Mohon tunggu...
Nayyara R
Nayyara R Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya suka membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagasan Libur Sebulan Penuh di Bulan Ramadhan: Solusi Ideal atau Justru Tantangan Baru bagi dunia Pendidikan?

2 Februari 2025   22:12 Diperbarui: 2 Februari 2025   22:12 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pemerintah kembali melontarkan gagasan kebijakan yang memantik perdebatan: libur sekolah selama satu bulan penuh pada Ramadhan 2025. Usulan ini mendapat respons beragam dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua, tenaga pendidik, hingga pakar pendidikan. Sebagian menilai langkah ini sebagai bentuk penghormatan terhadap umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa. Namun, ada pula yang mempertanyakan dampaknya terhadap efektivitas pembelajaran dan kelangsungan akademik siswa.  

Lantas, apakah kebijakan ini merupakan langkah strategis atau justru kebijakan populis yang berisiko menimbulkan masalah baru?

Manfaat Libur Sebulan: Waktu Optimal untuk Beribadah  

Pendukung kebijakan ini berpendapat bahwa libur panjang selama Ramadhan memungkinkan siswa lebih fokus dalam menjalankan ibadah tanpa terganggu oleh tuntutan akademik. Puasa sering kali memengaruhi tingkat energi dan konsentrasi seseorang, sehingga mengurangi beban akademik dinilai sebagai langkah bijak.  

Selain itu, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat pemahaman agama di lingkungan keluarga. Siswa memiliki lebih banyak waktu untuk mengikuti kegiatan keagamaan, seperti kajian Islam, tadarus Al-Qur'an, dan berbagai aktivitas yang mendukung penguatan nilai-nilai spiritual.  

Jika berkaca pada beberapa negara mayoritas Muslim seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, mereka telah menerapkan sistem libur panjang saat Ramadhan. Jika Indonesia mengambil kebijakan serupa, bukan tidak mungkin hal ini akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan antara pendidikan dan kehidupan keagamaan siswa.  

Namun, apakah manfaat ini cukup untuk mengorbankan satu bulan penuh dalam kalender akademik? Apakah kebijakan ini benar-benar solusi atau hanya reaksi sesaat?

Risiko dan Tantangan: Gangguan pada Kurikulum dan Disiplin Belajar 

Di sisi lain, kebijakan ini juga menuai kritik karena dinilai berpotensi mengganggu jalannya sistem pendidikan nasional. Dalam kurikulum saat ini, setiap semester memiliki target materi yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Jika satu bulan penuh siswa tidak menerima pembelajaran formal, bagaimana cara mengejar ketertinggalan materi?  

Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah pemberian tugas tambahan setelah liburan, yang justru bisa membebani siswa dan tenaga pengajar. Jika beban akademik menumpuk usai Ramadhan, apakah itu tidak bertentangan dengan tujuan awal kebijakan ini, yakni memberikan kenyamanan bagi siswa selama bulan puasa?  

Selain itu, tidak semua siswa menjalankan ibadah puasa. Bagi mereka yang ingin tetap produktif, libur panjang justru bisa menjadi bumerang, yang mengarah pada penurunan motivasi belajar. Jika tidak ada mekanisme pengganti yang jelas, risiko siswa menjadi kurang disiplin dalam belajar semakin besar.  Ditambah lagi, tidak semua orang tua siap mendampingi anak-anak mereka untuk tetap belajar di rumah selama liburan panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun