"Nenek suka pakai ayam kampung, Nak, karena dagingnya lebih gurih dan empuk," kata nenek. Â Aku membantu nenek mengaduk ayam hingga terbalut bumbu dengan merata. Â Nenek menambahkan sedikit air, lalu menutup wajan.
"Nenek suka masak ayam lado hijau dengan api kecil, Nak. Biar ayamnya matang sempurna dan bumbunya meresap dengan baik," jelas nenek. Â Aku membantu nenek memeriksa ayam sesekali, memastikan ayam matang sempurna dan bumbunya meresap. Â Setelah ayam matang, nenek menambahkan cabe hijau yang sudah dipotong-potong.
"Cabe hijau ini yang membuat ayam lado hijau menjadi pedas, Nak," kata nenek.Â
Aku membantu nenek mengaduk ayam dan cabe hijau hingga tercampur rata. Â Nenek menambahkan sedikit garam, gula, dan kaldu bubuk.
"Nenek suka pakai sedikit kaldu bubuk, Nak, biar rasanya lebih gurih," kata nenek. Â Aku membantu nenek mengaduk ayam dan bumbu hingga tercampur rata. Â Nenek mencicipi ayam lado hijau, lalu tersenyum puas.
"Sudah pas rasanya, Nak," kata nenek. Â Aku pun mencicipi ayam lado hijau.
Rasa pedas dan gurihnya langsung menggelitik lidahku. Â "Nenek, ayam lado hijaunya enak banget!" pujiku.Â
Nenek tersenyum bangga. "Nenek senang kamu suka, Nak," jawabnya.Â
Tante dan abang tiba-tiba datang. "Wah, ada aroma ayam lado hijau yang menggoda!" seru tante. Â "Nenek, ayam lado hijaunya sudah siap?" tanya abang.
 "Sudah, Nak. Ayo makan!" jawab nenek.  Kami pun makan bersama dengan lahap. Ayam lado hijau yang pedas dan gurih semakin nikmat disantap bersama nasi hangat.Â
"Maa, ayam lado hijaunya enak banget!" puji tante. Â "Rasanya pas banget, Nek!" tambah abang. Â Nenek tersenyum bahagia. "Nenek senang kalian suka," jawabnya.