Oleh :
Naufal Muhammad Rizhmi (1) dan Junianto (2)
- Â Mahasiswa Program Studi Perikanan Unpad
- Dosen Program Studi Perikanan Unpad
     Â
Pemindangan merupakan salah satu pengawetan ikan secara tradisional yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Pemindangan menurut Pandit (2016) ialah teknik pengolahan dan pengawetan dengan cara merebus atau memasak ikan dalam suasana bergaram dalam sebuah wadah yang selanjutnya terjadi proses pengurangan kadar air hingga batas tertentu.Â
Pindang tongkol yang diproduksi di Tanjungsari, Sumedang tidak jauh berbeda dengan pindang tongkol pada umumnya. Ikan tongkol dipindang utuh lalu disayat dagingnya secara menyamping untuk kemudian dibungkus menggunakan kertas pembungkus ketika ada permintaan konsumen.
Tentu dalam sebuah industri pemindangan ikan menciptakan sebuah nilai tambah bagi produk yang dihasilkan. Nilai tambah menurut Hardjanto (1993) ialah pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional berupa perlakuan dan jasa yang menambahkan kegunaan dan nilai komoditas.Â
Nilai tambah dilihat dari nilai produk akhir dikurangi biaya antara (Mistikomah 2019). Nilai tambah dari pindang tongkol sendiri umumnya sama di setiap industri pemindangan.Â
Seperti yang dikemukakan Mistikomah (2019) bahwa nilai tambah dari pindang tongkol berada pada angka Rp9.562,23 per kilogramnya dengan rasio nilai tambahnya berada di 29,13%.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, kebutuhan konsumen akan pindang tongkol cukup tinggi. Hal ini terlihat dari ketersediaan produk di pasar ketika menjelang siang ketersediaannya menipis.Â
Menipisnya ketersediaan pindang ini disebabkan segmentasi produk ini menyasar kepada masyarakat kalangan bawah. Hanya dengan Rp5000 saja, anda sudah mendapatkan 12 potong pindang tongkol. Jumlah tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan para konsumen.
Namun, bila dilihat dari bentuknya, pindang tongkol dijual dengan bentuk potongan daging tongkol yang telah dipindang yang dibungkus dengan kertas pembungkus ini kurang menarik. Penulis menyarankan, bentuk penyajian dan kemasan dari pindang tongkol ini dapat ditingkatkan. Seperti disajikan dalam bentuk filet dan dikemas dengan kemasan modern kedap udara sehingga kualitasnya terjaga.
Cara promosi mereka ini sudah baik, hanya saja di zaman serba online mereka dapat mempromosikan produknya melalui sosial media untuk menjaring lebih banyak konsumen.Â
Tentunya dengan kemasan yang lebih baik seperti yang disarankan di paragraf sebelumnya. Mereka juga dapat mencantumkan keunggulan serta informasi yang relevan bagi produk mereka di sosial media sehingga konsumen tertarik untuk membeli produk mereka.
Sedangkan kekurangan dari saluran pemasaran ini ialah dapat terjadinya spekulasi di tingkat pengecer untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar sehingga konsumen lambat menerima produk tersebut serta produsen sulit mengetahui perubahan selera konsumen.
Daftar Pustaka
Hardjanto, W. 1993. Bahan Kuliah Manajemen Agribisnis. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Kotler, Philip dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua belas. PT. Indeks. Jakarta
Mistikomah, E. 2019. Analisis Nilai Tambah Usaha Pemindangan Ikan (Studi Kasus di Sentra Pemindangan Desa Tanjung Luar) Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H