Mohon tunggu...
Naufal Fajri
Naufal Fajri Mohon Tunggu... Lainnya - Community Education

Community Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Transformative Learning sebagai Sarana Belajar Sepanjang Hayat

28 September 2024   08:43 Diperbarui: 28 September 2024   12:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Transformative Learning menitikberatkan pada proses penyadaran diri individu untuk berubah secara reflektif, terbuka, dan kritis terhadap permasalahan hidup. Dalam konsepnya, individu akan bertransformasi menjadi pembelajar yang mampu mengarahkan diri sendiri sehingga dapat mencapai sebuah perubahan, baik dalam segi pemahaman, kesadaran maupun pengalamannya. Secara khusus, pembelajaran ini dikembangkan untuk menemukan model pembelajaran yang mampu secara efektif menumbuhkembangkan kreatifitas belajar  sebagai salah satu bentuk perubahan pada diri individu. Lebih lanjut, Transformative Learning merupakan proses pembelajaran yang berorientasi pada perubahan diri seseorang, baik sisi kognitif (cara berpikir), afektif (sikap dan nilai) maupun dalam psikomotorik (keterampilan). Proses perubahan ini didasari oleh kesadaran atas kesalahan atau kelemahan yang dimiliki individu, sehingga akan merubah perspektif baru yang dinilai tepat agar menjadi pondasi dalam melakukan sebuah transformasi.

Pendidikan sepanjang hayat didefinisikan sebagai pengembangan potensi manusia melalui proses yang medukung secara terus menerus yang menstimulasi dan memberdayakan individu-individu agar memperoleh semua pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, dan pemahaman. Semuanya itu akan diperoleh dalam keseluruhan hidup individu dan kemudian menerapkannya dengan penuh percaya diri, penuh kreatifitas, dan menyenangkan dalam seluruh peran, iklim, dan lingkungan (Longworth dan Davies, 1996). Transformative Learning sebagai sarana belajar sepanjang hayat memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran bagi masyarakat agar mereka memiliki komitmen yang kuat untuk mengalami perubahan dalam hidupnya. Transformative Learning adalah produk refleksi kritis tentang pengalaman yang mengarah pada perubahan perspektif individu peserta didik. Transformasi akan terjadi apabila asumsi masa lalu disadari oleh pembelajar sebagai sesuatu yang tidak logis dan mereka berusaha untuk mendamaikan ide-ide baru dengan perspektif maknanya masing-masing. Perspektif makna ini sebagai sumber belajar dengan membuat makna dari pengalaman manusia. Merefleksikan pembelajaran sebelumnya menunjukkan apakah konten tetap relevan dalam keadaan sekarang, atau apakah pengambilan keputusan di masa depan memerlukan interpretasi, pemahaman, apresiasi, dan tindakan yang direvisi (Mezirow, 1990).

Urgensi berkembangnya pendidikan sepanjang hayat dilatarbelakangi oleh kondisi nyata bangsa-bangsa di dunia yang dihadapkan pada kian banyaknya pengangguran, bertambahnya penduduk miskin, melemahnya standar kehidupan dalam populasi penduduk dunia yang makin bertambah, dan makin tajamnya jurang antara yang kaya dan yang miskin. Kondisi tersebut menjadi inspirasi dan kunci bagi berkembangnya belajar sepanjang hayat melalui pengembangan potensi manusia (Longworth dan Davies, 1996). Tujuan Transformative Learning (Soenarwan, 2008) adalah untuk mentransformasikan pembelajar ke dalam suatu keadaan sehingga mereka dapat mencapai pembelajaran, mengembangkan semua potensi yang diinginkan, dan untuk memperkuat serta memotivasi pembelajar dalam usaha pengalaman belajarnya. Transformative Learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dari perspektif transformasi.

Pendidikan sepanjang hayat mempunyai ruang lingkup sepanjang kehidupan manusia. Artinya, seluruh kegiatan pendidikan berlangsung seumur hidup bagi seorang manusia dan juga berlangsung di mana saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan pembelajaran mencakup dan memadukan semua tahapan pendidikan dan tidak terhenti pada seluruh kegiatan pendidikan masa persekolahan saja. Jadi, pendidikan sepanjang hayat meliputi semua pola kegiatan pendidikan, baik formal, informal, maupun nonformal, baik kegiatan belajar yang terencana maupun yang bersifat insidental (Suhartono, 2008). Pendidikan sepanjang hayat bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hayat (Cropley, 2001).

Mezirow (1995) sendiri menekankan bahwa proses yang paling signifikan dalam Transformative Learning terjadi pada domain komunikatif, yakni bermula dari identifikasi masalah, nilai-nilai, atau perspektif awal, pengujian asumsi, dialog dengan diskursus kritis, hingga pada pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil diskursus. Salah satu produk dari Transformative Learning adalah terciptanya sebuah kreatifitas dan kecerdasan bertindak dalam proses interaksi melalui sebuah kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Sebagai bagian dari pembelajaran yang inovatif, Transformative Learning dapat memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk lebih percaya diri dengan membangun pondasi pembelajaran yang berorientasi kepada interaksi antara pendidik dan peserta didik. Pola interaksi ini merupakan salah satu faktor yang sangat penting, dimana transformasi dapat dimulai dan didirikan. Interaksi menjadi alat untuk peserta didik agar dapat berpikir secara kritis dan mewujudkan pembelajaran sosial yang dipraktikkan oleh individu itu sendiri. Komunikasi dengan penuh rasa percaya diantara masing-masing individu adalah faktor kunci yang mengarah pada kesuksesan dan transformasi peserta didik.

Patricia Cranton (2012) memahami Transformative Learning sebagai kegiatan pembelajaran yang ditujukan untuk proses penyadaran peserta didik terhadap kesalahan atau kelemahan persepektif dan asumsi dasar yang dimiliki untuk kemudian beralih pada perspektif baru yang dinilai tepat. Melalui Transformative Learning, para peserta didik dikondisikan untuk secara terus menerus melakukan refleksi, mempertanyakan atau bahkan menggugat terhadap perspektif yang telah dimiliki selama ini. Adapun strategi implementasi model Transformative Learning diantaranya sebagai berikut:

1.  Persiapan Pembelajaran

a. Melakukan prakondisi kepada peserta didik.

b. Penyiapan perangkat dan media pembelajaran.

c. Pengaturan latar belajar.

d. Penyiapan strategi monitoring dan evaluasi belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun