Embusan napas panjang aku lakukan. Berada di posisi ini terasa menyiksaku. Rasanya begitu abu-abu dan kabur. Aku selalu memikirkan cara untuk dapat lepas dari posisi ini, tetapi di waktu yang bersamaan ada rasa yang menghadangku untuk melakukan cara itu.
Aku sepenuhnya sadar, bahwa aku sudah melanggar perintah dan aturan dari orang tuaku. Banyak yang berubah dari diriku semenjak aku tinggal di kota orang. Padahal, belum sampai setahun, tapi perubahan yang aku alami sangat signifikan. Teman sekamarku saja masih tidak menyangka dengan hal ini.
Pergulatan batin selalu aku rasakan hampir di tiap harinya. Termasuk untuk hari ini. Sebenarnya, ada rasa segan yang menyelundup dalam hatiku. Sayangnya, keseganan itu entah mengapa dengan mudahnya terselimuti dengan rasa terlampau berani.
Bu, Diba minta tolong, kirimin uang sejuta ya,Â
kalo bisa untuk hari ini. Diba ada praktikumÂ
dan harus bayar hari ini juga.Â
Begitu pesan WhatsApp-ku terkirim pada Ibu, aku langsung mematikan ponsel dan menyandarkan tubuh. Ini sebuah kebohongan. Ya, aku berbohong mengenai uang itu. Tidak ada praktikum sama sekali dalam mata kuliahku hari ini atau untuk beberapa minggu ke depan. Kalaupun ada, tidak membutuhkan uang yang segitu banyaknya.
Aku Adiba Namiza, yang biasa dipanggil Adiba. Aku hanya seorang perempuan biasa, yang mungkin sedang ada di masa labilku. Aku lahir dan besar di Yogyakarta, yang begitu lulus SMA mendaftar kuliah di kampus swasta daerah Jakarta. Pilihan itu murni dari diriku sendiri.
Sudah hampir satu tahun aku berkuliah di sini, dengan mengambil program pendidikan Manajemen. Aku merantau sendiri, tidak ada sanak saudara atau kerabat apa pun di kota orang ini. Sekarang aku tinggal di sebuah indekos khusus perempuan dengan seorang teman dari prodi yang sama denganku.
Mungkin ... bisa dibilang aku salah memasuki pergaulan. Saat di rumahku dulu, aku begitu dijaga oleh orang tuaku, punya banyak teman yang hampir delapan puluh persennya adalah perempuan. Namun, begitu berada di Jakarta ini, hal yang sebaliknya terjadi.
Tidak ada yang menjagaku dan aku juga tidak begitu pandai dalam menjaga diri, mungkin. Pertemananku sekarang campur, bahkan kebanyakan laki-laki. Ingin keluar dari lingkar pertemanan ini pun rasanya susah. Aku sendiri tidak mengerti mengapa hal ini terjadi.
"Udah belum? Mau pada otw, nih!"
Interupsi suara dari salah satu teman dekatku di circle ini bertanya. Aku menoleh padanya lalu mengalihkan pandangan pada ponsel. Ada notifikasi uang masuk di rekeningku. Ibu langsung mengirimkan uangnya.
"Udah nih, yuk!" sahutku.