Mohon tunggu...
Nasya Assilia
Nasya Assilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya anak pertama dari tiga bersaudara, hobi saya membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Teori Big Bang Menurut Ajaran Islam dalam Konsep Penciptaan Alam Semesta

2 Juni 2024   08:19 Diperbarui: 2 Juni 2024   08:29 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nasya Assilia, Ahmad Wahidi, S.Ag.,SIP.,M.Pd.I

nasyaassilia@gmail.com

Abstrak

Teori Big Bang dalam ajaran Islam dapat dipahami melalui beberapa ayat Al-Qur'an yang mengisyaratkan proses penciptaan alam semesta. Dalam konsep Islam, penciptaan alam semesta adalah tindakan kehendak Allah yang Maha Kuasa, dan beberapa ayat Al-Qur'an menyelaraskan pandangan ini dengan teori Big Bang. Dengan demikian, dalam perspektif Islam, teori Big Bang dapat dipandang sebagai penjelasan ilmiah yang sejalan dengan wahyu Al-Qur'an mengenai penciptaan alam semesta. Allah adalah Pencipta yang Maha Kuasa, dan fenomena ilmiah yang ditemukan manusia melalui observasi dan penelitian merupakan manifestasi dari kebesaran dan kebijaksanaan-Nya.

Kata Kunci: Teori Bigbang, Ajaran Islam, Penciptaan, Alam semesta.

Pendahuluan

Teori Big Bang merupakan salah satu teori ilmiah yang paling diterima mengenai asal-usul alam semesta. Teori ini mengemukakan bahwa alam semesta dimulai dari sebuah ledakan besar sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, yang menyebabkan ekspansi dan evolusi alam semesta hingga kondisi yang kita kenal sekarang.

Dalam ajaran Islam, penciptaan alam semesta merupakan bagian integral dari keimanan dan dibahas dalam Al-Qur'an dan Hadis. Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang secara implisit menunjukkan konsep yang sejalan dengan teori Big Bang, meskipun tidak secara eksplisit menggunakan terminologi ilmiah modern. Ajaran Islam menekankan bahwa penciptaan alam semesta merupakan hasil dari kehendak dan kekuasaan Allah SWT. Umat Islam percaya bahwa ilmu pengetahuan dan agama saling melengkapi, di mana ilmu pengetahuan modern dapat membantu manusia memahami tanda-tanda kebesaran Allah yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an.

Dalam konteks analisis Teori Big Bang menurut ajaran Islam, para ulama dan cendekiawan Muslim sering mengajukan bahwa tidak ada pertentangan antara penemuan ilmiah dan wahyu ilahi. Sebaliknya, mereka melihat ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk lebih memahami kebesaran penciptaan Allah dan memperkuat keimanan. Ilmu pengetahuan membantu menjelaskan "bagaimana" alam semesta berfungsi, sementara agama menjawab pertanyaan "mengapa" di balik keberadaannya. Oleh karena itu, teori Big Bang dilihat sebagai salah satu cara untuk lebih memahami dan mengagumi kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta yang kompleks dan teratur. Perdebatan sering berfokus pada bagaimana menafsirkan ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur'an sehingga sesuai dengan penemuan ilmiah tanpa mengurangi makna spiritualnya.

Dalam dunia Islam, pendidikan dan penelitian ilmiah didorong sebagai bagian dari ibadah, karena pengetahuan dianggap sebagai salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam didorong untuk mengeksplorasi alam semesta dan memahami fenomena alam sebagai manifestasi dari kebesaran penciptaan Allah. Secara keseluruhan, meskipun terminologi dan metodologi yang digunakan berbeda, konsep ilmiah seperti Teori Big Bang dapat dilihat sebagai konsisten dengan deskripsi dalam Al-Qur'an mengenai penciptaan alam semesta, yang menegaskan kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai Pencipta.

Dalam ajaran Islam, konsep penciptaan alam semesta oleh Allah adalah fundamental. Para pemikir Islam modern sering melihat teori Big Bang sebagai konfirmasi ilmiah dari kebesaran dan kekuasaan Allah dalam menciptakan alam semesta. Mereka menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dapat membantu manusia memahami cara Allah menciptakan alam semesta, sementara agama menjelaskan tujuan dan makna di balik penciptaan tersebut.

Dengan demikian, analisis teori Big Bang dalam konteks ajaran Islam memperlihatkan bahwa pengetahuan ilmiah dapat memperkuat keimanan dan pemahaman tentang kebesaran dan kekuasaan Allah sebagai Pencipta alam semesta.

Metode Penelitian

Penelitian atau research dapat diartikan sebagai mencari kembali atau memperoleh sesuatu. Sehingga penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyelidiki sesuatu secara sistematis, terkendali, empiris, teliti, dan kritis terhadap fenomena-fenomena tertentu guna mencari suatu fakta, teori baru, hipotesis, dan kebenaran yang dilakukan dengan menggunakan beberapa langkah tertentu untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap satu permasalahan. 

Metodologi penelitian adalah cara berpikir ilmiah secara rasional empiris dan sistematis yang digunakan oleh peneliti suatu disiplin ilmu untuk melakukan kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara yang masuk akal sehingga dapat dijangkau oleh penalaran manusia, dan dapat diamati oleh indra manusia sehingga orang lain pun dapat mengamatinya, dan juga dilakukan menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis dan terstruktur. 

Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk kegiatan penelitian tentang kehidupan manusia, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial dan ekonomi. Hasil dari kegiatan penelitian ini dapat berupa uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang menyeluruh.

Penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik, tetapi dengan cara pengumpulan data, analisis, dan kemudian diinterprestasikan, yang biasanya berhubungan dengan masalah sosial. Tetapi dalam penulisan artikel ini, penulis tidak melakukan pengamatan secara langsung. penulis mencari materi dari sumber-sumber yang ada diinternet. Metode penelitian dari internet sering disebut juga sebagai "penelitian secara daring" atau "penelitian berbasis internet." Ini melibatkan penggunaan internet sebagai sumber utama untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Metode ini dapat mencakup pencarian menggunakan mesin pencari, analisis konten dari situs web, dan penelusuran basis data online.

Metode ini melibatkan berbagai tahapan, antara lain:

Perencanaan, yaitu menentukan tujuan dari 1.penelitian, memperinci pertanyaan penelitian, dan merumuskan strategi pencarian yang efektif.

2.Pencarian Informasi, yang berarti melakukan pencarian menggunakan mesin pencari dan sumber daya online lainnya untuk mengumpulkan data yang relevan dengan topik penelitian.

3.Evaluasi Sumber, yaitu mengidentifikasi dan mengevaluasi keandalan, keaslian, dan relevansi sumber informasi yang ditemukan di internet.

4.Interpretasi dan Kesimpulan, yaitu membuat interpretasi dari hasil analisis data dan menyimpulkan temuan penelitian.

Metode penelitian dari internet sering digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu sosial, ilmu komputer, dan ilmu informasi. Keuntungan utamanya adalah kemudahan aksesibilitas dan kelengkapan informasi yang tersedia di internet, meskipun peneliti juga perlu memperhatikan kredibilitas sumber informasi serta potensi bias dalam pengumpulan data secara online.

Dapat disebut pula, penelitian ini menggunakan penelitian kajian pustaka (systematic literatur review). Penelitian kajian literatur adalah suatu penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan publikasi pustaka lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan dengan satu topik atau isu tertentu (Marzali, 2017). Pengumpulan data kajian literatur dilakukan melalui kajian pustaka dari sumber-sumber rujukan yang relevan dari buku dan jurnal untuk dianalisis dan diklasifikasi.

Penelitian kualitatif dilakukan dengan karakteristik yang mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya atau fakta, tetapi laporan yang dibuat bukan laporan sekedar laporan suatu kejadian tanpa suatu interpretasi ilmiah. 

Menurut Bogean and Biklen (1982:27-29), karakteristik penelitian kualitatif yaitu: (1) dilakukan pada kondisi yang alamiah yang (sebagai lawannya adalah eksperimen); (2) penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka; (3) penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome; (4) penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif; dan (5) penelitian kualitatif lebih menekankan makna data di balik yang telah diamati.

Hasil dan Pembahasan

Teori kosmologi yang dikenal sebagai teori Big Bang menjelaskan bagaimana alam semesta dimulai dari keadaan yang sangat padat dan panas sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Setelah itu, alam semesta mulai mengembang dan mendingin, yang memungkinkan pembentukan partikel dasar, atom, dan akhirnya galaksi, bintang, dan planet.

Menurut teori ini, awal alam semesta ini terdiri dari satu massa besar (nebula primer), yang kemudian terjadi ledakan besar, juga dikenal sebagai ledakan pemisah sekunder, yang menyebabkan pembentukan galaksi yang terbagi menjadi planet, matahari, bulan, dan lainnya. Teori Big Bang memberikan penjelasan yang cukup menyeluruh tentang bagaimana alam semesta diciptakan. Teori ini pertama kali muncul pada tahun 1927 dan Georges Lematre adalah orang pertama yang membuat teori Big Bang. 

Teori Big Bang mengatakan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya satu wujud dan kemudian terpisah. Dengan demikian, teori ini menunjukkan bahwa keseluruhan materi diciptakan dari satu ledakan besar atau ledakan raksasa, dan memecah alam semesta saat ini. Pada tahun 1948, George Gamov menawarkan ide lain tentang Big Bang. Dia berpendapat bahwa radiasi sisa dari ledakan raksasa harus ada di alam semesta dan tersebar merata di seluruh alam semesta. Telah terbukti bahwa apa yang ada dalam Al-Qur'an adalah fakta yang sangat akurat karena itu adalah wahyu dari Allah. Namun, teori bigbang telah ditemukan dan mungkin mendekati kesesuaian dengan ayat-ayat Al-Qur'an, tetapi teori tersebut memiliki kekurangan, yaitu tidak menjelaskan bagaimana komposisi makhluk hidup bersumber dari air.

Alam semesta yang misterius, yang terdiri dari bintang, planet, nebula, komet, meteor, dan angkasa, sangat luas dan hanya dapat digambarkan dalam angka-angka yang memukau imajinasi kita, bahkan tanpa dapat menunjukkan seberapa luasnya yang sebenarnya. Menurut Ahmad Mahmud Sulaiman pada tahun 2001: 40, Al-Quran menggambarkan kedahsyatan langit yang paling rendah. Ini adalah langit yang diatapi Bima Sakti, yang para astronom mengatakan memiliki seratus miliar bintang. Akibatnya, jumlah total bintang tidak dapat dihitung. 

Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang isinya mencangkup proses penciptaan langit dan bumi. Ayat-ayat itu menceritakan proses penciptaannya penghancuran dan pengembalian kebentuk semula secara sempurna, indah, teliti, dan menganggumkan. Beberapa ayat-ayat tersebut antara lain:

1.Dari Q.S.Al-Waqi'ah: 75-76, "Lalu, Aku bersumpah dengan tempat beredar nya bintang-bintang. Dan, sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui."

2.Dari Q.S. Adz-Dzariyat: 47, "Dan, langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar meluaskannya."

3.Dari Q.S.Al-Anbiya': 30, "Dan, apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan keduanya."

4.Dari Q.S. Fushshilat; 11, "Kemudian, Dia menuju ke langit dan langit itu masih berupa asap."

5.Dari Q.S. Al-Anbiya':104, "(Ingatlah) pada hari ketika langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebahgaimana kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan mengulanginya lagi. (suatu janji yang pasti Kami tepati. Sungguh, Kami akan melaksanakannya."

6.Dari Q.S. Ibrahim: 48, "(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit."

Potongan ayat-ayat diatas merupakan beberapa ayat Al-Qur'an yang isinya mencangkup proses penciptaan langit dan bumi.

Pada ayat dari surah Al-Anbiya':30, telah disebutkan bahwa langit dan bumi dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dapat dipahami pula, ayat tersebut merupakan awal mula terbentuknya alam semesta. Dalam ayat 30 Qs. Al-Anbiya yang menyatakan bahwa kalimat tersebut, jika diteliti lebih dalam pemisahan langit dan bumi hasilnya adalah serupa dengan teori Big-Bang yang menjelaskan prosesnya melalui ledakan besar. Meskipun dalam teori ini ada sedikit kelemahan yaitu tidak disebutkan bahwa sesuatu yang hidup (bernyawa) itu berasal dari air.

Ayat ini menggambarkan sejumlah fakta yang telah dibuktikan dengan sains dan teknologi tentang adanya ledakan yang memisahkan langit dan bumi, perluasan alam semesta, serta keseimbangan suhu panas dan pembagian unsur-unsur di permukaan semesta. Asal-usul langit dan bumi dari satu kesatuan materi dan proses itu diungkapkan juga dalam ayat dari surah Al-Anbiya':30.

Penjelasan dalam Al Qur'an sepenuhnya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini. Keputusan yang Astrofisika modern telah menemukan bahwa suatu ledakan raksasa yang terjadi dalam sekejap, yang dikenal sebagai "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 13,8 milyar tahun lalu. Satu ledakan tunggal menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Semua ilmuwan modern setuju bahwa Big Bang adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal, dan dapat menunjukkan bagaimana alam semesta muncul dan dimulai. Tidak ada materi sebelum Big Bang. . Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al-Qur'an 1.400 tahun lalu. Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisasisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

Didalam Al-Qur'an, dalam QS. Ad-Dzariyat [51]: 47, yang artinya "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa". Kata langit yang tercantum dalam surah tersebut digunakan dalam Al-Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia Alexander Friedmann dan ahli kosmologi Belgia George Lemaitre, menghitung secara teoritis dan menemukan bahwa alam semesta selalu bergerak dan berkembang. Fakta ini juga dibuktikan oleh observasi tahun 1929. Astronom Amerika Edwin Hubble menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi ketika dia melihat langit dengan teleskop. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al-Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al-Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Asal mula terciptanya alam semesta telah digambarkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'n yang telah diturunkan lebih dari 1.400 tahun yang lalu dalam surat As-Sajdah ayat 4, yang artinya "Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya di atas air agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah) 'Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sudah mati', niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata 'ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata'."

Dalam ayat ini jelas sekali menerangkan bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Kebenaran al-Qur'n ini telah dibuktikan oleh para ilmuwan pada abad ke-20. Konsep kuno seperti model alam semesta statis dihancurkan oleh pengetahuan dan teknologi selama abad ke-20. Setelah banyak percobaan, pengamatan, dan perhitungan, para ilmuwan menemukan bahwa alam dimulai dengan suara keras. Kesimpulan ini juga menyatakan bahwa alam semesta bergerak, mengembang, dan memuai setiap saat, bertentangan dengan pendapat kaum materialis. 

Meskipun teori Big Bang adalah konsep ilmiah yang didasarkan pada pengamatan dan bukti empiris, beberapa ayat dalam Al-Qur'an telah ditafsirkan oleh beberapa ilmuwan dan ulama Muslim sebagai konsisten dengan teori tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ada ruang untuk dialog yang konstruktif antara sains dan agama, di mana keduanya dapat saling melengkapi dalam memahami asal-usul dan sifat alam semesta.

Kesimpulan

Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari sebuah ledakan besar dan terus mengembang memiliki beberapa kesamaan dengan deskripsi penciptaan alam semesta dalam Al-Qur'an. Beberapa ayat dalam Al-Qur'an, seperti Surah Al-Anbiya (21:30), telah ditafsirkan oleh para ulama dan ilmuwan Muslim sebagai gambaran yang konsisten dengan teori Big Bang dan ekspansi alam semesta. Hal ini dapat memperkuat harmonisasi antara sains dan agama, menggarisbawahi kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta dengan cara yang dapat dipahami melalui penelitian ilmiah. Dengan demikian, dialog antara sains dan agama dapat saling melengkapi dalam memahami asal-usul dan sifat alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun