Mohon tunggu...
Nayla Syakira Pratiwi
Nayla Syakira Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nayla Syakira Pratiwi, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Langkah Strategis Diplomasi Indonesia Setelah Kelapa Sawit di Embargo Uni Eropa

5 Oktober 2024   22:18 Diperbarui: 5 Oktober 2024   22:34 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221220105101-532-889596/uni-eropa-sepakati-pajak-pembatasan-karbon-terbesar-di-dunia

Lalu embargo ini akan berdampak pada produksi sawit yang akan mengalami penurunan yang menjadi beban para petani, dan juga akan menyebabkan beberapa pekerja kehilangan pekerjaanya.

Dampak positif dari kebijakan Renewable Energy Directive (RED II) oleh Uni Eropa adalah, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, lalu dapat mengurangi masalah defortasi atau perusakan hutan sehingga dapat mengurangi masalah degradasi habitat satwa di Indonesia.

Lalu bagaimana langkah strategis yang akan dilakukan oleh Indonesia? Presiden terpilih Prabowo Subianto mengatakan bahwa beliau akan menggunakan kelapa sawit untuk kepentingan rakyat Indonesia, dan juga akan melakukan swasembada energi. (Majalah Sawit Indonesia, 2024)

Hal lain yang juga dapat dilakukan untuk mengatasi embargo yang dilakukan Uni Eropa terhadap kelapa sawit adalah dengan memilih China sebagai alternatif ekspor sawit Indonesia, hal ini dapat dilakukan karena potensi tingginya kebutuhan minyak nabati yang disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk di China dan akan terus bertambah.

Pada saat yang sama, pasokan minyak kedelai sebagai minyak nabati utama China terdisrupsi. Selain itu, peluang penggunaan biodiesel campuran 5% dengan solar (B5) serta kebutuhan terkait gaya hidup new normal disamping kebutuhan minyak sawit sebagai bahan pangan yang akan terus meningkat menjadi peluang tersendiri bagi masuknya sawit Indonesia dan produk turunannya ke China. (Lubis, 2022)

Jadi kebijakan Uni Eropa mengenai penmberhentian penggunaan sawit untuk biodiesel sebagaimana tercantum dokumen Delegated Regulation Supplementing Directive of The EU Renewable Energy Directive II (RED II), akan sangat berdampak bagi Negara pengekspor sawit di dunia terutama Indonesia sebagai Negara pengekspor sawit terbesar di dunia. Walau akan berdampak sangat besar terutama bagi sektor ekonomi di Indonesia, pemerintah harus dapat mengatasinya. Salah satu cara yaitu dengan menjadikan China sebagai pasar alternatif untuk mengekspor kelapa sawit, dikarenakan potensi tingginya kebutuhan minyak nabati akibat besarnya jumlah penduduk di China.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun