Al Hakim (2001) menjelaskan tentang pentingnya mengelola perbedaan SARA dan keanekaragaman budaya di Indonesia, serta merespons penyebaran ideologi asing dan globalisasi yang terus berubah. Ini diperlukan untuk membangun wawasan kebangsaan yang kuat dan integrasi yang mantap.
C.Dinamika Integrasi sosial
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiwa integrasi berdasar lima jenis integrasi sebagai berikut :
a.Pada tanggal 15 Agustus 2005, Indonesia mencapai sebuah pencapaian penting dalam integrasi bangsa melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Dalam momen bersejarah ini, pemerintah Indonesia berhasil mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung dan bersama-sama menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Proses ini menjadi langkah penting dalam menyelesaikan konflik disintegrasi yang telah berlangsung di Aceh sejak tahun 1975 hingga 2005.
b.Dalam upaya memperkuat integrasi wilayah, pemerintah Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957, yang menetapkan kedaulatan wilayah Indonesia dengan penetapan laut teritorial sejauh 12 mil dari garis yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau di seluruh nusantara. Dengan deklarasi ini, terjalinlah sebuah kesatuan dalam wilayah teritorial Indonesia. Laut tidak lagi berfungsi sebagai pemisah antar pulau, melainkan menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai pulau di Indonesia.
c.Mengenai integrasi nilai, Pancasila merupakan landasan nilai yang mengikat bangsa Indonesia. Upaya untuk mengembangkan Pancasila sebagai nilai integrasi terus dilakukan, termasuk melalui pendidikan. Di perguruan tinggi, Pancasila diajarkan dalam mata kuliah, sementara di sekolah, kurikulum 1975 memperkenalkan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sebagai salah satu mata pelajaran. Saat ini, kurikulum 2013 mengintegrasikan PPKn sebagai sarana untuk menyampaikan Pancasila sebagai nilai bersama serta dasar filsafat negara kepada generasi muda.
d. Dinamika integrasi elit-massa ditandai dengan seringnya pemimpin mendekati rakyat melalui berbagai kegiatan. Contohnya, kunjungan ke daerah, pertemuan dengan kader PKK, serta penyaluran aspirasi melalui kotak pos presiden. Kegiatan yang bertujuan untuk mendekatkan elit dan massa ini akan memperkuat dimensi vertikal integrasi nasional.
e.Integrasi tingkah laku, atau perilaku integratif, dapat diwujudkan melalui pembentukan lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, termasuk birokrasi.
D.Tantangan membangun integrasi sosial
Dalam mencapai integrasi nasional di Indonesia, terdapat tantangan dari dua dimensi, yaitu horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal melibatkan perbedaan suku, agama, ras, dan faktor geografi. Sementara dimensi vertikal berkaitan dengan kesenjangan antara elite dan massa, yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Tantangan vertikal sering kali berasal dari interaksi dengan dimensi horizontal, khususnya terkait dengan primordialisme. Masalah ini dapat memicu ketidakpuasan terkait SARA dan gerakan separatisme. Para pemimpin perlu terlibat aktif dalam mendengarkan keluhan masyarakat, berinteraksi dengan mereka, dan mengatasi ketidakmerataan dalam pembangunan untuk memperkuat integrasi nasional.
Tantangan dalam dimensi vertikal dan horizontal integrasi nasional Indonesia semakin nyata setelah reformasi tahun 1998. Konflik, baik horizontal maupun vertikal, seringkali muncul seiring dengan melemahnya otoritas pemerintahan pusat. Kebebasan yang diperoleh di era reformasi, sebagai bagian dari proses demokratisasi, sering disalahgunakan oleh sejumlah kelompok dalam masyarakat untuk bertindak semaunya. Tindakan ini mengakibatkan munculnya pergerakan antar kelompok, sementara demonstrasi menentang kebijakan pemerintah juga kerap terjadi, sering kali disertai dengan tindakan anarkis.