Mohon tunggu...
Noura Nahdliyah
Noura Nahdliyah Mohon Tunggu... Guru -

Alumnus Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya. Jago bermimpi. Penikmat Novel. Penikmat Film. Suka menulis. Selalu iri dengan mereka-mereka yang pandai menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepatu Zahid

27 Januari 2018   20:13 Diperbarui: 27 Januari 2018   20:38 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak jarang mereka juga membawa makanan dan pakaian bekas. Andi Kaget. Untuk apa Ayah mengajaknya ke sana. Padahal minggu kemarin mereka sudah ke sana. Dalam pikirannya, ia membayangkan Ayah akan mengajaknya ke toko sepatu.

Sesampainya di rumah baca, Ayah dan Zahid segera menemui Bu Rosmala dan memberikan buku-buku itu. Kemudian Zahid bermain dengan anak-anak jalanan yang memang sudah dikenalnya. 

Mereka biasanya belajar bersama di rumah baca milik Bu Rosmala tersebut. Setelah puas bermain, Ayah mengajak Zahid duduk di bawah pohon yang menghadap ke arah saung tempat anak-anak tersebut belajar.

"Nak, coba lihat mereka. Mereka butuh ilmu tapi mereka tidak punya cukup uang untuk mencari ilmu di sekolah. Karena merasa butuh, mereka datang kemari untuk mendapatkan ilmu yang mereka butuhkan. 

Di sini gratis. Mereka tidak perlu biaya untuk bisa membaca dan menulis. Sekarang coba Zahid lihat baju mereka. Apakah mereka tidak ingin baju bagus dan mahal? Mereka ingin. Tapi mereka belum butuh itu karena mereka sudah punya baju layak pakai yang setiap kali disumbangkan di rumah baca ini oleh relawan-relawan. 

Nah, Ayah tanya lagi. Zahid butuh sepatu baru atau ingin seperti teman-teman yang punya sepatu baru?". Ayah menegaskan.

"Ya, Ayah. Zahid paham". Ia mengangguk dan tersenyum.

"Ayo, Ayah. Kita pulang. Zahid mau bercerita pada Ibu tentang kegiatan kita hari ini", lanjutnya dengan semangat.

"Zahid masih ingin Ayah belikan sepatu buat Zahid?", tanya Ayah sekali lagi. "Mampir ke toko sebelah, yuk!", goda Ayah.

"Tidak, Ayah. Nanti saja kalau sepatu Zahid sudah berlubang". Zahid tertawa riang.

Ayah memeluk anak laki-lakinya itu. Mereka pulang dengan tertawa riang.

Noura N

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun