Mohon tunggu...
Nathanael Christophorus
Nathanael Christophorus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Sosiologi UNJ 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keterkaitan Tebet Eco Park sebagai Ruang Terbuka Hijau bagi Masyarakat dengan Teori Pembangunan Sosial

25 Oktober 2022   23:39 Diperbarui: 25 Oktober 2022   23:47 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Setiap orang atau kelompok dalam segala komponen masyarakat pastinya akan mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik atau progres yang signifikan bahkan sempurna dari keadaan pembangunan yang sebelumnya. Untuk mewujudkan harapan ini maka diperlukan suatu perencanaan untuk pembangunan yang lebih baik. 

Pembangunan secara berencana lebih bisa dirasakan sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan lebih tertata bagi pembangunan masyarakat yang belum atau sedang berkembang (Subandi, 2011: 9-11). 

Pengertian pembangunan menurut Rogers (Harun,dkk, 2011: 3) adalah perubahan yang signifikan dan berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan sebagai kehendak suatu bangsa. Sedangkan menurut W.W Rostow (Abdul, 2004: 89) pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat negara yang maju.

Dalam penulisan ini, peneliti menganalisis pemberdayaan Tebet Eco Park dengan teori modernisasi. Teori modernisasi sendiri adalah teori yang menjelaskan tentang proses perubahan pembangunan pada masyarakat yang tradisional dan terbelakang menjadi masyarakat yang jauh lebih modern. 

Dalam pembahasan tentang pembangunan, teori modernisasi merupakan teori yang paling dominan menentukan wajah pembangunan. Terdapat dua teori besar yang mempengaruhi munculnya pemikiran tentang teori modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori struktural fungsional. Proses modernisasi merupakan proses yang menuntut kesamaan dan kemiripan, dan hal ini menjadi indikator keberhasilan proses pembangunan. Proses homogenisasi ini terjadi dalam beberapa tingkat.

Ketersediaan ruang terbuka untuk publik bisa dibilang sangat minim di Indonesia. Padahal manfaat dari tempat terbuka khususnya ruang hijau seperti taman dan hutan kota sangat baik untuk pembangunan kota yang sehat. 

Namun, belakangan ini muncul berbagai ruang hijau terbuka yang ternama di Jakarta seperti Hutan Kota yang ada di lingkungan Gelora Bung Karno (GBK), Taman Suropati, dan Tebet Eco Park. 

Meskipun beberapa taman yang ada di ibu kota Indonesia ini sudah lama ada, tetapi penggunaan dan pemberdayaannya bisa dibilang baru baru ini bisa dimaksimalkan. Seperti Hutan Kota dan Tebet Eco Park yang baru ramai pengunjung dari pertengahan tahun 2022.

Dalam perencanaannya, Tebet Eco Park seharusnya diresmikan pada Marte 2022 meskipun pada akhirnya peresmian oleh gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dilaksanakan pada Sabtu, 23 April 2022. Tebet Eco Park sempat ditutup  dan dibuka lagi pada Agustus 2022 dikarenakan kepadatan pengunjung. Taman ini dirancang untuk kapasitas 10.00 orang namun pernah kedatangan hingga 60.000 pengunjung dalam satu hari. Menurut Anies, fungsi dan manfaat dari taman ini tidak dapat dirasakan ketika terlalu padat dan banyak pengunjung. 

Pada awalnya, Tebet Eco Park diciptakan mengusung tema "Connecting people with nature" dengan fungsi ekologis, sosial, edukasi dan rekreasi yang terbagi dalam 8 zona yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung dengan dukungan exposure media sosial seperti Tik Tok dan Instagram yang sangat kuat. Keramaian di taman ini bisa menjadi keuntungan untuk masyarakat sekitar seperti pedagang kaki lima, tukang parkir serta jasa lainnya. (Tampi D.M , Mustika L, 2022: 2)

Bagian Temuan

Pentingnya Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah ataupun sengaja ditanam. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat. Sedangkan menurut Chafid Fandeli (2004) RTH Kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung. 

Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Fungsi dari RTH dapat dirasakan dalam bidang ekologis, sosial budaya, rekreasi, dan estetika bagi masyarakat dan atau pengunjung. 

RTH juga bisa difungsikan sebagai Open Public Space atau ruang publik terbuka yang bisa digunakan sebagai sarana atau tempat berinteraksi sosial, rekreasi, berolahraga, dll. Dengan kesempatan yang diberikan RTH bagi publik, maka diharapkan tujuan dan manfaat ruang terbuka hijau untuk menciptakan pembangunan kota yang sehat dan asri tercapai.

Karakteristik RTH harus disesuaikan dengan keadaan tipologi kawasan di sekitarnya. Fungsi utama dari RTH di wilayah kawasan ramai penduduk adalah untuk memperhatikan aspek ekologis dan sosialnya. Fungsi tambahan lainnya adalah seperti ekonomi, estetika, dan arsitektural. Secara ekologi, RTH di wilayah padat penduduk berfungsi sebagai paru paru kota karena tumbuhan yang ada dapat menyerap karbondioksida dan melepaskan oksigen serta dapat juga menjadi daerah resapan air. 

Lalu secara sosial, RTH dapat digunakan sebagai sarana rekreasi atau tempat berwisata bagi masyarakat, dan bisa menjadi tempat bersosialisasi antar individu, tempat berolahraga, dan masih banyak lagi. RTH juga bisa dilihat fungsinya pada aspek pendidikan, karena bisa dijadikan sarana belajar bagi para murid murid dari berbagai kalangan. Banyak orang memilih untuk belajar di RTH karena suasana yang asri, sejuk, nyaman, membuat atmosfer belajar menjadi semakin kondusif. 

Pemerintah harus mampu menyediakan RTH bagi masyarakat sehingga memberikan kenyamanan karena lingkungannya yang berkualitas. Identifikasi ketersediaan RTH perlu dilakukan sehingga pemerintah mengetahui ketersediaan RTH sebagai salah satu bahan evaluasi dalam menentukan arah kebijakan dan perlindungan RTH. RTH sebagai komponen ruang yang tingkat ketersediaan baik secara kualitas maupun kuantitas harus selalu diperhitungkan dalam proses perencanaan kota agar tercipta kota berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Tebet Eco Park

Pada masa transisi dari pandemi ke endemi virus Covid-19, Pemerintah DKI melalui dinas pertamanan dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bekerja sama untuk membangun beberapa taman skala kawasan, salah satunya adalah Tebet Eco Park (TEP). Taman yang berlokasi di Jl. Tebet Barat Raya, RT.1/RW.10, Tebet Barat, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan memiliki luas sekitar 7 hektar ini mengusung tema "Connecting people with nature" dengan fungsi ekologis, sosial, edukasi dan rekreasi yang terbagi dalam 8 zona yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. 

Lokasi tempat TEP bisa dibilang strategis karena berada diantara dua wilayah pemukiman yaitu tebet barat dan tebet timur, berada dekat kawasan perkantoran di Jl. MT Haryono, dan jarak ke tempat transportasi umum mencakup stasiun KRL, halte Transjakarta, serta stasiun MRT relatif dekat. TEP mampu menarik perhatian masyarakat, dilihat dari keramaiannya yang ada di kisaran 60.000 pengunjung setiap harinya. Taman ini adalah hasil revitalisasi pemprov DKI dari taman honda. 

Pada awal peresmian, taman ini terbagi dua yaitu taman tebet utara dan taman tebet selatan. Namun setelah dibangun ulang, diciptakanlah fasilitas Infinity Bridge yang menghubungkan taman. Pemilihan nama dari jembatan ini bisa dilihat dari bentuknya yang seperti angka 8 atau lambang Infinity seperti gambar dibawah

Setidaknya, ada 8 zona di taman TEP. Zona tersebut mencakup Infinity Bridge, Community garden, children playground, community lawn, forest buffer, plaza, thematic garden, dan wetland boardwalk. Setiap zona TEP dirancang untuk mengambil peran penting dalam keberlangsungan lingkungan dan interaksi sosial, mulai dari menjaga kualitas alamiah lingkungan hingga meningkatkan kualitas hidup pengunjung dan masyarakat sekitarnya. (Tampi D.M, 2022: 12). 

TEP juga sudah memberikan perhatian lebih kepada lima aspek dari RTH yaitu pertama, Comfort yang bisa dirasakan dari adanya berbagai macam fasilitas untuk keperluan pengunjung seperti lahan parkir, toilet, dan plaza. Kedua, Relaxation yang ditunjukan dengan adanya lahan hijau luas dan wilayah biru seperti sungai. Ketiga, Passive Engagement yang bisa dilakukan para pengunjung dengan cara duduk dan memperhatikan aktivitas pengunjung lainnya. Keempat, Active Engagement yang bisa dilakukan di children playground, infinity bridge, dan wetland boardwalk. Kelima, Discovery yang bisa dilakukan di fasilitas forest buffer. 

Tidak hanya untuk internal, kondisi eksternal TEP juga dapat dirasakan oleh masyarakat seperti pedagang kaki lima, dan tukan parkir. Yang lebih mengesankan tentang TEP adalah untuk masuk dan beraktivitas di dalamnya, pemprov DKI tidak memungut biaya sepeserpun dalam artian, tiket masuk TEP Rp.0 atau gratis.

6 Aspek Pembangunan di Tebet Eco Park

Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sosial harus memperhatikan berbagai macam aspek seperti;

  1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup, dengan dampak ekologi. Pembangunan TEP menandakan bahwa pemprov DKI dan lembaga lainnya yang terlibat dalam peresmian taman ini secara sadar menciptakan RTH karena mengetahui kondisi polusi udara yang kian memburuk di Ibu Kota.

  2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan datang. Dalam aspek ini, kebutuhan politiknya juga dapat dirasakan karena gubernur DKI Anies Baswedan juga ikut turun tangan dalam pembangunan, dan peresmian TEP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gubernur yang bertugas mengelola Jakarta memiliki niat khusus untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya, bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan.

  3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya auto regenerasinya. Aspek ini jelas sudah terlaksana dalam perencanaan dan pembangunan TEP. Mengapa? Karena memang pada dasarnya TEP mengusung banyak tema, salah satunya ekologi yang berarti pemanfaatan sumber daya alam tidak mungkin bisa disalahgunakan dan justru lebih bisa dimaksimalkan.

  4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungan sehingga memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, sosial dan spiritual. Pada aspek ini keuntungan fisik dapat dirasakan dari pemanfaatan fasilitas yang ada, secara ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar yang memiliki peluang bisnis baru.

  5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan pengamatan penulis, lokasi parkir yang digunakan untuk kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat sudah melaksanakan aspek ini. Bisa dibilang demikian karena kondisi lahan parkirnya terlihat seperti lahan bekas pembangunan fasilitas TEP karena masih ada banyak Bedeng, pasir dan semen, serta beberapa hal lainnya yang menunjukan bekas bangunan.

  6. Pemakaian sumber alam tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien mungkin.Peneliti dapat menghiraukan aspek ini karena jika dilihat dari fungsinya, dapat dirasa bahwa penggunaan sumber daya alam tidak dapat diperbaharui masih sangat minim atau bahkan tidak sama sekali.

Analisis Teori Modernisasi

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pendahuluan, Teori modernisasi sendiri adalah teori yang menjelaskan tentang proses perubahan pembangunan pada masyarakat yang tradisional dan terbelakang menjadi masyarakat yang jauh lebih modern. Kaitan teori modernisasi dengan adanya Tebet Eco Park antara lain adalah.

  1. Secara fisik, banyak fasilitas di TEP yang terlihat Futuristic dan modern seperti plaza, dan Infinity Link Bridge. Hal ini menggugah keinginan masyarakat untuk datang karena adanya pengaruh modernisasi.

  2. Untuk masuk ke dalam TEP pun harus menggunakan cara digital yaitu dengan menggunakan aplikasi JAKI yang disediakan oleh pemerintah. Aplikasi ini tentunya mempermudah akses masuk ke taman karena pengunjung hanya perlu untuk menunjukan Barcode pada petugas yang menjaga sebagai bukti telah mendaftar.

  3. Pendataan pengunjung lebih mudah dan sederhana. Karena adanya aplikasi JAKI, pengurus TEP dapat dengan mudah mendata pengunjung yang datang setiap harinya. Di plazanya sendiri terdapat monitor led yang menunjukan angka ada berapa orang yang berkunjung pada saat itu.

  4. Fungsi rekreasi yang jarang dirasakan dapat menjadi alasan mengapa banyak masyarakat yang membawa anak anaknya berkunjung ke Tebet Eco Park, dengan adanya berbagai wahana dan hiburan untuk anak anak di zona children playground mampu membuat atmosfer baru yang berbeda dengan suasana ketika bermain permainan tradisional Indonesia di lingkungan rumah.

Kesimpulan

Ruang Terbuka Hijau menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah ataupun sengaja ditanam. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat. Tebet Eco Park (TEP) sebagai salah satu ruang terbuka hijau yang baru di daerah ibu kota menjadi salah satu atraksi yang bisa menarik perhatian masyarakat dari dalam maupun luar Jakarta. TEP mengusung tema "Connecting people with nature" dengan fungsi ekologis, sosial, edukasi dan rekreasi yang terbagi dalam 8 zona yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. Zona-zona yang ada di TEP juga sudah memperhatikan lima aspek penting ruang terbuka hijau seperti comfort, active dan passive engagement dan aspek lainnya. Perencanaan dan pemanfaatan pembangunan TEP juga sudah meliputi aspek aspek penting dalam pembangunan. Penggunaan TEP sebagai ruang terbuka hijau bisa dikatakan menjadi salah satu bukti nyata dari terjadinya teori modernisasi. Modernisasi dalam taman ini dapat dilihat dan dirasakan dari berbagai macam hal seperti penggunaan aplikasi JAKI, fasilitas yang bertema Futuristic dan banyak hal lain.

Daftar Pustaka

Arianti, Iin. 2010. "Ruang Terbuka Hijau." Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa, 2-3.

Budiman, Arief. 1995. Teori pembangunan dunia ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

D, Farah. 2022. "Tebet Eco Park di Jakarta Selatan, Hijau dan Asri!" Inspirasi Avontur. https://inspirasi.avonturin.id/tebet-eco-park/.

"Mengenal 5 Manfaat Ruang Terbuka Hijau Bagi Kehidupan." 2020. Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang. https://dlh.semarangkota.go.id/mengenal-5-manfaat-ruang-terbuka-hijau-bagi-kehidupan/.

Tampi, Daniel M. 2022. "Analisis Kontribusi Ruang Terbuka Publik Bagi Pembangunan Kota Sehat (studi kasus : Taman Tebet Eco-Park)." Jurnal Trave 26 (No.2): 1-2.

Zhao, Shasha. 2019. Healthy Cities and Sustainable Innovation. London, United Kingdom: Springer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun