Mohon tunggu...
Anisah Alfikrah
Anisah Alfikrah Mohon Tunggu... Lainnya - Owner Alfikrah Shop

Anisah Alfikrah adalah nama pena dari Siti Nur Anisah. Gadis berdarah Jawa ini lahir di Purworejo, 28 tahun silam. Penulis memulai pendidikannya di TK Mardisiwi Purworejo kemudian melanjutkan pendidikan di SD Netral D Yogyakarta, MTs Siti Mariam Banjarmasin, MA Al Falah Banjarbaru, kemudian melanjutkan studi pada Prodi PAI di IAIN Kudus hingga tahun 2019 silam. Berawal dari hobi membaca sejak masih SD, membuatnya tertarik pada dunia kepenulisan. Disela-sela waktu senggangnya Anisah sering menorehkan karyanya berupa puisi, cerpen serta novel di buku diary maupun di buku tulis dan telah dibaca oleh teman-temannya. Salah satu penulis favorit Anisah adalah H. Habiburrahman el Shirazy, Lc.Pg.D. Sejak membaca buku yang berjudul "Bumi Cinta" ditambah pengalamannya saat menjadi anggota Sukarelawan Palang Merah Indonesia di Kabupaten Demak, Anisah terinspirasi untuk membagikan hal-hal menarik yang ia alami sebagai pembelajaran bagi masyarakat luas. Salah satu impiannya adalah menerbitkan sebuah solo karya. Bagi gadis pecinta pedas ini, menulis merupakan salah satu cara menyalurkan ide dan isi hati serta jembatan untuk menginspirasi orang lain. Mottonya yakni, "Tidak ada usaha yang sia-sia karenaAllah tidak pernah tidur".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Beringin Keramat di Pantura

7 September 2022   17:49 Diperbarui: 7 September 2022   18:00 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya tidak, Pak! Sudah tiga orang lho yang berusaha menebang pohon itu. Rumor yang beredar, dua orang meninggal setelah beberapa waktu mencoba menebang pohon beringin itu, sedangkan satu orang masih hidup. Tetapi kabarnya orang itu menjadi tidak waras."

Dina hanya terdiam mendengar obrolan mereka yang cukup serius.

Memang selama ini orang tua Dina selalu mewanti-wanti agar berhati-hati jika bepergian. Khususnya jika melewati pohon beringin tua itu. Rumor tentang pohon beringin keramat itu memang telah menyebar luas pada masyarakat sekitar, serta menjadi cerita turun-temurun sejak puluhan tahun yang lalu. Konon katanya, pohon beringin itu telah tumbuh sejak zaman penjajahan. Dahulu kala, korban-korban kekejaman penjajah telah banyak yang dikubur di sekitar pohon beringin itu. Beberapa diantaranya bahkan dikubur hidup-hidup. Saat pembuatan jalan Pantura, pohon beringin itu berusaha untuk di tebang. Akan tetapi para pekerja kesulitan saat menebang pohon itu. Akhirnya pohon itu dibiarkan tetap tumbuh hingga sekarang.

Picture by: Pinterest

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun