Mohon tunggu...
Naufal Al Zahra
Naufal Al Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP UNSIL

Dari Sumedang untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jalan Juang A.R Baswedan

25 April 2022   20:19 Diperbarui: 25 April 2022   20:26 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret sebelah kiri A.R. Baswedan selagi muda. Sebelah kanan, A.R. Baswedan bersama dengan putra juga cucunya, Anies Baswedan. (Sumber gambar: merdeka.com)

Pembentukan PAI pada awalnya menimbulkan polemik di kalangan Arab khususnya orang-orang Arab totok. Pasalnya, di internal Arab sendiri terdapat dua kelompok yang saling bermusuhan yaitu antara Al-Irsyad vis a vis Rabithah Alawiyah. Akan tetapi, seiring waktu, akhirnya mereka yang bermusuhan sadar lalu berangsur-angsur bersatu dan bergabung dengan PAI.

PAI berkembang menjadi organisasi yang tidak lagi berjuang untuk kepentingan kaum peranakan Arab saja. PAI memilih untuk berjuang bersama dengan kaum bumiputera dalam menghadapi penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan diakuinya keanggotaan PAI secara penuh juga sebagai satu-satunya partai peranakan oleh GAPI (Gabungan Politik Indonesia).

Kebulatan komitmen PAI terhadap urusan persatuan nasional sungguh-sungguh diwujudkan dengan sebaik mungkin. Hal ini tercermin manakala Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, PAI memilih untuk tidak dihidupkan lagi.

Dalam perkembangan berikutnya, pasca kemerdekaan, banyak sekali kaum peranakan Arab di Indonesia yang menjadi pejuang Republiken. Bahkan sampai detik ini banyak sekali kaum peranakan Arab yang terlibat dalam upaya untuk memajukan Indonesia.

Ketika BPUPKI dibentuk pada Maret 1945, A.R. Baswedan aktif terlibat dalam aktivitas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Terutama sekali dalam upaya untuk memasukkan kaum peranakan Arab sebagai kelompok yang sah diakui dalam rancangan konstitusi Indonesia.

Dalam forum sidang BPUPKI yang digelar pada pertengahan Juli 1945, A.R. Baswedan berpidato menyampaikan aspirasi kaum peranakan Arab supaya lekas diterima sebagai warga negara yang sah jika nanti Indonesia merdeka.

Dalam sebuah pidato, A.R. Baswedan mengatakan bahwa kini nyaris sudah tidak ada lagi kaum peranakan Arab di Indonesia yang 100% berdarah Arab. Mereka semuanya sudah membaur dengan kaum bumiputera.

"Dan kalau diambil urusan darah, tidak ada peranakan Arab yang darahnya tidak 50% dari Indonesia dan 50% darah Arab. Malah ada yang lebih 75% darah Indonesia. Jadi, kalau diambil pembilangan darah, sudah hampir tidak ada. Kulturil juga tidak ada bangsa Arab di sini.", kata A.R. Baswedan.*

A.R. Baswedan berada di sebelah kanan H. Agus Salim dan sebelah kiri Prof. H.M Rasjidi (Sumber gambar: Good News from Indonesia).
A.R. Baswedan berada di sebelah kanan H. Agus Salim dan sebelah kiri Prof. H.M Rasjidi (Sumber gambar: Good News from Indonesia).


Akhirnya, segala cita-cita yang dimimpikan oleh seorang peranakan Arab berjiwa nasionalis ini sukses direalisasikan. Kini, semua kaum peranakan Arab dapat menjalankan aktivitas dengan tenang layaknya warga negara Indonesia yang berasal dari latar belakang etnis lainnya. Tak ada lagi diskriminasi yang dilakukan pemerintah sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda.

Kembali lagi pada isu sedang hangat keluarga Tsamara Amany akhir-akhir ini. Sungguh jahat jika oknum tersebut mempergunakan istilah 'antek Yaman' demi kepentingan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun