Dampak inovasi di bidang sains, matematika, keuangan, dan teknologi terlihat di hampir semua bidang kehidupan. Bidang mendasar dari inovasi buatan manusia ini sering memainkan peran penting dalam bidang pendidikan. Inovasi-inovasi ini juga berdampak pada sektor pendidikan. Perubahan terus-menerus dalam kehidupan sosial dan ekonomi membutuhkan peserta didik dan instruktur untuk memperoleh keterampilan baru
Konsep pendidikan telah dilihat dari berbagai perspektif disiplin ilmu. Bagi para ilmuwan sosial, pendidikan dipandang sebagai proses mempersiapkan individu untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi interaksi dengan anggota masyarakat lainnya dalam pertukaran barang dan jasa; alokasi sumber daya yang langka dan penggunaan potensinya secara bijaksana dalam masyarakat yang ia temukan sendiri. Di sisi lain, ilmuwan melihat pendidikan sebagai proses penyiapan individu untuk mampu menginterpretasikan lingkungannya secara rasional serta mampu menyesuaikan dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam menemukan solusi atas permasalahan masyarakat dalam lingkungan yang selalu berubah. Kepada guru, pendidikan adalah proses membawa anggota masyarakat baru sebagai hasil kelahiran atau tempat tinggal untuk merangkul kesopanan dan praktik sosial di masyarakat untuk peningkatan diri.
Dalam perspektif inilah Igborgbor (2000) secara operasional menggambarkan pendidikan sebagai perolehan kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Ia menyimpulkan bahwa kompetensi tersebut harus menyebar melalui domain kognitif, afektif, dan psikomotor dan kompetensi kognitif harus mencakup:
1. Pengetahuan tentang fakta-fakta tertentu baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat digunakan dalam situasi tertentu.
2. Pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena di lingkungan yang mempengaruhi sikap dan kemampuan individu untuk menghadapi fenomena tersebut.
3. Peningkatan kemampuan penalaran yang mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang situasi. Hal ini memungkinkan individu untuk menjadi analitis dan sistematis dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pilihan dari pilihan yang berbeda; orang seperti itu mengembangkan pikiran kritis yang membangun.
4. Kreatifitas; seni merancang dan menerapkan cara-cara baru dan lebih baik dalam melakukan sesuatu dan dengan demikian berkontribusi pada pengembangan masyarakat.
Â
Pedagogik futuristik dapat dijadikan sarana akademisi untuk mengembangkan setiap perencanaan belajar yang tepat bagi siswa. Para pendidik yang memiliki sikap futuristik dapat mengantisipasi setiap fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan sehingga menciptakan inovasi yang berguna bagi banyak orang. Untuk itu pendidik alangkah baiknya memiliki sikap futuristik di dalam dirinya. Sikap ini diyakini dapat memberikan peluang bagi pendidik untuk mengenal potensi peserta didik secara menyeluruh dan berupaya meningkatkan kreatifitas dalam kegiatan pembelajaran. Dengan memahami dan mewujudkan sikap futuristik diharapkan pendidik mampu menjangkau masa depan. Terlebih, pendidikan saat ini membutuhkan para akademisi yang dapat merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat memudahkan mereka dalam situasi dan kondisi apapun.
C. Kesimpulan
Pedagogik futuristik, sebagai sebuah konsep pendidikan dapat memberikan sebuah akses layanan bagi pendidik maupun peserta didik untuk mengembangkan setiap kelimuan yang telah mereka peroleh dengan mengedepankan sikap futuristik yang sangat berkontribusi sebagai bagian dari sebuah inovasi pendidikan. Pedagogik futuristik menjadi salah satu model yang dapat dirancang untuk pendidik dan peserta didik di masa depan dengan mempertimbangkan esensi dan fungsi pokok pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik. (*)