*ia memang tak ada di sini, ia akan kau temui dengan berjalan di kekudusan sunyi, sambil memanggil Tuhan tanpa henti..
...
"dan agaknya aku memang mesti menyembelih manusia-manusia itu, man."
"emm."
"kau bisa mengajariku cara melakukannya?"
"haha, dasar bodoh,.."
''apa?"
"memangnya untuk apa? agar kau bisa tertawa-tawa dan jadi tuhan?"
"..."
"sinusoidal itu, di mana api memerciki bukit dan lembah.."
"aku sudah tidak tahu lagi.."
"kau lihat kan, ia sudah membakar celanamu sepagian ini..!!?"
"ugh, stensil kecil ini rumit, man..!!"
"sudah, biar hati yang melakukan dikotomi!"
...
*dan api mulai membakar sekujur tubuhnya, tak lama lagi ia akan cekikian memparodikan tuhan. tak akan jadi lama usai ia menekan tombol eksekusi itu. di interval kala ibu jari-ibu jari penyembahan hadir berkerubung..
R.D. 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H