Mohon tunggu...
Nasruddin Leu Ata
Nasruddin Leu Ata Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran Berbakat

Menulis apa saja yang jauh lebih matang dari kesepian

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Simulakra Politik, Suhu Persaingan Konten

18 November 2023   16:45 Diperbarui: 27 November 2023   18:46 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar konten Prabowo Subianto di Instagram saat mendapat kunjungan dari Wakil Perdana Menteri dan Mentri Pertahanan Australia

Hari-hari menjelang kontestasi Pemilu tahun 2024 kian riuh dengan berbagai drama dipentaskan para elit dan partai politik di panggung politik negeri ini. 

Sajian drama itupun mendapat belbagai bentuk respon khalayak penontonnya yang menebak-nebak kemana arah drama itu akan menamatkan ceritanya.

Para pengamat, akademisi, politisi, media, hingga netizen pun turut mencoba menggambarkan bagaimana kharakter masing-masing aktor yang memerankan adegan di tiap episode yang nampaknya belum akan berakhir ini.

Berbagai cara ditempuh elit dan partai politiknya untuk mengkonsolidasikan kekuatan menuju pemenangan pesta demokrasi yang tidak lama lagi tiba. 

Kendatipun demikian, dalam demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat tentunya suara rakyatlah yang nantinya menentukan. Oleh karena itu muara dari segala strategi adalah bagaimana mempesona hati rakyat.

Upaya untuk mempesona hati rakyat inilah berbagai strategi dan manuver politik dilakukan para politisi. Strategi dan manuver politik itu harus jitu untuk membentuk opini publik bahwa merekalah yang pantas merepresentasikan sebagai pemimpin atau wakil rakyat. Para politisi itu kemudian membangun image bahwa dirinya adalah rakyat dan rakyat adalah dirinya.

Dalam kerangka membangun image itu ada sebuah konsep yang digagas oleh seorang pemikir era postmodern dari Perancis bernama Jeans Baudrillard tentang "simulakra". 

Hemat saya, teori simulakra adalah kemampuan manipulasi fakta dengan membuat semacam rekayasa yang tidak selalu merepresentasikan kenyataan yang sesungguhnya, bahkan realita yang dipertunjukkan sebenarnya realitas semu namun dengan bantuan kecanggihan teknologi media informasi dikonstruksi dan diframing seakan-akan nyata adanya.

Simulakra adalah dunia tipu-tipu, kepura-puraan, dan kepalsuan namun dicitrakan oleh media seakan-akan realitas yang sesungguhnya. Tujuan dari simulakra adalah membentuk opini publik supaya sesuai dengan pemilik agenda setting itu sendiri.

Politik representasi dan strategi simulakra itu pada  hari-hari ini kian sering kita saksikan di media massa maupun media baru dengan berbagai platformnya. 

Para politisi itu berdrama memirip-miripkan diri supaya terkesan bahwa diri adalah juga rakyat yang diwakilinya, karena itu simbol, tradisi, atau atribut apapun yang menjadi identitas mayoritas rakyat akan ditiru-tiru para politisi untuk meyakinkan khalayak bahwa dirinya sama dengan mereka.

Jangan heran jika di tahun politik ini banyak politisi yang bertingkah seakan-akan merakyat. Tiba-tiba rajin berkunjung ke pesantren, tiba-tiba sok-sokan bergaya gaul ala generasi milennial-zelenial, tiba-tiba sok care dengan emak-emak, tiba-tiba sok-sokan turun ke sawah menemui petani.

Tiba-tiba seakan-akan pejuang tangguh kepentingan rakyat, tiba-tiba sok pinter dengan merangkai kata dengan diksi-diksi akademis, sok-sokan berani beradu rekam jejak, adu gagasan, dan sejumlah tiba-tiba yang lain, dan sok-sokan yang lain.

Media Masa: Medan Baru Kampanye Politik

Pengaturan masa kampanye Pemilu 2023 lebih pendek dari sebelumnya. Jika pada Pemilu 2019 berlangsung selama  6 bulan 21 hari, pada Pemilu tahun ini hanya berlangsung selama 75 hari. 

Jadwal kampanye Pemilu 2024 akan dimulai pada 28 November 2023 sampai 10 Februari 2024 sesuai aturan Komisi Pemilihan Umum melalui PKPU Nomor 15 Tahun 2023 tentang kampanye Pemilu 2024.

Diikuti masa tenang pada 11-13 Februari 2024 kemudian pemungutan suara serentak pada 14 Februari 2024. Kendatipun demikian penetapan partai politik peserta pemilu sudah dilakukan pada 14 Desember 2022. Dengan kata lain, ada jeda atau masa tunggu selama hampir satu tahun menuju masa kampanye.

Pada jeda masa tunggu itulah dimungkin untuk dilakukannya penggalangan suara sekaligus mapping arena politik melalu konten dipelbagai platform. 

Kendati kampanye politik sebelum waktunya dilarang, namun KPU telah membolehkan peserta pemilu untuk melakukan sosialisasi sebelum masa kampanye dimulai.

Inilah kenapa hari-hari sebelumnya sudah ada sejumlah gambar dan tayangan video bermuatan politik yang disiarkan di televisi, media cetak, hingga platform digital. Dengan kata lain semua dimulai dari media masa, karena sudah menjadi lahan paling strategis dalam upaya membangun citra politik.

Dalam upaya membangun citra politik itulah, setidaknya ada tiga entitas dari kelompok sosial yang coba dicitrakan dari masing-masing capres. 

Pertama, Anies Rasyid Baswedan (Sebagai Akademisi) dengan 6,1 juta pengikut di Instagram, 4,5 M Fllowers Twitter, dan 1,1 juta pengikut facebook telah berhasil mencitrakan dirinya sebagai politisi yang elegan dari kalangan akademisi. Dengan gaya pikir yang konsebtual, segalanya harus tersusun dan terencana.

Tangkap Layar konten Twitter Anies Rasyid Baswedan dari video lagu Aminsajadulu
Tangkap Layar konten Twitter Anies Rasyid Baswedan dari video lagu Aminsajadulu

Pada tayangan video di tiwtter, 18 oktober 2023 Anies mengkampanyekan visi politiknya melalui lirik lagu yang diberi judul Aminsajadulu. 

Dalam video yang berdurasi 3,10 menit itu berhasil menembus 1.1M view. Pemerataan Akses pendidikan termuat dalam lirik pembuka seakan menjadi visi utamanya, disusul akses dan fasilitas kesehatan, ekonomi, kesejahtraan ASN, dan pemerantasan korupsi.    

Citra akademisi Anies Baswedan, warganet tentu masih ingat bagaimana konten Instagram darinya yang terkait sebuah buku. Unggahan sedang membaca buku How Democracies Die melalui akun Instagram 22 November 2020 itu menjadi pembicaraan warganet di dunia maya.

Kedua, sebagai pemain lama  Prabowo Subianto (Nasionalis) sudah tentu dikenal banyak orang sebagai Nasionalis sejati. Sedari awal Ketua Umum partai Gerindra itu telah mencitrakan dirinya sebagai Negarawan yang menaruh perhatian lebih terhadap perdamaian dan persatuan. 

Dalam upaya mengkohkan komitmen kebangsaan dan penggalangan suara politik, perwira tinggi militer itupun mencoba beradu rekam jejak dengan membongkar kembali peran dan partisipasinya atas peristiwa getir negara.

Per 18 November 2023, Mentri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto telah diikuti 6,5 juta di Instagram, 4,7M fllowers Twitter, dan 10 juta pengikut di Facebook. 

Keaadaan ini tentu menguntungkan dalam upaya kampanye dunia maya, pelbagai platform dengan anggka-angkanya sudah menjadi bagian dari infastruktur politik sebagai jalan lain mengkomunikasikan visi politiknya.   

Tangkap layar konten Prabowo Subianto di Instagram saat mendapat kunjungan dari Wakil Perdana Menteri dan Mentri Pertahanan Australia
Tangkap layar konten Prabowo Subianto di Instagram saat mendapat kunjungan dari Wakil Perdana Menteri dan Mentri Pertahanan Australia

Dalam postingan itu Prabowo bahwa ia merasa terhormat menjadi tuan rumah kunjungan Richard Marles, wakil perdana Menteri Australia. "diskusi strategis mencakup pentinggnya penguatan kemitraan pertahanan yang berkelanjutan antara kedua negara tetangga." Tulis Prabowo dalam pontinganya, 18/11/23.

Kendati ini sudah menjadi tugas dan peran Menhan, namun dalam postingan itu seakan mengafirmasi citra Prabowo sebagai Capres yang punya cukup berpengalaman dalam urusan ketahanan negara yang berkelanjutan sekaligus menampilkan tubuh publiknya Negara Kesatuan Republik Indonesia di mata dunia.

Ketiga, Ganjar Pranowo (Sipil,wong cilik). Hampir menyerupai konten kreator,  konten politik Gubernur Jawa Tengah itu sukses mempesona hati Rakyat, dengan mengantongi 6,7 juta fllowers IG, 3,4M Twitter, dan 2,3 juta pengikut Facebook.

Tangkap layar konten Ganjar Pranowo di Twitter saat menggunjungi salah satu rumah perwakilan buruh yang berada di perum mustika, Kabupaten Tanggerang,
Tangkap layar konten Ganjar Pranowo di Twitter saat menggunjungi salah satu rumah perwakilan buruh yang berada di perum mustika, Kabupaten Tanggerang,

Sebagai Capres ganjar sukses mencitrakan dirinya sebagai sipil (wong cilik) yang mengerti kebutuhan rakayatnya.  Dengan melakukan kunjungan dan dialog langsung dengan masyarakat buruh, ganjar telah meningggalkan kesan baik sebagai pemimpin yang merakyat.

Pada emapat point utama dari pertemuan itu. 1)bagimana kepastian buruh bekerja. 2)kenyamanan buruh bekerja. 3)Apa yang harus dilakukan pemerintah saat buruh terkena PHK.   

Memang semua pertunjukan drama di panggung depan (front stage) itu sempat menyilaukan dan  mempesona penonton, namun apakah akan berkorelasi signifikan dengan keputusan akhir menjatuhkan pilihan di bilik suara pada hari H Pemilu, banyak kemungkinan yang perlu didiskusikan.

Dalam konsep demokrasi suara rakyat didudukkan dengan kebenaran yang karena itu dipersamakan dengan "suara tuhan" (volk populi volk dei). Semboyan itu menandaskan bahwa suara rakyat dipercaya equivalen dengan kebenaran sejati sebagaimana tuhan yang memiliki sifat Maha Benar.

Memang kecanggihan strategi simulakra bisa saja mengkonstruksi dan framing opini publik sesuai agenda setting pemilik kepentingan.

Namun, ketika rakyat diperhadapkan dengan pertaruhan masa depan kehidupannya, kenyamanan entitas budayanya, kenyataan hidupnya, dll, maka ada beberapa variabel yang akan memengaruhi  keputusan kepada siapa hak suaranya akan dimandatkan.

Memang bagi sebagian besar warga layar televisi menjadi jendela informasi yang mereka tonton sehari-hari. Demikian halnya HP yang melekat pada diri setiap orang adalah media baru yang paling intens diakses penggunanya.

Media itu pula rekam jejak elektronik setiap orang tersimpan dengan baik dan kapanpun bisa diakses dengan mudah oleh viewernya. Oleh karena itu polah tingkah politisi selama ini akan tersimpan dalam memory publik yang sulit dihapus.

Dalam pada itu realitas nyata dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah variabel independent yang tak tergoyahkan. Dalam realitas nyata itulah warga tahu persis melihat dengan mata kepalanya sendiri kepada siapa amanah layak diberikan. 

Kalaupun ada faktor lain yang memengaruhi pilihan politik maka ikatan-ikatan solidaritas mekanik di pedesaan, struktur asal masyarakat, referensi budaya, tokoh panutannya, nilai-nilai tradisi, circle pergaulan, institusi keluarga, dll merupakan variabel intervening yang masih kuat pengaruhnya.

Realitas itu yang menjadi penjelas mengapa berbagai simulakra yang sudah gencar dilakukan oleh seorang kandidat tidak sesuai hasil yang diharapkan para perancang agenda setting. Kenyataan hidup warga masyarakat dan dan realitas nyata yang dilihatnya yang pada akhirnya adalah hakim teradil untuk menilai segenap dramaturgi dan simulakra yang dipentaskan para politisi di panggung depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun