Mohon tunggu...
Naufal Fajri
Naufal Fajri Mohon Tunggu... Lainnya - Community Education

Community Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pedagogik Futuristik

18 September 2024   19:17 Diperbarui: 21 September 2024   20:17 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengembangan potensi peserta didik merupakan tanggung jawab para pendidik yang setiap harinya selalu mendampingi mereka dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Proses pemantauan yang dilakukan oleh guru dan orang tua akan menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi peserta didik yang sangat membutuhkan banyak arahan dari orang-orang yang memiliki banyak pengalaman seperti guru dan orang tua mereka. Potensi anak akan menjadi bermanfaat ketika mereka dapat berada di tempat yang sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga mereka tidak takut untuk menciptakan sebuah ide dan gagasan yang dapat memberikan pengaruh yang penting bagi perkembangan kehidupan manusia.

Pedagogik sebagai konsep pendidikan yang berlandaskan dasar filsafat dan pengembangan, sangat erat kaitannya dengan kegiatan pengembangan potensi peserta didik. Hal ini dapat dibuktikan dengan isi materi yang terdapat dalam kajian pedagogik itu sendiri. Potensi peserta didik tidak serta merta dibiarkan begitu saja tanpa ada pengarahan dari para pendidik, tetapi bagaimana memformulasikan sebuah praktik pendidikan dalam bingkai referensi pedagogik futuristik. Jika kita melihat ke belakang, bahwa kondisi pendidikan saat ini sangat jauh dari kata sempurna bagi perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka di abad 21. Pedagogik futuristik melihat bahwa peserta didik perlu diberikan pemahaman terkait bagaimana kondisi pendidikan di masa yang akan datang. Salah satu contohnya adalah kasus pandemi Covid-19, yang menjadi hambatan pendidikan saat itu. Kegiatan belajar yang harusnya dilakukan di sekolah, terpaksa harus diberhentikan untuk sementara waktu. Keberuntungan di dunia pendidikan adalah adanya sebuah inovasi dalam melaksanakan pendidikan jarak jauh melalui sebuah aplikasi pembelajaran secara daring, baik melalui aplikasi zoom, g-meet, dan lain sebagainya. Pedagogik futuristik berperan sangat penting dalam melakukan perencanaan yang akan terjadi, sehingga pada saat terjadinya suatu kondisi tertentu, para pendidik dan peserta didik dapat melakukan tindakan pencegahan melalui inovasi yang diperlukan sesuai apa yang dibutuhkan.

A. Pedagogik dan Pedagogik Futuristik

Secara etimologis, pedagogik berasal dari kata bahasa Yunani, paedos dan agogos (paedos yaitu anak, dan agogos berarti mengantar dan membimbing). Pedagogik dapat diberi makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak (Marselur, 2011: 28).

Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar mampu mandiri untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya (Sadulloh, 2018: 2).

Sedangkan pedagogik futuristik merupakan sebuah konsep pendidikan holistik dan imajinatif, dimana konsep pedagogik futuristik memiliki basis gagasan edukatif dengan berorientasi pada upaya pengembangan potensi dan berbagai aspek serta dimensi dalam kehidupan peserta didik yang tidak terpisah dari keutuhan dan kelengkapan pengetahuan dan pengalaman. Pedagogik futuristik bertujuan tidak hanya memperkaya kehidupan pribadi peserta didik, melainkan lebih jauh mengantarkan peserta didik pada makna dan tujuan dunia secara utuh (Herlambang, 2018: 167-168). Pedagogik futuristik merupakan sebuah konsep pendidikan yang dilandasi oleh beragam ilmu yang menjadikan pedagogik futuristik sebagai konsep yang dapat memahami berbagai problematika kehidupan multidimensional dalam multiperspektif. Pedagogik futuristik merupakan sebuah konsep pendidikan yang berbasis pada pendekatan filosofis, serta mengutamakan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif untuk dapat memahami kehidupan multidimensional dan mengendalikan kehidupan masa depan (Herlambang, 2018: 176).

Sebagai konsep pendidikan, pedagogik futuristik memberikan ruang terhadap pengembangan beragam potensi dan kompetensi peserta didik sehingga mereka dapat menjadi manusia masa depan yang berdaya progresif-transformatif. Pedagogik futuristik merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter yang kukuh dalam diri peserta didik sehingga mereka dapat memahami kehidupan dalam multiperspektif secara bijaksana. Pedagogik futuristik menghendaki lahirnya generasi masa depan Indonesia yang tidak hanya memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk dapat menerawang dan memprediksi berbagai kecenderungan yang akan terjadi pada kehidupan masa depan, tetapi juga memiliki sensibilitas nurani atau kepekaan terhadap berbagai fenomena dan problematika kehidupan sebagai salah satu bentuk kepedulian dan tanggung jawab moral (Herlambang, 2018: 180).

Pendidikan idealnya mampu membekali anak-anak bangsa dengan kemampuan futuristik, yaitu kemampuan memprediksi masa depan. Kemampuan itu menjadi upaya preventif untuk menghadapi beragam kecenderungan kehidupan secara faktual saat ini dan masa depan. Oleh sebab itu, pedagogik futuristik menekankan pendekatan filsafat dalam pengembangannya. Hal ini memungkinkan terciptanya konsep pendidikan yang mampu melahirkan generasi para pemikir yang tidak terjebak pada sistem kehidupan yang penuh penindasan, tetapi mampu menjadi kekuatan bangsa dengan jiwa progresif-transformatif untuk membangun kehidupan yang dicita-citakan, yakni kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai keberadaban. Dengan demikian, pendidikan dapat turut memerdekakan kehidupan bangsa Indonesia. Sudah waktunya kita bangkit dengan mempersiapkan generasi masa depan yang siap memimpin dunia dengan penuh kedamaian (Herlambang, 2018: 180).

B. Pentingnya Sikap Futuristik dalam Pendidikan

Pembinaan daya intelektual individu manusia melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang dan yang akan datang. Proses pembinaan intelektual melalui pendidikan ini dapat dilakukan secara efektif ketika peserta didik memahami posisi mereka sebagai pembelajar yang mendayagunakan setiap potensinya masing-masing.

Konsep Pembelajaran dengan menggunakan metode futuristik memiliki beberapa kelebihan yang dapat dijadikan rujukan bagi pendidik. Kelebihan tersebut diantaranya dapat melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis, membantu guru untuk mengukur kemampuan setiap siswa, melatih siswa untuk berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan, menumbuhkan antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa, dan melatih daya konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa.

Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, tantangan pendidikan yang lebih besar siring kali dihadapi seiring perkembangan globalisasi dan kemajuan zaman. Praktisi dan akademisi dituntut untuk menguasai beberapa kemampuan seperti kreatifitas, inovasi, berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi dan cerdas mencari pemecahan masalah.

Untuk menghadapi tantangan masa kini dan yang akan datang, sumber daya praktisi dan akademisi harus disiapkan sebaik mungkin. Menjadi penting bagi seorang akademisi memperbaharui ilmu pengetahuannya dan merancang strategi proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik hingga akhirnya berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

Sikap futuristik merupakan sikap yang memiliki pandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya bahkan mampu menyusun suatu teori baru, serta sesuatu yang bisa dikatakan sesuai dengan perkembangan zaman dari masa sekarang hingga masa depan. Pendidik yang selalu berpandangan jauh ke depan membangun sikap budaya ilmiah seperti sikap ingin tahu, kritis, terbuka, objektif dan rela menghargai karya orang lain menjadi kunci kesuksesan.

Orientasi umum futuristik adalah untuk mengatasi resistensi khas dalam melihat dan berpikir ke depan (Bucen, 2004; Weiner & Brown, 2005).

Pada gilirannya, ada karakteristik tertentu dari perspektif futuristik. Ciri-ciri tersebut antara lain sebagai berikut, sebagaimana dikutip oleh Groff dan Smoker (2004):

1. Melihat perubahan sebagai norma dan melihat perubahan dan sebagai percepatan.

2. Melihat peristiwa sebagai saling terkait (dalam konteks keseluruhan sistem), tidak terpisah dan tidak terhubung.

3. Mengambil perspektif holistik atau keseluruhan sistem dalam melihat perubahan.

4. Menerima sebagai premis bahwa ada banyak alternatif masa depan.

5. Membedakan antara kemungkinan, kemungkinan, dan masa depan yang lebih disukai.

6. Membantu orang menyadari bahwa selalu ada konsekuensi dari apa yang kita lakukan atau tidak lakukan.

7. Memahami pentingnya ide, nilai, dan visi positif dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.

8. Memberdayakan orang untuk memilih dan bertindak secara bertanggung jawab dan sadar di masa sekarang.

9. Menerima pentingnya perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang.

Sikap futuristik wajib dimiliki praktisi pendidikan dan akademisi agar selalu berpikir positif, tidak mudah menyerah, dan berani untuk menghadapi setiap resiko yang dihadapinya. Cara berpikir positif dalam memandang segala sesuatu tersebut dapat berdampak pada cara mereka melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah. Kreatifitas guru harus ditampilkan di depan kelas. Walaupun pendidikan memiliki 4 unsur yang saling berkaitan yakni; guru, murid, kurikulum, dan fasilitas. Tetapi yang paling menentukan adalah guru atau pendidik itu sendiri.

Guru dituntut kreatif dan inovatif dalam mengembangkan diri sesuai tugas dan fungsi sebagai tenaga pendidikan berdasarkan amanat Undang-undang, bahwa profesi keguruan mengharuskan adanya peningkatan jabatan fungsional. Pendidik  diharuskan menguasai 4 kompetensi dasar yakni pedagogik, profesional, pribadi, dan sosial.

Semuanya bergantung pada bagaimana mengimplementasikan sikap futuristik. Jelas peningkatan kompetensi dan keahlian guru dalam mendesain proses pembelajaran yang lebih baik setelah mengevaluasi hasil capaian diri. Tindakan nyata lah yang paling diperlukan hadapi tantangan pendidikan.

Masyarakat, negara, dan manusia sangat memerlukan ilmu pengetahuan untuk mempercepat proses kehidupan agar tujuan hidup yang di cita-citakan segera tercapai. Ilmu pengetahuan secara ontologi artinya menerangkan hakikat ilmu pengelahuan dan secara epistemologi maksudnya ilmu menerangkan bagaimana cara dan sarana yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan

Kenyataanya persoalan-persoalan hidup manusia sangat kompleks, maka pendekatan dan pemecahannya juga sangat kompleks. Pendekatan ilmu pengetahuan juga harus dari berbagai sudut dan berbagai disiplin keilmuan agar pemecahan persoaIan hidup bersifat manusiawi, artinya tetap menghormati kenyataan hidup manusia yang memang sangat kompleks.

Upaya pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan dari berbagai sudut pandang dan cabang keilmuan lebih dikenal dengan sebutan pendekatan interdisipliner.  Melalui pendekatan interdisipliner guru sebagai manusia, sebagai orang tua bagi anak kandungnya, anak bagi orang tuanya, saudara bagi sesama, sebagai sosok yang ditiru dan tauladan diharapkan mampu menghadapi setiap persoalan dalam hidupnya baik persoalan internal maupun eksternal dirinya.

Sikap yang paling bijaksana dalam menghadapi globalisasi yaitu dengan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang terbuka. Pengetahuan yang dimiliki akan menentukan masa depan, sehingga pengetahuan menjadi modal utama yang paling dibutuhkan. Tanpa adanya pengetahuan akan membuat orang/ bangsa/ negara akan dipinggirkan atau ditinggalkan. Begitu juga dengan sebaliknya, dengan modal pengetahuan yang baik maka orang/ bangsa/ negara akan menjadi pemenang dalam berbagai aktifitas kehidupan.

Tantangan terbesar di antara otoritas di lembaga pendidikan adalah tentang bagaimana melanjutkan proses pendidikan tanpa banyak kehilangan peserta didik dan instruktur. Tidak mudah bagi pihak berwenang untuk mengatur infrastruktur yang diperlukan untuk terus menyebarluaskan pengetahuan.

Dampak inovasi di bidang sains, matematika, keuangan, dan teknologi terlihat di hampir semua bidang kehidupan. Bidang mendasar dari inovasi buatan manusia ini sering memainkan peran penting dalam bidang pendidikan. Inovasi-inovasi ini juga berdampak pada sektor pendidikan. Perubahan terus-menerus dalam kehidupan sosial dan ekonomi membutuhkan peserta didik dan instruktur untuk memperoleh keterampilan baru

Konsep pendidikan telah dilihat dari berbagai perspektif disiplin ilmu. Bagi para ilmuwan sosial, pendidikan dipandang sebagai proses mempersiapkan individu untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi interaksi dengan anggota masyarakat lainnya dalam pertukaran barang dan jasa; alokasi sumber daya yang langka dan penggunaan potensinya secara bijaksana dalam masyarakat yang ia temukan sendiri. Di sisi lain, ilmuwan melihat pendidikan sebagai proses penyiapan individu untuk mampu menginterpretasikan lingkungannya secara rasional serta mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam menemukan solusi atas permasalahan masyarakat dalam lingkungan yang selalu berubah. Kepada guru, pendidikan adalah proses membawa anggota masyarakat baru sebagai hasil kelahiran atau tempat tinggal untuk merangkul kesopanan dan praktik sosial di masyarakat untuk peningkatan diri.

Dalam perspektif inilah Igborgbor (2000) secara operasional menggambarkan pendidikan sebagai perolehan kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Ia menyimpulkan bahwa kompetensi tersebut harus menyebar melalui domain kognitif, afektif, dan psikomotor dan kompetensi kognitif harus mencakup:

1. Pengetahuan tentang fakta-fakta tertentu baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat digunakan dalam situasi tertentu.

2. Pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena di lingkungan yang mempengaruhi sikap dan kemampuan individu untuk menghadapi fenomena tersebut.

3. Peningkatan kemampuan penalaran yang mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang situasi. Hal ini memungkinkan individu untuk menjadi analitis dan sistematis dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pilihan dari pilihan yang berbeda; orang seperti itu mengembangkan pikiran kritis yang membangun.

4. Kreatifitas; seni merancang dan menerapkan cara-cara baru dan lebih baik dalam melakukan sesuatu dan dengan demikian berkontribusi pada pengembangan masyarakat.

 

Pedagogik futuristik dapat dijadikan sarana akademisi untuk mengembangkan setiap perencanaan belajar yang tepat bagi siswa. Para pendidik yang memiliki sikap futuristik dapat mengantisipasi setiap fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan sehingga menciptakan inovasi yang berguna bagi banyak orang. Untuk itu pendidik alangkah baiknya memiliki sikap futuristik di dalam dirinya. Sikap ini diyakini dapat memberikan peluang bagi pendidik untuk mengenal potensi peserta didik secara menyeluruh dan berupaya meningkatkan kreatifitas dalam kegiatan pembelajaran. Dengan memahami dan mewujudkan sikap futuristik diharapkan pendidik mampu menjangkau masa depan. Terlebih, pendidikan saat ini membutuhkan para akademisi yang dapat merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat memudahkan mereka dalam situasi dan kondisi apapun.

C. Kesimpulan

Pedagogik futuristik, sebagai sebuah konsep pendidikan dapat memberikan sebuah akses layanan bagi pendidik maupun peserta didik untuk mengembangkan setiap kelimuan yang telah mereka peroleh dengan mengedepankan sikap futuristik yang sangat berkontribusi sebagai bagian dari sebuah inovasi pendidikan. Pedagogik futuristik menjadi salah satu model yang dapat dirancang untuk pendidik dan peserta didik di masa depan dengan mempertimbangkan esensi dan fungsi pokok pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik. (*)

 

Referensi

Bucen, I. H. (2004). Futures thinking and the steep learning curves of the twenty-first century. Foresight: The Journal of Future Studies, Strategic Thinking, and Policy, 6, 121-127

Denney, A. S., & Tewksbury, R. (2013). How to Write a Literature Review. Journal of Criminal Justice Education, 24 (2), 218-234.

Groff, L., & Smoker, P. (2004). Introduction to Future Studies. Retrieved March 2, 2005, from http://www.csudh.edu/global_options/IntroFS.HTML.

Herlambang, Yusuf Tri. (2018). Pedagogik, Telaah Kritis Ilmu Pendidikan dalam Multiperspektif. Bandung: Bumi Aksara.

Igborgbor GC. (2000). An Affective Content for the Universal Basic Education in Nigeria. Proceedings of the 15th Annual Congress of the Nigerian Academy of Education. University of Benin. 6th-9th Nov. pp. 201-213.

Marselur R, Payong. (2011). Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, Implementasinya, Jakarta Barat: Indeks.

Sadulloh, U., Muharram, A., Robandi, B. (2018). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Weiner, E., & Brown, A. (2005). A Right of Way Strategy. Strategy & Leadership, 33, 21-24.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun