Puncaknya adalah klaim bahwa Jokowi merupakan kader Nasdem setelah kemenangan politik Jokowi pada 2019.Â
Tindakan Nasdem terhadap PDI Perjuangan dalam persaingan Pilkada 2018, serobotan politik pada figur Jokowi, dan ambisi Nasdem dalam penguasaan kabinet Jokowi jilid II sedikit banyak membuat Megawati mulai berhitung serius pada Nasdem.
Perhitungan Megawati adalah membuat jarak dengan Nasdem yang digambarkan dengan tidak pedulinya Mega akan kehadiran Paloh di depannya.Â
Semua pengamat politik sedang memperhatikan arah pertarungan Mega dan Paloh namun mereka lupa ancaman bagi elektabilitas Surya Paloh sesungguhnya, yaitu "larinya kelas menengah Indonesia" ke arah Mega apabila Paloh merapat ke Anies Baswedan. Sementara kelas menengah ini adalah jantung dari suara rakyat dan penentu opini utama publik.Â
Metro TV yang dibangun dengan basis stasiun pemberitaan ditopang oleh kelas menengah yang berkesadaran rasional. Rata-rata dari mereka adalah pemilih Ahok dan memihak pada Jokowi.Â
Bila Paloh melakukan "switching" sasaran politik, tentunya ini tidak mudah. Nasdem akan kehilangan banyak dukungan atau dengan kata lain Nasdem justru merosot elektabilitasnya. Apalagi dengan menggandeng Anies Baswedan dan melakukan spekulasi politik dengan menyorongkan Anies ke publik seakan-akan menjadi "pesaing popularitas" Jokowi.Â
Para pendukung Ahok tentu secara logis akan tidak suka terhadap tindakan Nasdem ini dan ini menjadi bencana elektabilitas bagi Nasdem.
Melihat kondisi ini seakan akan Surya Paloh "maju kena, mundur kena".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H