Mohon tunggu...
Naufal Yuqa
Naufal Yuqa Mohon Tunggu... Editor - Sebuah tulisan dari hati untuk negri

Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Olahraga sampai ke Olahrasa

20 Juli 2021   12:57 Diperbarui: 20 Juli 2021   13:14 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini

Di era bumi yang tidak jelas ini, terlalu banyak permasalahan yang terjadi. Alam manusia dibuat geger hanya dengan barang kecil ndak keliatan. Ibadah, nongkrong, kerja, semua dibatasi.

Hal ini, memantik saya untuk berpikir dari tiap kejadian-kejadian yang ada “jangan-jangan mau kiamat.”

Karena konon katanya, di akhir zaman nanti semua akan kembali kezaman nenek moyang, maka termotivasi lah saya untuk berkuda dan memanah. Sebagai sarana berolahraga

kanjeng Nabi Muhammad SAW. pun menyarankan umatnya untuk berlatih memanah, berenang, dan berkuda.

Disatu sisi saya berlatih secara jasmaniah karena lelah dan keringetan. Namun pada sisi lainnya ada sebuah ilmu yang bermanfaat. Kalo kata orang tua saya bilang:

“ojo dolanan karo jaran, engko kepacal jaran. bisoho nunggang jaran”

Bahwa jaran disini yang dimaksud adalah ajaran atau ilmu. Jadi jangan bermain-main dengan ilmu, tapi pakailah ilmu untuk menghadapi dunia.

Jadi ilmu yang kita punya haruslah bermanfaat bagi orang lain. Jangan sampai merasa sudah mengerti tentang sesuatu lalu bertindak tanduk angkuh. Maka akan kemakan oleh ilmunya sendiri.

Selain itu, Menunggangi kuda itu memiliki irama naik dan turun. Sebagai joki harus memiliki keterampilan mengendalikan irama tersebut, jika tidak maka akan jatuh dari kuda, atau kuda tidak mau jalan.

Seperti halnya hidup, yang kita alami. Tiap-tiap manusia mengalami diatas dan dibawah. Ada suka dan ada duka. Kita tidak bisa melawan hal itu karena itu sudah ketetapan tuhan. Yang harus dilakukan adalah tekhnik pengendalian ketika diatas harus bersikap seperti apa, dan ketika dibawah harus bagaimana. Maka selaras lah hidup.

seperti kata nosstress

“jika sedih jangan terlalu, jika senang jangan terlalu.” Selaras.

Berlatih memanah

Selanjutnya memanah. Jika zaman dahulu biasa disebut “jemparingan.” Yang berarti anak panah. Dengan memanah, melatih diri untuk menarik busur dengan tenaga dan tenang, tapi tepat sasaran.

Sebagai pemula biasanya tak langsung tepat di titik tengah. Pasti nyasar dulu panahnya. Maka dari itu sabar, sembari tetap sadar.

Yang diperlukan dalam memanah tidak hanya kekuatan untuk menariknya, bahkan ditarik dengan tenaga pun sering kali busur terlepas dari tempatnya, atau melesat tak terkendali. Tak sesuai dengan bidikan. Maka dari itu ketenangan juga diperlukan dalam olahraga.

Lagi-lagi saya berbicara tentang pengendalian. Betapa pentingnya pengendalian diri, nafsu, atau apapun itu. Dalam olahraga maupun kehidupan.

Jangan sampai terbawa oleh hawa nafsu dan bertindak tunduk tak terkendali. Pada hakikatnya manusia memiliki banyak hal yang terjadi dalam hidup.

sumber: foto pribadi
sumber: foto pribadi

Seperti arjuna yang memiliki jiwa kesatria dengan panah pasoepati nya. Yang bermakna Sekali lihat, mati. Melihat sekejap dan melangkah setindak. Itulah arjuna sejati yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita.

Memanah juga memiliki makna, bahwa hidup itu perlu membuka hati selebar-lebarnya dengan tujuan yang jelas dan fokus pada satu titik saja. Perkara belum sesuai target adalah hal biasa yang harus dijalani.

Tak terpengaruh angin, tak terpangaruh apapun diluar diri. Karena awalnya ada dalam tiap pribadi sang pemanah. Maka berlatih agar terbiasa.

Kesimpulan

  • Manfaat yang didapat dari banyaknya penjabaran diatas adalah tentang olahraga dan juga olahrasa. Olahraga itu secara lahiriah, dan olahrasa itu lebih kepada ilmu dari dari kenyataan yang ada. Sebagai pedoman menuju kebenaran.
  • Bahwa hidup haruslah memiliki jiwa kesatria yang tangguh, bersih, menguasai, juga bijaksana. Maka tak hanya dajjal apapun bisa dilawan termasuk dajjalnya kita sendiri atau hawa nafsu yang ada..

Lapangkan dada, kuatkan kuda-kuda, dan berlatihlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun