Mohon tunggu...
Nazwa Fatin
Nazwa Fatin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mempunyai Hobi basket dan bersosialisasi sehingga dapat memudahkan untuk mengetahui hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Mendalam Terhadap 7 Unsur Kebudayaan Universal pada Suku Jawa

13 Desember 2023   20:21 Diperbarui: 13 Desember 2023   22:38 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebudayaan merupakan hasil dari karya-karya manusia untuk meningkatkan

kualitas kehidupan dalam masyarakat. Kebudayaan juga dimanfaatkan untuk berinteraksi

dalam masyarakat sekitarnya atau lingkungan sosial. Perkembangan yang terjadi pun akan

mengikuti arus adaptasi dalam lingkungan sekitarnya atau kebudayaan yang berperan aktif

di dalamnya. Manusia dalam kelompoknya mempunyai aturan-aturan atau norma, nilai-

nilai dianggap sakral, serta adat kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang yang

dimana dikenal sebagai warisan tradisi.Identitas budaya merupakan kesadaran terhadap karakteristik khusus kelompok

yang dimiliki seseorang dalam hal kebiasaan hidup, adat, bahasa, dan nilai nilai

(Dorais,1988). Identitas etnis selalu berhubungan dengan identitas budaya karena untuk

mengkategorikan suatu masyarakat harus mengetahui ciri khas budaya yang ada pada etnik

tersebut.

 Pada dasarnya yang dikenal dengan sebutan orang Jawa menurut Suseno adalah

orang yang memakai bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian dan merupakan penduduk

asli bagian tengah dan timur pulau Jawa. Mereka disebut Austroloid. Suku Jawa

merupakan suku yang menarik perhatian untuk dikaji karena terdapat beberapa aspek yang

dapat diteliti dalam unsur kebudayaan maupun bidang sosial. Suku jawa juga merupakan

suku terbesar yang mendiami indonesia, suku jawa juga identik dengan keberagaman adat

istiadatnya.Arti dari kata "Kebudayaan" berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah

yang merupakan bentuk jamak kata "buddhi" yang berarti budi dan akal. Dapat

diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Kebudayaan

merupakan bagian dari masyarakat yang diperoleh dari masyarakat yang mencakup

adat istiadat, kepercayaan serta norma-norma di dalamnya. Menurut Selo Soemardjan

dan Soeaeman Soemardi dalam Soekanto merumuskan kebudayaan sebagai hasil karya,

rasa, cipta masyarakat. Kebudayaan setiap bangsa terdiri dari unsur-unsur besar

maupun unsur-unsur kecil bagian dari suatu kebudayaan yang bersifat sebagai

kesatuan.

Menurut C. Kluckhohn, dalam karangan yang berjudul Universal Categories of

Culture (1953), menyimpulkan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dianggap

sebagian cultural universals (Koenjaraningrat, 1990):

1. Bahasa

2. Sistem Pengetahuan

3. Organisasi sosial dan sistem masyarakat

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi

5. Sistem mata pencaharian hidup

6. Sistem religi

7. Kesenian

Dasar hakiki kebudayaan Jawa memiliki banyak unsur, seperti adab pada

umumnya, adat istiadat, sopan santun, kaidah pergaulan (etnik), kesenian, keindahan

(estetika), mistik, ketuhanan, falsafah dan yg termasuk unsur kebudayaan pada

umumnya (Endraswara, 2005). Masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai

dan norma-norma kehduupan untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan

yang akhirnya memunculkan adat istiadat yang diwujudkan dalam bentuk tata upacara

dan masyarakat diharapkan untuk mentaatinya.

Kebudayaan juga disebut sebagai suatu sistem pandang dalam kehidupan

seseorang. Sejak manusia itu dilahirkan pasti akan dipengaruhi oleh budaya. Suku Jawa dianggap sebagai orang Jawa apabila telah menerapkan prinsip-prinsip

ke-Jawa-annya dalam artian menerapkan prinsisp tersebut di dalam kehidupan sehari-

harinya. Dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri berikut:

1. Orang Jawa sangat permisif terhadap pengaruh dari luar, tetapi tanpa

mengorbankan karakter aslinya. Misalnya, banyak yang menganut agama islam,

hindu, buddha, kristen tetapi karakternya masih menganut animisme atau

dinamisme yang ditunjukkan sebagai upacara tradisi.

2. Orang jawa cenderung mengagungkan seni adiluhung, yaitu seni wayang, tari

kesustraan, seni batik, seni bangunan dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa

orang Jawa lebih memiliki sifat impresif yang mengarah kepada kesadaran pada

spiritual transcedental dibanding sifat ekspresif yang berorientasi pada material

3. Orang Jawa dikenal selalu menerapkan sikap sopan, santun dan tata krama saat

bergaul dengan masyarakat sekitar. Penerapan etika ini bisa dicontohkan pada saat

orang-orang muda datang kepada sesepuh atau orang yang lebih tua untuk

melakukan sungkeman, biasanya dilaksanakan pada acara tertentu misalnya hari

lebaran yang disebut tradisi ujung.

Kebudayaan suku Jawa dilihat dengan mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan

keserasian. tanpa adanya pondasi tersebut, maka akan mempengaruhi keharmonisan

dan harus cepat dibicarakan agar tidak menimbulkSalah satu bentuk sistem pengetahuan suku Jawa yang ada, berkembang, dan 

masih ada hingga saat ini, adalah bentuk penanggalan atau kalender. Bentuk 

kalender Jawa adalah salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik yang 

berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena penciptaanya yang 

terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-Budha, Jawa Kuno, dan bahkan sedikit 

budaya barat. Namun tetap dipertahankan penggunaanya hingga saat ini, walaupun 

penggunaanya yang cukup rumit, tetapi kalender Jawa lebih lengkap dalam 

menggambarkan penanggalan, karena didalamnya berpadu dua sistem penanggalan, 

baik penanggalan berdasarkan sistem matahari (sonar/syamsiah) dan juga 

penanggalan berdasarkan perputaran bulan (lunar/komariah).

Pada sistem kalender Jawa, terdapat dua siklus hari yaitu siklus 7 hari seperti 

yang kita kenal saat ini, dan sistem panacawara yang mengenal 5 hari pasaran. 

Sejarah penggunaan kalender Jawa baru ini, dimulai pada tahun 1625, dimana pada 

saat itu, sultan agung, raja kerajaan mataram, yang sedang berusaha menytebarkan 

agama islam di pulau Jawa, mengeluarkan dekrit agar wilayah kekuasaanya 

menggunakan sistem kalender hijriah, namun angka tahun hijriah tidak digunakan 

demi asas kesinambungan. Sehingga pada saat itu adalah tahun 1025 hijriah, namun 

tetap menggunakan tahun saka, yaitu tahun 1547.

Dalam sistem kalender Jawa juga terdapat dua versi nama-nama bulan, yaitu 

nama bulan dalam kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan. Nama-nama 

bulan dalam sistem kalender Jawa komariah (bulan) diantaranya adalah suro, sapar, 

mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan 

dulkijah. Namun, pada tahun 1855 M, karena sistem penanggalan komariah 

dianggap tidak cocok dijadikan patokan petani dalam menentukan masa bercocok 

tanam, maka Sri Paduka Mangkunegaran IV mengesahkan sistem kalender 

berdasarkan sistem matahari. Dalam kalender matahari pun terdapat dua belas bulan. Tanpa perlu adanya organisasi masyarakat

jawa sudah sadar akan pentingnya saling peduli dan gotong royong antar sesama.

Masyarakat jawa pada jaman dahulu juga menganut system kekeluargaan dan

kekerabatan, jadi semua orang di anggap sebagai kerabat atau sodara sendiri. Karna

masyarakat jawa jaman dahulu menyadari bahwa manusia di dunia ini tidak bisa

hidup sendiri, perlu adanya saling gotong royong dan saling tolong menolong antar

sesame.

Contohnya dalam masyarakat jawa yang tinggal di pedesaan, masih mengenal

rewang. Yaitu para pemuda karang taruna yang dengan sukarela membantu meladeni

tamu waktu tetangga desa tersebut mengadakan acara kemantenan. Mereka

bergotong royong membantu tanpa meminta bayaran dari sang tuan rumah, begitu

bergilir saling bantu membantu timbale balik.Terdapat beberapa contoh peralatan dan teknologi tradisional yang digunakan

masyarakat Jawa. Pada umumnya peralatan yang digunakan dalam pertanian baik

di sawah maupun di sawah masih sangat sederhana seperti penggunaan cangkul,

bajak, dan garu. Selain itu, perlengkapan rumah tangga tradisional seperti tikar,

kursi, meja, dan lemari masih umum digunakan. Dari segi transportasi masih

digunakan kendaraan tradisional seperti delman, keretek, sado, dan gerobak yang

ditarik oleh kuda atau kerbau. Terdapat juga cangkul dan gerabah. Gerabah ini

untuk menyimpan makanan, dan alat pusaka di Jawa sendiri seperti keris.

Selanjutnya ada sistem penanggalan tradisional Jawa bernama Pranoto

Mongso yang didasarkan pada fenomena alam dan digunakan para petani untuk

menentukan waktu yang tepat untuk menanam dan memanen tanaman. Dalam hal

teknologi modern, Jawa Timur telah mengalami kemajuan yang signifikan di

bidang teknologi informasi dan komunikasi, dengan akses internet yang lebih

mudah dan luas yang mengarah pada berkembangnya teknologi digital, e-

commerce, dan start-up teknologi.Kesenian suku Jawa mencakup berbagai bentuk seni tradisional yang menjadi

ciri khas dari budaya Jawa. Beberapa kesenian yang menjadi ciri suku Jawa antara

lain:

1) Seni Tari: Seni tari yang menjadi ciri suku Jawa antara lain Tari Gambyong,

Tari Bedhaya Ketawang, Serimpi, dan Bambangan Cakil.

2) Seni Pertunjukan: Wayang kulit, wayang jemblung, wayang orang, wayang

beber, wayang wahyu, wayang golek, wayang klithik, kethoprak, ludruk, dan

kentrung. Seni Bangunan: Rumah Joglo, rumah adat Jawa Tengah dan Jawa

Timur.

3) Lagu Daerah: Suwe Ora Jamu, Gundul-Gundul Pacul, Cublak-Cublak

Suweng, Lir ilir, dan lain-lain.

4) Alat Musik: Gambang, Bonang, Gender, Gong, Kendang, Kenong, Saron,

Siter, Slenthem, dan Demung.

Alat musik ini digunakan dalam berbagai ansambel musik tradisional Jawa

seperti gamelan. Setiap alat musik memiliki ciri khasnya masing-masing dan

berperan khusus dalam menciptakan bunyi musik tradisional Jawa yang rumit dan

merdu. Penting untuk dicatat bahwa instrumen-instrumen ini tidak hanya penting

secara musikal tetapi juga secara budaya, karena merupakan bagian integral dari

warisan dan identitas Jawa.

REFERENSI

Abimanyu, W. (1994). Sistem pengetahuan dan arti primbon bagi orang Jawa dalam

beradaptasi terhadap lingkungan.

Lantowa, J., & Bagtayan, Z. A. (2017). Sistem Religi Masyarakat Jawa dalam Novel Mantra

Pejinak Ular Karya Kuntuwijoyo (Kajian Antropologi Sastra). JURNAL

IKADBUDI, 6(1).

Syakhrani, A. W., & Kamil, M. L. (2022). Budaya Dan Kebudayaan: Tinjauan Dari Berbagai

Pakar, Wujud-Wujud Kebudayaan, 7 Unsur Kebudayaan Yang Bersifat Universal.

Cross-border, 5(1), 782-791.

Santoso, B. (2017) "BAHASA DAN IDENTITAS BUDAYA," Sabda: Jurnal Kajian

Kebudayaan, vol. 1, no. 1, pp. 44-49.

Sumarto. (2019). Budaya, Pemahaman, dan Penerapannya "Aspek Sistem Religi, Bahasa,

Pengetahuan, Sosial, Kesenian dan Teknologi". Jurnal Literasiologi, 146-152.

Sutarto, D. (2020). Sistem Religi sebagai Identitas Sosial Budaya Masyarakat . Jurnal Trias

Politika , 81-83.

DISUSUN OLEH

1. Nazwa Fatin Oktariani (2303620)

2. Dinda Arviana Puspitasari (2301557)

3. Sahila Putri Airin (2308808)

4. Lidya Fadila (2312221)

5. Alfrida Magai (2310773)

6. Travis Samuel Tremonti Kalangi (2301948)

7. Wanda Reza (2308369)

8. Tsani Fadilla Rahmi Firdayanti (2312230)

9. Nisrina Aulia Rahmania (2303376)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun