Mohon tunggu...
Nayyara R
Nayyara R Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagasan Libur Sebulan Penuh di Bulan Ramadhan: Solusi Ideal atau Justru Tantangan Baru bagi dunia Pendidikan?

2 Februari 2025   22:12 Diperbarui: 2 Februari 2025   22:12 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dari sisi tenaga pengajar, kebijakan ini juga menambah tantangan tersendiri. Guru harus menyusun strategi baru agar kurikulum tetap berjalan sesuai target. Beberapa pihak mengusulkan pembelajaran daring sebagai solusi alternatif, tetapi efektivitasnya masih dipertanyakan, terutama bagi siswa di daerah dengan akses internet terbatas.

Solusi Alternatif: Fleksibilitas Jam Belajar Selama Ramadhan 

Alih-alih menerapkan libur penuh, pemerintah bisa mempertimbangkan opsi yang lebih fleksibel. Salah satu solusinya adalah mengurangi durasi jam belajar selama Ramadhan tanpa benar-benar menghentikan kegiatan akademik. Misalnya, sekolah tetap berjalan dengan jadwal yang lebih singkat, sehingga siswa tetap menerima pembelajaran tanpa merasa terbebani. Hal ini akan memungkinkan siswa untuk tetap mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa harus mengorbankan waktu ibadah mereka.

Selain itu, metode pembelajaran berbasis proyek atau tugas mandiri bisa menjadi alternatif agar siswa tetap memiliki kegiatan akademik selama bulan puasa. Dengan pendekatan ini, mereka tetap terlibat dalam aktivitas belajar tanpa harus datang ke sekolah setiap hari. Pemerintah juga perlu memperkuat infrastruktur pembelajaran daring agar siswa tetap bisa mengakses materi pendidikan dari rumah. Jika kebijakan libur panjang ini benar-benar ingin diterapkan, perlu ada strategi matang untuk memastikan kualitas pendidikan tetap terjaga.

Kesimpulan: Bijak dalam Menentukan Kebijakan 

Kebijakan libur sebulan penuh di bulan Ramadhan memang memiliki tujuan baik, yakni memberikan kenyamanan bagi siswa Muslim dalam menjalankan ibadah. Namun, dampaknya terhadap kelangsungan akademik juga harus dipertimbangkan dengan cermat.  

Alih-alih menerapkan kebijakan yang berpotensi menghambat pencapaian kurikulum, pemerintah sebaiknya mencari solusi yang lebih seimbang. Fleksibilitas jam belajar atau metode pembelajaran berbasis tugas bisa menjadi alternatif yang lebih efektif dibandingkan libur penuh.  

Pada akhirnya, kebijakan ini lebih dari sekadar keputusan untuk memberikan libur atau tidak. Ini adalah soal bagaimana negara dapat memastikan pendidikan tetap menjadi prioritas tanpa mengabaikan aspek sosial dan keagamaan. Keputusan yang diambil sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan aspek keagamaan, tetapi juga memastikan bahwa sistem pendidikan tetap berjalan dengan baik. Jika tidak dikelola dengan bijak, kebijakan ini bisa menjadi bumerang yang justru merugikan siswa di masa depan.  

Lantas, bagaimana menurut Anda? Apakah libur sebulan penuh selama Ramadhan adalah keputusan yang tepat, atau justru berpotensi menimbulkan masalah baru?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun