Mohon tunggu...
Nayla Syakira Pratiwi
Nayla Syakira Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nayla Syakira Pratiwi, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Langkah Strategis Diplomasi Indonesia Setelah Kelapa Sawit di Embargo Uni Eropa

5 Oktober 2024   22:18 Diperbarui: 5 Oktober 2024   22:34 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pekanbaru.go.id/p/news/harga-tbs-sawit-riau-turun

 

Uni Eropa akan menghentikan sama sekali pemakaian minyak sawit sebagai bahan bakar hayati pada 2030. (BBC News Indonesia, 2019)

Sebanyak 28 negara Uni Eropa mencapai konsensus bahwa minyak sawit tidak berkelanjutan dan tidak dapat digunakan untuk membuat biodiesel. Mereka menyoroti masalah deforestasi, atau perusakan hutan, yang disebabkan oleh budidaya sawit yang besar. (BBC News Indonesia, 2019)

Berikut merupakan Negara yang membutuhkan minyak kelapa sawit terbesar di dunia :

  • China
  • Uni Eropa
  • Amerika Serikat

Lalu, jika Uni Eropa masuk kedalam 3 besar Negara yang membutuhkan minyak kelapa sawit terbanyak di dunia, mengapa eropa embargo kelapa sawit? Berikut merupakan beberapa alasan mengapa Uni Eropa menerapkan kebijakan larangan impor minyak kelapa sawit (CPO), salah satu alasannya yaitu seperti yang sudah saya sebutkan diatas yaitu masalah deforestasi atau perusakan hutan, lalu industri sawit dianggap menyebabkan degradasi habitat satwa, korupsi, dan lainnya.

Bagaimana kebutuhan kelapa sawit di dunia? Kebutuhan minyak kelapa sawit di dunia terus meningkat seiring perannya sebagai minyak nabati utama di dunia saat ini. Berikut merupakan salah satu hal yang perlu diketahui mengenai kebutuhan CPO di dunia, Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling produktif. Produktivitasnya mencapai 3,36 ton per hektar per tahun, jauh lebih tinggi dari minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak bunga matahari.

Berikut merupakan beberapa Negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia (Koran Tempo, 2023) :

  • Indonesia
  • Malaysia
  • Thailand
  • Kolombia
  • Nigeria
  • Guatemala
  • Papua Nugini
  • Pantai Gading (Cte d'Ivoire)
  • Honduras
  • Brasil
  • Ekuador

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221220105101-532-889596/uni-eropa-sepakati-pajak-pembatasan-karbon-terbesar-di-dunia
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20221220105101-532-889596/uni-eropa-sepakati-pajak-pembatasan-karbon-terbesar-di-dunia

Keputusan Parlemen UE yang melarang penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biofuel dapat mengganggu pertumbuhan industri kelapa sawit di Indonesia. Negara pengekspor sawit terbesar di dunia adalah Indonesia, tetapi permintaan jumlah minyak sawit Indonesia berasal dari Uni Eropa. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah perlu melakukan langkah diplomasi agar minyak kelapa sawit Indonesia dapat diterima di pasar global. (Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR R, 2018)

Dampak negatif adanya embargo yang dilakukan Uni Eropa terhadap minyak kelapa sawit di Indonesia adalah, Berdasarkan catatan Tim Riset CNBC Indonesia, pemerintah diperkirakan kehilangan penerimaan negara dan pungutan ekspor sebanyak Rp 13 triliun per bulan akibat kebijakan uni eropa melarang ekspor minyak sawit mentah (CPO). (CNBC Indonesia, 2022).

Lalu embargo ini akan berdampak pada produksi sawit yang akan mengalami penurunan yang menjadi beban para petani, dan juga akan menyebabkan beberapa pekerja kehilangan pekerjaanya.

Dampak positif dari kebijakan Renewable Energy Directive (RED II) oleh Uni Eropa adalah, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, lalu dapat mengurangi masalah defortasi atau perusakan hutan sehingga dapat mengurangi masalah degradasi habitat satwa di Indonesia.

Lalu bagaimana langkah strategis yang akan dilakukan oleh Indonesia? Presiden terpilih Prabowo Subianto mengatakan bahwa beliau akan menggunakan kelapa sawit untuk kepentingan rakyat Indonesia, dan juga akan melakukan swasembada energi. (Majalah Sawit Indonesia, 2024)

Hal lain yang juga dapat dilakukan untuk mengatasi embargo yang dilakukan Uni Eropa terhadap kelapa sawit adalah dengan memilih China sebagai alternatif ekspor sawit Indonesia, hal ini dapat dilakukan karena potensi tingginya kebutuhan minyak nabati yang disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk di China dan akan terus bertambah.

Pada saat yang sama, pasokan minyak kedelai sebagai minyak nabati utama China terdisrupsi. Selain itu, peluang penggunaan biodiesel campuran 5% dengan solar (B5) serta kebutuhan terkait gaya hidup new normal disamping kebutuhan minyak sawit sebagai bahan pangan yang akan terus meningkat menjadi peluang tersendiri bagi masuknya sawit Indonesia dan produk turunannya ke China. (Lubis, 2022)

Jadi kebijakan Uni Eropa mengenai penmberhentian penggunaan sawit untuk biodiesel sebagaimana tercantum dokumen Delegated Regulation Supplementing Directive of The EU Renewable Energy Directive II (RED II), akan sangat berdampak bagi Negara pengekspor sawit di dunia terutama Indonesia sebagai Negara pengekspor sawit terbesar di dunia. Walau akan berdampak sangat besar terutama bagi sektor ekonomi di Indonesia, pemerintah harus dapat mengatasinya. Salah satu cara yaitu dengan menjadikan China sebagai pasar alternatif untuk mengekspor kelapa sawit, dikarenakan potensi tingginya kebutuhan minyak nabati akibat besarnya jumlah penduduk di China.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun