Aku dan Cia duduk di taman kampus sembari menunggu Meghan dan yang lain. Aku membuka bekal yang telah aku buat tadi pagi. Cia membeli kopi di kantin. Meghan pun tiba, tapi aku tidak melihat Mazaya dan Chiko. Lalu Meghan berkata, "Mazaya dan Chiko masih di dalam kelas jadi aku tidak menunggu mereka." Aku hanya menganggukkan kepala. Aku memperkenalkan Cia kepada Meghan dan kita mengobrol bersama sampai jam istirahat habis.
Meghan bilang ia akan langsung pulang karena hari ini Meghan hanya ada dua mata kuliah sedangkan aku dan Cia ada empat jadi kita memutuskan untuk masuk ke kelas. Ada yang bilang padaku jika dosen yang akan mengajar di kelasku adalah dosen baru. Aku sedikit penasaran dengan nya. Setelah menunggu dosen itu sembari membaca materi yang akan disampaikan oleh dosen tersebut.Â
Dosen baru pun tiba
Saat pintu kelasku terbuka. Semua mata tertuju padanya. Di depan pintu sedang berdiri dosen baru yang tadi dibicarakan oleh teman-teman kelasku. Dia bernama Mr. Gibran Al-Farizi, ia berkata saat di kampus sebelumnya ia dipanggil Mr. Gibran.
Pemaparan materi pun dimulai. Kami dengan fokus mendengarkan penjelasan Mr. Gibran. Setelah selesai aku mendatangi Mr. Gibran dan bertanya "Mr. Gibran berasal dari mana?" Aku terdiam. Rasanya aku tidak sopan menanyakan itu kepada Mr. Gibran, aku merutuki kesalahan ku sendiri.Â
"Indonesian, apakah kamu dari Indonesia juga?" Aku sangat terkejut akan jawaban Mr. Gibran karena aku kira Mr. Gibran berasal dari Saudi Arabia. "Aku juga dari Indonesia Sir." Lalu ia bertanya padaku, "Nama kamu siapa?" Aku menjawab, "Namaku Azalea Qila Aditama biasa dipanggil Lea."Â
"Namanya cantik" Aku terdiam. Lalu Mr. Gibran berpamitan denganku. Aku pun langsung mendatangi Cia yang sedang mengobrol dengan teman di kelas. Aku melamun membayangkan kejadian tadi. Rasanya sangat cepat seperti kilat.
POV Gibran startÂ
Aku bertemu dengan wanita yang sangat baik disini. Dia sangat cantik, aku terpikat padanya. Ingin sekali aku mengajaknya ta'aruf denganku. Agar dosaku tidak bertambah jika selalu melihat nya di kelasku.Â
Aku berjalan menyusuri koridor kampus menuju kantorku. Saat sampai aku bertemu Hans yang sedang beristirahat. Aku bercerita padanya tentang pertemuanku dengan Lea.Â
Kata Hans, jika kau ingin menjadikan ia satu-satunya kau harus berjuang untuk meluluhkan hati nya, mendatangi orang tua nya, dan menjaganya. Setelah Hans berkata seperti itu. Aku langsung memikirkan bagaimana agar aku bisa melakukan itu semua dengan ridha Allah.