Mohon tunggu...
Nawal
Nawal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi yang memiliki minat dalam bidang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Efisiensi Penggunaan BPJS dalam Pelayanan Kesehatan Mental

28 Desember 2021   16:53 Diperbarui: 28 Desember 2021   17:26 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di poli jiwa, petugas akan menanyakan sejumlah pertanyaan general seperti apa yang dirasakan, alasan datang, dan kondisi pasien. Ini adalah bentuk asesmen awal sebelum bertemu dokter spesialis kejiwaan/psikiater karena itu jawablah sejujurnya.

Setelah sesi tanya jawab dengan petugas, barulah pasien bisa mengikuti sesi konseling dengan psikiater atau psikolog.  Jawab semua pertanyaan psikiater atau psikolog dengan jujur meskipun  supaya psikolog/psikiater bisa memberikan diagnosis yang akurat.

Bagi pasien yang belum menikah, psikiater akan menanyakan izin orang tua untuk memberikan obat anti-depresan. Sebab, resep obat hanya bisa diberikan atas persetujuan orang tua pasien.

Jika pasien mendapat resep obat, tebus obat di apotek rumah sakit tersebut.

Dalam keadaan gawat darurat, seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan bisa dibawa langsung ke RS Khusus Jiwa tanpa rujukan Faskes Tingkat 1.

 

Kesimpulan

Saat ini sudah mulai banyak masyarakat yang peduli dan sadar akan pentingnya kesehatan mental. Hal ini juga didukung oleh pemerintah dengan adanya berbagai macam fasilitas terkait kesehatan mental seperti BPJS ataupun praktik swasta. Dengan adanya bantuan dari pemerintah berupa BPJS, masyarakat tidak perlu khawatir soal kekurangan biaya dalam hal pemeriksaan fisik dan mental. Namun, kekurangan dari menggunakan BPJS khususnya dalam Kesehatan mental adalah karena adanya sistem rujukan berjenjang yang harus dimulai di fasilitas Kesehatan tingkat pertama, yaitu puskesmas menyebabkan pasien tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan langsung seperti di swasta. Sedangkan kekurangan dari praktik Swasta dalam kesehatan mental adalah hanya dapat diakses oleh orang-orang yang memiliki kondisi finansial yang cukup memadai. Sehingga diperlukan adanya peraturan atau kebijakan lebih lanjut agar semua masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan mental secara merata.

Penulis: Devinna, Gadiez, Giwang, Haifa, Nawal, Qori, & Shena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun