem Pengetahuan
3. Organisasi sosial dan sistem masyarakat
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Dasar hakiki kebudayaan Jawa memiliki banyak unsur, seperti adab pada
umumnya, adat istiadat, sopan santun, kaidah pergaulan (etnik), kesenian, keindahan
(estetika), mistik, ketuhanan, falsafah dan yg termasuk unsur kebudayaan pada
umumnya (Endraswara, 2005). Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
dan norma-norma kehduupan untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan
yang akhirnya memunculkan adat istiadat yang diwujudkan dalam bentuk tata upacara
dan masyarakat diharapkan untuk mentaatinya.
Kebudayaan juga disebut sebagai suatu sistem pandang dalam kehidupan
seseorang. Sejak manusia itu dilahirkan pasti akan dipengaruhi oleh budaya. Suku Jawa dianggap sebagai orang Jawa apabila telah menerapkan prinsip-prinsip
ke-Jawa-annya dalam artian menerapkan prinsisp tersebut di dalam kehidupan sehari-
harinya. Dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri berikut:
1. Orang Jawa sangat permisif terhadap pengaruh dari luar, tetapi tanpa
mengorbankan karakter aslinya. Misalnya, banyak yang menganut agama islam,
hindu, buddha, kristen tetapi karakternya masih menganut animisme atau
dinamisme yang ditunjukkan sebagai upacara tradisi.
2. Orang jawa cenderung mengagungkan seni adiluhung, yaitu seni wayang, tari
kesustraan, seni batik, seni bangunan dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa
orang Jawa lebih memiliki sifat impresif yang mengarah kepada kesadaran pada
spiritual transcedental dibanding sifat ekspresif yang berorientasi pada material
3. Orang Jawa dikenal selalu menerapkan sikap sopan, santun dan tata krama saat
bergaul dengan masyarakat sekitar. Penerapan etika ini bisa dicontohkan pada saat
orang-orang muda datang kepada sesepuh atau orang yang lebih tua untuk
melakukan sungkeman, biasanya dilaksanakan pada acara tertentu misalnya hari
lebaran yang disebut tradisi ujung.
Kebudayaan suku Jawa dilihat dengan mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan
keserasian. tanpa adanya pondasi tersebut, maka akan mempengaruhi keharmonisan
dan harus cepat dibicarakan agar tidak menimbulkSalah satu bentuk sistem pengetahuan suku Jawa yang ada, berkembang, danÂ
masih ada hingga saat ini, adalah bentuk penanggalan atau kalender. BentukÂ
kalender Jawa adalah salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik yangÂ
berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena penciptaanya yangÂ
terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-Budha, Jawa Kuno, dan bahkan sedikitÂ
budaya barat. Namun tetap dipertahankan penggunaanya hingga saat ini, walaupunÂ
penggunaanya yang cukup rumit, tetapi kalender Jawa lebih lengkap dalamÂ
menggambarkan penanggalan, karena didalamnya berpadu dua sistem penanggalan,Â
baik penanggalan berdasarkan sistem matahari (sonar/syamsiah) dan jugaÂ
penanggalan berdasarkan perputaran bulan (lunar/komariah).
Pada sistem kalender Jawa, terdapat dua siklus hari yaitu siklus 7 hari sepertiÂ
yang kita kenal saat ini, dan sistem panacawara yang mengenal 5 hari pasaran.Â
Sejarah penggunaan kalender Jawa baru ini, dimulai pada tahun 1625, dimana padaÂ
saat itu, sultan agung, raja kerajaan mataram, yang sedang berusaha menytebarkanÂ
agama islam di pulau Jawa, mengeluarkan dekrit agar wilayah kekuasaanyaÂ
menggunakan sistem kalender hijriah, namun angka tahun hijriah tidak digunakanÂ
demi asas kesinambungan. Sehingga pada saat itu adalah tahun 1025 hijriah, namunÂ
tetap menggunakan tahun saka, yaitu tahun 1547.
Dalam sistem kalender Jawa juga terdapat dua versi nama-nama bulan, yaituÂ
nama bulan dalam kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan. Nama-namaÂ
bulan dalam sistem kalender Jawa komariah (bulan) diantaranya adalah suro, sapar,Â
mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, danÂ
dulkijah. Namun, pada tahun 1855 M, karena sistem penanggalan komariahÂ
dianggap tidak cocok dijadikan patokan petani dalam menentukan masa bercocokÂ
tanam, maka Sri Paduka Mangkunegaran IV mengesahkan sistem kalenderÂ
berdasarkan sistem matahari. Dalam kalender matahari pun terdapat dua belas bulan. Tanpa perlu adanya organisasi masyarakat
jawa sudah sadar akan pentingnya saling peduli dan gotong royong antar sesama.
Masyarakat jawa pada jaman dahulu juga menganut system kekeluargaan dan
kekerabatan, jadi semua orang di anggap sebagai kerabat atau sodara sendiri. Karna
masyarakat jawa jaman dahulu menyadari bahwa manusia di dunia ini tidak bisa
hidup sendiri, perlu adanya saling gotong royong dan saling tolong menolong antar
sesame.
Contohnya dalam masyarakat jawa yang tinggal di pedesaan, masih mengenal
rewang. Yaitu para pemuda karang taruna yang dengan sukarela membantu meladeni
tamu waktu tetangga desa tersebut mengadakan acara kemantenan. Mereka
bergotong royong membantu tanpa meminta bayaran dari sang tuan rumah, begitu
bergilir saling bantu membantu timbale balik.Terdapat beberapa contoh peralatan dan teknologi tradisional yang digunakan
masyarakat Jawa. Pada umumnya peralatan yang digunakan dalam pertanian baik
di sawah maupun di sawah masih sangat sederhana seperti penggunaan cangkul,
bajak, dan garu. Selain itu, perlengkapan rumah tangga tradisional seperti tikar,
kursi, meja, dan lemari masih umum digunakan. Dari segi transportasi masih
digunakan kendaraan tradisional seperti delman, keretek, sado, dan gerobak yang
ditarik oleh kuda atau kerbau. Terdapat juga cangkul dan gerabah. Gerabah ini
untuk menyimpan makanan, dan alat pusaka di Jawa sendiri seperti keris.
Selanjutnya ada sistem penanggalan tradisional Jawa bernama Pranoto
Mongso yang didasarkan pada fenomena alam dan digunakan para petani untuk
menentukan waktu yang tepat untuk menanam dan memanen tanaman. Dalam hal
teknologi modern, Jawa Timur telah mengalami kemajuan yang signifikan di
bidang teknologi informasi dan komunikasi, dengan akses internet yang lebih
mudah dan luas yang mengarah pada berkembangnya teknologi digital, e-
commerce, dan start-up teknologi.Kesenian suku Jawa mencakup berbagai bentuk seni tradisional yang menjadi
ciri khas dari budaya Jawa. Beberapa kesenian yang menjadi ciri suku Jawa antara
lain:
1) Seni Tari: Seni tari yang menjadi ciri suku Jawa antara lain Tari Gambyong,
Tari Bedhaya Ketawang, Serimpi, dan Bambangan Cakil.
2) Seni Pertunjukan: Wayang kulit, wayang jemblung, wayang orang, wayang
beber, wayang wahyu, wayang golek, wayang klithik, kethoprak, ludruk, dan
kentrung. Seni Bangunan: Rumah Joglo, rumah adat Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
3) Lagu Daerah: Suwe Ora Jamu, Gundul-Gundul Pacul, Cublak-Cublak
Suweng, Lir ilir, dan lain-lain.
4) Alat Musik: Gambang, Bonang, Gender, Gong, Kendang, Kenong, Saron,
Siter, Slenthem, dan Demung.
Alat musik ini digunakan dalam berbagai ansambel musik tradisional Jawa
seperti gamelan. Setiap alat musik memiliki ciri khasnya masing-masing dan
berperan khusus dalam menciptakan bunyi musik tradisional Jawa yang rumit dan
merdu. Penting untuk dicatat bahwa instrumen-instrumen ini tidak hanya penting
secara musikal tetapi juga secara budaya, karena merupakan bagian integral dari
warisan dan identitas Jawa.
REFERENSI
Abimanyu, W. (1994). Sistem pengetahuan dan arti primbon bagi orang Jawa dalam
beradaptasi terhadap lingkungan.
Lantowa, J., & Bagtayan, Z. A. (2017). Sistem Religi Masyarakat Jawa dalam Novel Mantra
Pejinak Ular Karya Kuntuwijoyo (Kajian Antropologi Sastra). JURNAL
IKADBUDI, 6(1).
Syakhrani, A. W., & Kamil, M. L. (2022). Budaya Dan Kebudayaan: Tinjauan Dari Berbagai
Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur Kebudayaan Yang Bersifat Universal.
Cross-border, 5(1), 782-791.
Santoso, B. (2017) "BAHASA DAN IDENTITAS BUDAYA," Sabda: Jurnal Kajian
Kebudayaan, vol. 1, no. 1, pp. 44-49.
Sumarto. (2019). Budaya, Pemahaman, dan Penerapannya "Aspek Sistem Religi, Bahasa,
Pengetahuan, Sosial, Kesenian dan Teknologi". Jurnal Literasiologi, 146-152.
Sutarto, D. (2020). Sistem Religi sebagai Identitas Sosial Budaya Masyarakat . Jurnal Trias
Politika , 81-83.
DISUSUN OLEH
1. Nazwa Fatin Oktariani (2303620)
2. Dinda Arviana Puspitasari (2301557)
3. Sahila Putri Airin (2308808)
4. Lidya Fadila (2312221)
5. Alfrida Magai (2310773)
6. Travis Samuel Tremonti Kalangi (2301948)
7. Wanda Reza (2308369)
8. Tsani Fadilla Rahmi Firdayanti (2312230)
9. Nisrina Aulia Rahmania (2303376)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H