Mohon tunggu...
NAUFA IZZULMUNA
NAUFA IZZULMUNA Mohon Tunggu... Mahasiswa - (Mahasiswa Pendidikan Matematika Unissula

........

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Psikologi Perkembangan Siswa SMA sebagai Remaja

23 Mei 2022   06:47 Diperbarui: 23 Mei 2022   06:55 8703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN SISWA SMA SEBAGAI REMAJA

Disusun oleh :

  1. Diana Lutfiah N R (34202100022)

  2. Naila Nafisatun M(34202100032)

  3. Naufa Izzul Muna (34202100033)

Salah satu perkembangan yang dialami siswa SMA sebagai remaja adalah perkembangan psikologi. Selain perkembangan fisik dan bahasa, remaja mengalami perkembangan yang mencakup emosi dan sosial yang termasuk salah satu kunci dari tumbuh kembang remaja. Menurut Mappiare (1982) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun untuk perempuan dan 13 tahun sampai 22 tahun untuk laki-laki. Rentang usia remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun disebut remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir. Saat ini menurut hukum di Amerika Serikat, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991). 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), remaja adalah mulai dewasa, sudah sampai umur untuk menikah. Anak-anak yang berusia 12 atau 13 sampai dengan 19 tahun sedang berada dalam fase pertumbuhan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan dikarenakan pada masa ini anak-anak mengalami perubahan psikis maupun perubahan fisik. Perubahan kejiwaan yang dialami remaja menimbulkan kebingungan sehingga pada masa ini orang barat menyebutnya sebagai periode strum and drag. Hal tersebut karena mereka mengalami masa yang penuh dengan gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut Harold Alberty (1957:86) menyatakan bahwa "Masa remaja adalah suatu periode dalam perkembangan yang dialami seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai datang awal masa dewasa". Secara umum, masa remaja ditandai dengan adanya pubertas (puberty), proses akhir yang akan menghasilkan kematangan seksual atau fertilisasi yaitu kemampuan untuk melakukan reproduksi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat psychological well being menurut Ryff dan Singer (2008) pada seseorang meliputi beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

  1. Usia.

Pada rentang usia tertentu dimensi-dimensi yang memenuhi psychological well being dapat mengalami peningkatan maupun penurunan. Salah satunya dimensi penguasaan lingkungan dan kemandirian semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia sedangkan pada dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi mengalami penurunan,

  1. Jenis Kelamin.

Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap tingkat psychological wellbeing pada beberapa dimensi. Dalam penelitian Ryff (1989) pada dimensi hubungan positif dan pertumbuhan pribadi wanita lebih memiliki korelasi yang signifikan dibandingkan laki-laki. Sedangkan dalam dimensi lainnya tidak tampak ada perbedaan yang signifikan,

  1. Budaya.

Dalam budaya barat cenderung memiliki pengaruh pada dimensi yang berorientasi pada diri seperti penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur lebih menonjol pada dimensi yang berorientasi pada orang lain seperti hubungan positif dengan orang lain.

  1. Dukungan Sosial. 

Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian, penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu yang didapat berbagai sumber, diantaranya pasangan, keluarga, teman, maupun organisasi sosial.

  1. Evaluasi terhadap Pengalaman Hidup. 

Pengalaman hidup mencakup berbagai bidang kehidupan dalam berbagai periode kehidupan. Evaluasi individu terhadap pengalaman hidupnya memiliki pengaruh yang penting terhadap kesejahteraan psikologis.

Fase remaja adalah fase peralihan dari fase anak-anak menuju masa dewasa. Karakteristik yang bisa dilihat adalah adanya banyak perubahan yang terjadi baik itu perubahan fisik maupun psikis. Perubahan fisik yang dapat dilihat adalah perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan mental pun mengalami perkembangan.

Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis. Periode ini disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematangan fungsi seksual yang terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Kebutuhan lain dari remaja adalah teman sebaya, dimana teman sebaya adalah sangat penting bagi remaja untuk mengenal dunia luar keluarga. Namun dalam interaksinya, remaja sering mengalami tekanan untuk mengikuti teman sebaya atau yang disebut konformitas (conformity) yang sangat kuat. Konformitas ada yang positif dan negatif. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap, atau tingkah laku orang lain dikarenakan ada tekanan nyata maupun yang tidak nyata.

Perilaku remaja yang menyimpang seperti berbuat onar, mencuri dan lain lain perlu mendapat perhatian khusus bagi orangtua, guru dan pemerhati pendidikan. Pertentangan dan pemberontakan adalah bagian alamiah dari kebutuhan para remaja untuk menjadi dewasa yang mandiri dan peka secara emosional. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang menentukan kelangsungan pembangunan negara. Sebagai sumber daya manusia, remaja memiliki potensi maksimal guna mewujudkan cita-cita bangsa, sehingga remaja memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan negara kedepannya. Maka untuk mempersiapkan itu remaja harus mengembangkan dirinya dengan baik, meningkatkan kreatifitas, memiliki pola pikir yang positif, pandai dalam akademis dan non akademis, kemampuan yang baik dalam bekerja dengan orang lain secara kolaboratif dan memiliki pikiran yang terbuka.

Remaja dengan masalah emosi dan perilaku seringkali mengalami perlakuan yang tidak tepat dari lingkungannya, misalnya mendapatkan labeling atau stigma negatif. Bahkan guru di sekolah seringkali memiliki anggapan yang keliru dengan berpikir bahwa mereka adalah anak yang nakal dan sulit diatur, sulit dididik, trouble maker, sehingga bersikap kurang responsif bila prestasi akademik mereka menurun dari waktu ke waktu, dan jarang memberikan masukan atau intervensi yang signifikan. Teman sebaya pun seringkali memilih untuk menjauhi mereka sehingga kesempatan untuk belajar bersosialisasi menjadi berkurang, yang akhirnya berdampak pada semakin rendahnya keterampilan mereka dalam bergaul.

Pada umumnya respon orangtua cenderung negatif sehingga tidak jarang interaksi antara orangtua dan anak menjadi makin renggang. Munculnya berbagai bentuk persoalan emosi dan perilaku pada remaja menunjukkan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko sehingga diperlukan upaya untuk melakukan deteksi dini dan identifikasi problem emosi/perilaku anak sedini mungkin. Jika diabaikan atau tidak tertangani dengan baik, problem emosi dan problem pada remaja akan menjadi semakin buruk dan mengganggu (Harland, Rijneveld, Brugman, Verloove-Vanhorick, & Verhulst, 2002).

Remaja yang kurang mendapat pemenuhan kebutuhan psikis mengakibatkan remaja bermasalah sehingga mudah depresi, sedih, kecewa, mudah marah, cemas dan berperilaku agresif. Hal ini terjadi dikarenakan individu sering merasakan bahwa dirinya tidak memiliki masalah dalam hidupnya dan merasa dalam keadaan bahagia. Pada kenyataannya, banyak kondisi-kondisi kurang menguntungkan yang menggambarkan bahwa kesejahteraan psikologis belum tercapai dengan baik terutama pada remaja (Fitri, Luawo, & Noor, 2017).

Remaja selama di SMA, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif mengalami perubahan yang luar biasa. 

  1. Perkembangan Aspek Psikomotorik

Perkembangan aspek psikomotorik menurut Wuest dan Lombardo (Arma abdullah dan Agus Manaji, 1994), perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMA ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan tersebut adalah pertumbuhan tinggi dan berat badan. Pada usia 15-17 tahun lebih cepat atau lebih lambat dari itu, remaja SMA mengalami pertumbuhan cepat. Tulang rangka mengalami perubahan semakin keras, bagian tubuh mengalami pertumbuhan dan pematangan pada kecepatan yang berbeda. Sehingga proporsi antar anggota tubuh kelihatan tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan remaja mengeluh bahwa tubuhnya terlalu gemuk, sehingga terkadang menjadi kendala partisipasinya dalam aktivitas jasmani.

  1. Perkembangan Aspek Kognitif

Perkembangan kognitif menurut Wuest dan Lombardo (Arma Abdullah dan Agus Manaji, 1994), meliputi peningkatan fungsi intelektual, kapasitas memori dan bahasa, dan pemikiran konseptual. Remaja mengalami peningkatan kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan akan meningkat.

  1. Perkembangan Aspek Afektif

Menurut Wuest dan Lombardo (Arma Abdullah dan Agus Manaji, 1994) menyatakan bahwa perkembangan afektif pada remaja SMA, mencakup proses belajar perilaku. Pihak yang berpengaruh dalam sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Ketiga pihak tersebut yang sangat berpengaruh adalah teman sebaya. Remaja SMA juga mengalami kondisi egosentris, dimana kondisi ini remaja hanya mementingkan pendapatnya sendiri dan mengabaikan pandangan orang lain. Biasanya remaja menghabiskan waktu berpikir untuk memikirkan penampilannya, tindakan, perasaan serta perhatian. Remaja SMA mengalami perubahan persepsi atas kemampuan dan keyakinan yang kuat bahwa dirinya mampu mengerjakan sesuatu. Sehingga timbul rasa percaya diri.

Karakteristik perkembangan remaja SMA, umumnya mereka tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut sebagai orang dewasa, mereka secara riil belum siap menyandang predikat tersebut. 

  • Perkembangan Dalam Sikap Kognitif

Selama masa SMA kemampuan kognitif terus berkembang, akan tetapi tidak semua perubahan kognitif pada masa SMA tersebut mengarah pada peningkatan potensi. Terkadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring dengan bertambahnya usia. Meskipun demikian sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi pada masa SMA akhir dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan. Pada fase usia awal dewasa, perkembangan kognitif dikemukakan oleh Schaie (1997) bahwa tahap-tahap kognitif Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam perolehan informasi yang baru. Salah satu contoh, pada masa remaja terjadi perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga. 

  • Perkembangan Emosi Psikologi Remaja

Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku "salah suai", misalnya: 

  1. Agresif: melawan, keras kepala, berkelahi, suka mengganggu dan lain-   lainnya                                                                                                 

  2. Lari dari kenyataan (regresif): suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang, sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi:

  3. Adekuasi (ketepatan) emosi: cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya                                                                                                           

  4. Mengendalikan emosi: tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak

  • Perkembangan Moral Psikologi Remaja

Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). psikologi remaja

  • Perkembangan Sosial Psikologi Remaja

Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap conformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya.

  • Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja

Psikologi remaja. Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem "siapa saya?" (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan.

Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja (psikologi remaja) adalah:

  1. Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk   berperilaku dewasa pula                                                                          

  2. Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru                                                                                                                 

  3. Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya                                                                                   

  4. Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis                                                                                            

  5. Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri

Terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi perkembangan karakteristik siswa SMA, dan hal itu bisa dikategorikan dalam 2 faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Yang termasuk faktor internal adalah genetika, kecukupan gizi, dan pikiran orang itu sendiri. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah lingkungan dimana dia hidup yang juga bisa mencakup orang-orang dalam lingkungan tersebut seperti orang tua, guru, dan teman sebayanya.

Salah satu faktor yang memiliki andil cukup besar dalam menentukan perkembangan karakteristik adalah faktor lingkungan. Kondisi lingkungan dengan berbagai karakter tiap kelompok masyarakat yang berbeda-beda dimana pasti ada yang baik dan ada yang buruk. Sekarang yang menentukan adalah pikiran mereka sendiri, apakah pikiran mereka bisa memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga faktor eksternal dan internal itu tidak bisa berdiri sendiri karena keduanya saling mempengaruhi.

Faktor internal juga bisa berupa karakter remaja itu sendiri, menurut Gunarsa (1989) terdapat beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja itu sendiri, yaitu:

  1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan

Sifat-sifat tersebut dapat membuat seorang remaja menjadi lebih tertutup terhadap lingkungan, sehingga membuat mereka takut untuk bereksplorasi dan mencoba sesuatu yang baru. Hal inilah yang membuat perkembangan karakternya terhambat.

  1. Ketidakstabilan emosi

Emosi yang cenderung meluap-luap bisa menyebabkannya tidak berhati-hati atau tidak berpikir secara matang saat mengambil sebuah keputusan. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.

  1. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

  2. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.

  3. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya. Senang bereksperimentasi. 

  4. Senang bereksplorasi.

  5. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

  6. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.

Pengembangan potensi peserta didik merupakan proses yang disengaja dan sistematis dalam membiasakan/mengkondisikan peserta didik agar memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Untuk dapat mengembangkan, sebelum maupun bersamaan dengan usaha konkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan pemahaman para pendidik terhadap remaja. Ada dua hal yang harus kita perhatikan dalam upaya menggali potensi remaja sehingga mereka bisa meraih impian masa depannya. Pertama, konsep diri dan kedua, pandangan yang benar mengenai kecerdasan. Selama ini orang selalu menilai seorang remaja berbakat dan pintar hanya dari nilai yang diperoleh di sekolah, sehingga jika seorang remaja mendapatkan nilai yang kurang dengan cepat orang akan mengatakan bahwa si remaja bodoh dan tidak memiliki potensi apa pun.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu perkembangan yang dialami siswa SMA sebagai remaja adalah perkembangan psikologi. Selain perkembangan fisik dan bahasa, remaja mengalami perkembangan yang mencakup emosi dan sosial yang termasuk salah satu kunci dari tumbuh kembang remaja. Rentang usia remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun disebut remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir. Anak-anak yang berusia 12 atau 13 sampai dengan 19 tahun sedang berada dalam fase pertumbuhan masa remaja. Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian, penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu yang didapat berbagai sumber, diantaranya pasangan, keluarga, teman, maupun organisasi sosial. 

Fase remaja adalah fase peralihan dari fase anak-anak menuju masa dewasa. Karakteristik yang bisa dilihat adalah adanya banyak perubahan yang terjadi baik itu perubahan fisik maupun psikis. Perubahan fisik yang dapat dilihat adalah perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam.

Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang menentukan kelangsungan pembangunan negara. Bahkan guru di sekolah seringkali memiliki anggapan yang keliru dengan berpikir bahwa mereka adalah anak yang nakal dan sulit diatur, sulit dididik, trouble maker, sehingga bersikap kurang responsif bila prestasi akademik mereka menurun dari waktu ke waktu, dan jarang memberikan masukan atau intervensi yang signifikan. 

eman sebaya pun seringkali memilih untuk menjauhi mereka sehingga kesempatan untuk belajar bersosialisasi menjadi berkurang, yang akhirnya berdampak pada semakin rendahnya keterampilan mereka dalam bergaul. Pada umumnya respon orang tua cenderung negatif sehingga tidak jarang interaksi antara orangtua dan anak menjadi makin renggang.

Salah satu contoh, pada masa remaja terjadi perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, menerapkan apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.

Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/39301861/PERKEMBANGAN_MASA_REMAJA_Remaja_Siswa_SMA_ 

https://www.researchgate.net/publication/331705902_PSIKOLOGI_REMAJA_DAN_PERMASALAHANNYA

http://eprints.undip.ac.id/63858/1/2015_JP_Profil_problem_emosi_perilaku_pelajar_SMP-SMA.pdf

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/insight/article/download/12387/8312

http://www.sakabhayangkarakebumen.online/2017/09/makalah-psikologi-perkembangan.html?m=1

https://pgsd.binus.ac.id/2017/01/12/permasalahan-dan-pengembangan-potensi-remaja/ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun